Yogyakarta, zekriansyah.com – Demam Berdarah Dengue (DBD) memang seringkali menjadi momok, terutama saat perubahan musim yang tak menentu. Tapi jangan khawatir, di tengah ancaman ini, ada kabar baik dari Ciasem, Subang. Sebuah lembaga amil zakat yang aktif, LAZ Assyifa Peduli, menunjukkan kepeduliannya dengan bertindak cepat mengantisipasi penyebaran wabah DBD di wilayah tersebut. Mereka tidak tinggal diam, melainkan langsung turun tangan membantu masyarakat melalui kegiatan fogging mandiri yang sangat dibutuhkan.
LAZ Assyifa Peduli bersama warga Ciasem, Subang, gelar fogging mandiri sebagai langkah antisipasi dini penyebaran wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) setelah empat warga terkonfirmasi positif.
Aksi nyata ini bukan hanya sekadar respons, melainkan wujud kolaborasi apik antara lembaga kemanusiaan dan warga. Artikel ini akan mengajak Anda menyelami bagaimana Assyifa Peduli bersama masyarakat bergotong royong melindungi diri dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dan mengapa langkah proaktif seperti ini sangat krusial bagi kesehatan masyarakat Subang.
Ancaman Nyata DBD di Dusun Karang Jaya
Dusun Karang Jaya, Desa Sukahaji, Ciasem, Subang, sempat dihantui kekhawatiran serius. Pasalnya, ada empat warga terjangkit DBD di sana, terdiri dari dua orang dewasa dan dua remaja. Kondisi ini tentu saja memicu alarm, mengingat Dusun Karang Jaya adalah area pemukiman padat penduduk.
Menurut Umar Aziz, Penanggung Jawab Program Kebencanaan Assyifa Peduli, wilayah ini memang rentan. “Kampung Karang Jaya dipilih untuk menerima bantuan fogging karena adanya kasus DBD. Ditemukan laporan warga yang terjangkit di wilayah tersebut,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa kondisi lingkungan seperti genangan air, saluran yang tidak lancar, atau wadah penampungan air terbuka menjadi “surga” bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk berkembang biak. Oleh karena itu, warga bersama aparat setempat (RT/RW/desa) segera mengajukan permohonan fogging sebagai langkah pencegahan dini.
Respon Cepat Assyifa Peduli: Fogging sebagai Langkah Awal
Mendengar permohonan tersebut, Assyifa Peduli tidak menunda. Mereka langsung merespon dengan cepat untuk melakukan fogging mandiri pada bulan Agustus lalu. Kegiatan ini bertujuan utama antisipasi wabah DBD agar tidak meluas ke wilayah lain.
Proses fogging sendiri berjalan sangat lancar berkat kerja sama yang baik dengan warga. “Alhamdulillah, proses fogging berjalan dengan tertib dan terkoordinasi,” tutur Umar. Sebelum penyemprotan, tim Assyifa Peduli tak lupa memberikan sosialisasi singkat kepada warga. Mereka menjelaskan tujuan fogging, langkah-langkahnya, dan mengimbau agar jendela serta pintu rumah dibuka, sementara makanan dan minuman ditutup rapat.
Penyemprotan dilakukan secara menyeluruh, dimulai dari area luar rumah seperti selokan, halaman, kebun, dan genangan air, kemudian dilanjutkan ke dalam rumah sesuai kebutuhan. Selama proses berlangsung, warga diarahkan untuk sementara menjauh dari area penyemprotan demi keamanan.
Mengapa Fogging Penting? Memutus Rantai Penularan
Fogging adalah salah satu cara efektif untuk membunuh nyamuk dewasa pembawa virus DBD. Dengan membasmi nyamuk Aedes Aegypti yang sudah dewasa, rantai penularan virus dapat diputus, setidaknya untuk sementara waktu. Namun, penting untuk diingat bahwa fogging hanyalah langkah awal. Pencegahan yang berkelanjutan tetap menjadi kunci.
Fakta Kasus DBD di Kabupaten Subang: Ciasem Salah Satu Wilayah Teratas
Kekhawatiran akan wabah DBD memang bukan isapan jempol belaka. Dinas Kesehatan Kabupaten Subang mencatat fakta yang cukup mengkhawatirkan. Sejak Januari hingga Juli 2025, total ada 601 kasus DBD di Kabupaten Subang, dengan enam warga meninggal dunia. Kasus tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Juni, masing-masing dengan 157 kasus per bulan.
Kepala Dinas Kesehatan Subang, Maxi, mengungkapkan bahwa enam kematian tersebut tersebar di enam kecamatan, termasuk Ciasem. Mayoritas pasien yang meninggal tiba di fasilitas kesehatan dalam kondisi sudah tidak stabil. Maxi juga menyoroti bahwa tingginya kasus ini sangat erat kaitannya dengan perubahan cuaca yang tidak menentu, kadang hujan kadang panas, menciptakan kondisi ideal bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk berkembang biak.
Secara spesifik, Kecamatan Subang mencatat kasus terbanyak (87 kasus), diikuti Pagaden Barat, dan yang ketiga adalah Ciasem. Ini menegaskan bahwa langkah Assyifa Peduli di Ciasem adalah tindakan yang sangat relevan dan mendesak.
Lebih dari Fogging: Pentingnya Peran Aktif Masyarakat dan 3M Plus
Setelah seluruh titik rawan selesai disemprot, tim Assyifa Peduli menutup kegiatan dengan evaluasi singkat. Mereka juga tak lupa memberikan pesan penting kepada warga untuk terus menjaga kebersihan lingkungan agar upaya pencegahan lebih efektif. Bahkan, mereka juga berbagi makanan pendukung untuk membantu pemulihan warga yang terjangkit DBD.
Kadus Karang Jaya, Supriadi, mewakili warganya, menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya. “Saya mewakili warga Dusun Karang Jaya mengucapkan terima kasih banyak kepada donatur LAZ Assyifa Peduli yang telah membantu kami dalam fogging yang telah dilaksanakan hari ini,” ujarnya.
Pencegahan DBD memang tidak bisa hanya mengandalkan fogging. Masyarakat diajak untuk terus menerapkan gerakan 3M Plus: Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang wadah penampungan air, serta memantau dan membersihkan lingkungan secara rutin. Inilah kunci utama untuk mencegah nyamuk bersarang dan berkembang biak.
Assyifa Peduli: Komitmen dalam Kemanusiaan dan Kebencanaan
Aksi di Ciasem, Subang ini hanyalah salah satu bukti komitmen LAZ Assyifa Peduli dalam program kemanusiaan dan kebencanaan. Mereka bahkan berhasil meraih penghargaan BAZNAS Award 2025 kategori LAZ Tim Kebencanaan Teraktif. Direktur LAZ Assyifa Peduli, Ahmad Sahirul Alim, M.A., menegaskan bahwa penghargaan ini adalah motivasi besar untuk terus aktif dan responsif dalam menyalurkan dana titipan dari donatur.
Ini menunjukkan bahwa Assyifa Peduli bukan hanya sigap dalam merespons bencana alam, tetapi juga proaktif dalam menjaga kesehatan masyarakat dari ancaman penyakit seperti DBD.
Kesimpulan
Langkah cepat Assyifa Peduli dalam antisipasi wabah DBD di Ciasem, Subang melalui fogging mandiri adalah contoh nyata kepedulian dan kolaborasi yang efektif. Meskipun fogging adalah penanganan awal yang penting, kunci utama pencegahan DBD terletak pada kesadaran dan tindakan kolektif masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan secara berkelanjutan.
Mari kita terus dukung upaya-upaya seperti ini dan jadikan 3M Plus sebagai bagian dari gaya hidup kita. Dengan begitu, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan bebas dari ancaman wabah DBD untuk kita semua.