Wajib Tahu! Gejala TBC Anak Menurut Kemenkes yang Orang Tua Perlu Waspadai

Dipublikasikan 3 September 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Halo para orang tua hebat! Pernahkah Anda mendengar tentang Tuberkulosis (TBC) pada anak? Mungkin kita sering mengira TBC hanya menyerang orang dewasa, tapi kenyataannya, anak-anak juga sangat rentan lho. Bahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat peningkatan kasus TBC pada anak yang cukup signifikan. Ini tentu jadi perhatian serius bagi kita semua.

Wajib Tahu! Gejala TBC Anak Menurut Kemenkes yang Orang Tua Perlu Waspadai

Kemenkes imbau orang tua waspadai gejala TBC pada anak yang kerap terabaikan.

Sebagai orang tua, kita wajib waspada dan memahami setiap perubahan pada si kecil. Mengapa? Karena gejala TBC anak seringkali tidak spesifik dan mudah luput dari perhatian. Padahal, deteksi dini dan penanganan yang tepat adalah kunci utama untuk kesembuhan mereka. Artikel ini akan membahas tuntas tanda TBC anak yang perlu Anda perhatikan, sesuai panduan dari Kemenkes RI, agar Anda bisa bertindak cepat demi kesehatan buah hati.

Mengapa TBC pada Anak Jadi Perhatian Serius?

TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini paling sering menyerang paru-paru, tapi jangan salah, bisa juga menyerang organ tubuh lain seperti selaput otak, usus, kelenjar getah bening, ginjal, tulang, bahkan kulit. Penularannya sangat mudah, yaitu melalui udara. Ketika penderita TBC batuk, bersin, atau berbicara tanpa menutup mulut, percikan ludah (droplet) yang mengandung bakteri akan menyebar ke udara dan bisa terhirup oleh orang di sekitarnya.

Yang membuat TBC pada anak sangat mengkhawatirkan adalah sistem kekebalan tubuh anak yang masih berkembang, sehingga mereka lebih rentan terinfeksi. Data Kemenkes RI menunjukkan bahwa selama periode Januari hingga November 2022, ada sekitar 61.594 kasus TBC pada anak di Indonesia. Angka ini melonjak drastis, salah satunya diduga akibat meningkatnya kontak erat anak dengan orang dewasa penderita TBC di rumah selama pandemi COVID-19. Jika tidak ditangani, bahaya TBC anak bukan hanya mengganggu pertumbuhan, tapi juga bisa berakibat fatal, bahkan memengaruhi kecerdasan anak karena kurangnya oksigenasi ke otak.

Gejala TBC Anak: Tanda-tanda yang Orang Tua Wajib Perhatikan (Menurut Kemenkes RI)

Mendeteksi Tuberkulosis anak memang sedikit lebih sulit dibandingkan orang dewasa karena gejalanya yang tidak khas. Namun, Kemenkes telah merangkum beberapa gejala TBC pada anak yang bisa menjadi sinyal bagi orang tua wajib untuk segera mencari pertolongan medis.

Berikut adalah tanda TBC anak yang perlu Anda waspadai:

  1. Penurunan atau Stagnasi Berat Badan: Ini adalah salah satu gejala TBC anak yang paling sering terlihat. Anak tidak mengalami kenaikan berat badan dalam 2 bulan terakhir atau bahkan berat badannya turun drastis tanpa alasan yang jelas. Infeksi TBC bisa mengganggu penyerapan nutrisi, sehingga anak sulit gemuk.
  2. Demam Berkepanjangan: Demam yang berlangsung lebih dari 2 minggu atau muncul berulang tanpa sebab pasti. Suhu tubuh umumnya tidak terlalu tinggi, tapi demam ini persisten dan tidak mereda meski sudah diberikan obat penurun panas.
  3. Batuk Lama: Batuk yang berlangsung terus-menerus selama lebih dari 2 minggu dan semakin parah. Batuk ini tidak membaik meskipun sudah diberikan antibiotik. Bisa berupa batuk kering atau disertai dahak.
  4. Badan Lemas dan Lesu: Anak terlihat tidak aktif bermain, mudah lelah, lesu, dan kurang berenergi. Mereka mungkin jadi malas beraktivitas dan hanya ingin tidur.
  5. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening: Muncul benjolan di area leher, rahang bawah, ketiak, atau selangkangan. Kelenjar getah bening ini bisa terasa keras dan nyeri saat disentuh sebagai respons tubuh terhadap infeksi.
  6. Nafsu Makan Menurun: Anak jadi tidak selera makan, yang kemudian berkontribusi pada penurunan berat badan.
  7. Berkeringat di Malam Hari: Anak sering berkeringat berlebihan di malam hari, padahal tidak melakukan aktivitas berat atau cuaca tidak panas.
  8. Hambatan Pertumbuhan: Infeksi TBC dapat mengganggu penyerapan nutrisi penting untuk pertumbuhan. Akibatnya, pertumbuhan tinggi dan berat badan anak jadi terhambat, bahkan berisiko stunting.
  9. Sesak Napas atau Nyeri Dada: Pada kasus yang lebih parah, terutama jika infeksi sudah menyebar luas di paru-paru, anak bisa mengalami kesulitan bernapas atau nyeri di dada saat batuk.
  10. Batuk Berdarah: Ini adalah gejala serius yang menandakan adanya kerusakan jaringan paru-paru. Jika anak batuk disertai darah, segera bawa ke dokter.

Perbedaan TBC Aktif dan TBC Laten pada Anak

Penting bagi orang tua wajib untuk tahu bahwa TBC punya dua tahap:

  • TBC Laten: Pada tahap ini, bakteri TBC sudah masuk ke tubuh anak, tapi sistem kekebalan tubuh berhasil menekan pertumbuhannya. Anak tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak menularkan penyakit. Namun, mereka tetap membutuhkan pengobatan untuk mencegah bakteri menjadi aktif di kemudian hari.
  • TBC Aktif: Bakteri TBC berkembang biak di dalam tubuh karena sistem imun tidak mampu melawannya. Pada tahap inilah anak akan menunjukkan berbagai gejala TBC anak seperti yang sudah disebutkan di atas, dan berpotensi menularkan ke orang lain.

Deteksi Dini TBC pada Anak: Kapan Harus ke Dokter?

Melihat gejala TBC anak yang bisa mirip dengan penyakit lain, deteksi dini menjadi sangat krusial. Segera periksakan anak ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat jika Anda mencurigai adanya tanda TBC anak, terutama jika anak memiliki riwayat kontak erat dengan penderita TBC dewasa.

Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, seperti:

  • Anamnesis: Menggali riwayat kesehatan anak dan riwayat kontak dengan penderita TBC.
  • Tes Mantoux (Tuberculin Skin Test): Menyuntikkan cairan khusus di bawah kulit lengan anak untuk melihat reaksi tubuh terhadap bakteri TBC.
  • Pemeriksaan Dahak: Jika memungkinkan, sampel dahak akan diambil untuk mendeteksi bakteri TBC.
  • Rontgen Toraks: Melihat kondisi paru-paru anak.
  • Sistem Skoring TB Anak Kemenkes: Ini adalah metode pembobotan yang digunakan dokter untuk membantu menegakkan diagnosis Tuberkulosis anak berdasarkan riwayat kontak, hasil tes Mantoux, status gizi, gejala klinis, dan hasil rontgen.

Langkah Pencegahan dan Pengobatan TBC Anak yang Orang Tua Wajib Tahu

TBC pada anak bisa disembuhkan! Namun, kuncinya ada pada disiplin dan ketuntasan pengobatan.

Pencegahan TBC Anak:

  1. Vaksinasi BCG: Berikan vaksin BCG pada bayi baru lahir sesuai jadwal imunisasi wajib dari IDAI. Ini adalah salah satu cara paling efektif untuk melindungi anak dari Tuberkulosis.
  2. Gizi Seimbang: Pastikan anak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang untuk menjaga daya tahan tubuhnya tetap kuat.
  3. Waspada Kontak Erat: Cari tahu apakah ada anggota keluarga atau orang dewasa yang tinggal serumah dengan anak menderita TBC. Pastikan penderita tersebut menjalani pengobatan TBC sampai tuntas untuk mencegah penularan.
  4. Terapi Pencegahan TBC (TPT): Jika anak memiliki kontak erat dengan penderita TBC aktif, Kemenkes merekomendasikan pemberian TPT sebagai obat pencegahan agar anak tidak tertular.
  5. Lingkungan Bersih dan Sehat: Jaga kebersihan rumah, pastikan sirkulasi udara baik, dan sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah. Ini membantu mengurangi risiko penyebaran bakteri.
  6. Etika Batuk dan Bersin: Ajarkan anak untuk selalu menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, baik dengan tisu maupun lengan atas bagian dalam, lalu segera buang tisu ke tempat sampah.

Pengobatan TBC Anak:

Jika anak didiagnosis positif TBC, pengobatan TBC anak harus segera dimulai dan dijalani dengan sangat disiplin.

  • Anak akan diberikan Obat Anti-Tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari kombinasi beberapa jenis obat. Durasi pengobatan biasanya berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tergantung pada kondisi anak dan jenis TBC-nya.
  • Sangat penting bagi orang tua wajib untuk memastikan anak minum obat setiap hari sesuai dosis dan jadwal yang ditentukan dokter, bahkan jika anak sudah merasa lebih baik. Menghentikan pengobatan sebelum waktunya berisiko membuat bakteri TBC menjadi kebal obat (resistan), sehingga penyakitnya akan lebih sulit diobati di kemudian hari.
  • Dokter anak atau dokter ahli respirologi akan memantau kondisi anak selama pengobatan dan menyesuaikan terapi jika diperlukan.

Kesimpulan

Gejala TBC anak menurut Kemenkes adalah informasi yang orang tua wajib ketahui dan pahami. TBC pada anak bukanlah masalah sepele dan memerlukan perhatian serius. Dengan mengenali tanda TBC anak sejak dini seperti penurunan berat badan, demam berkepanjangan, batuk lama, atau benjolan di kelenjar getah bening, Anda bisa segera mencari pertolongan medis.

Ingat, pencegahan melalui vaksinasi BCG, gizi seimbang, dan lingkungan sehat, serta pengobatan yang disiplin hingga tuntas adalah investasi terbaik untuk masa depan buah hati Anda. Jangan tunda, jangan abaikan, karena anak-anak kita berhak tumbuh sehat dan cerdas tanpa dihantui bahaya TBC anak. Mari bersama-sama wujudkan Indonesia bebas TBC!

FAQ

Tanya: Apa saja gejala umum TBC pada anak yang perlu diwaspadai orang tua menurut Kemenkes?
Jawab: Gejala TBC pada anak seringkali tidak spesifik seperti batuk yang tidak kunjung sembuh, demam tidak jelas sebabnya, penurunan berat badan, dan anak tampak lemas.

Tanya: Bagaimana cara penularan TBC pada anak?
Jawab: TBC pada anak menular melalui udara saat penderita batuk, bersin, atau berbicara tanpa menutup mulut, sehingga percikan ludah yang mengandung bakteri terhirup.

Tanya: Mengapa TBC pada anak menjadi perhatian serius dan berbeda dengan TBC pada orang dewasa?
Jawab: TBC pada anak perlu perhatian serius karena sistem kekebalan tubuh anak belum sepenuhnya berkembang, sehingga mereka lebih rentan dan gejalanya bisa lebih sulit dikenali.