Di tengah dinamika perdebatan publik dan diskursus keagamaan di Indonesia, nama Buya Yahya dan Ustaz Felix Siauw kerap menjadi sorotan. Keduanya adalah dai dan ulama yang memiliki pengaruh luas, dengan jutaan pengikut setia di berbagai platform. Lantas, benarkah ada beda pendapat Felix Siauw Buya Yahya yang signifikan dan patut untuk ditelaah lebih dalam? Artikel ini akan mengupas tuntas dua isu utama yang menunjukkan adanya perbedaan pandangan di antara keduanya, serta memberikan konteks yang lebih luas agar pembaca dapat memahami esensi dari divergensi tersebut.
Mengapa penting untuk membahas perbedaan pandangan ini? Sebab, dalam masyarakat yang kian terpolarisasi, memahami nuansa di balik setiap argumen adalah kunci untuk membangun dialog yang konstruktif dan menjaga persatuan umat. Artikel ini akan membawa Anda menyelami akar pandangan masing-masing tokoh, menganalisis esensi perdebatan, dan menarik pelajaran berharga dari keragaman interpretasi dalam khazanah keilmuan Islam.
Menilik Latar Belakang Singkat Dua Tokoh Panutan
Sebelum menyelami detail perbedaan pandangan, ada baiknya kita mengenal kembali kedua sosok ini. Buya Yahya, ulama karismatik asal Cirebon, dikenal dengan dakwahnya yang menenangkan, menekankan persatuan umat, akhlak mulia, dan fiqih yang moderat. Pendekatannya sering kali mengedepankan kemanusiaan dan nilai-nilai universal Islam.
Di sisi lain, Ustaz Felix Siauw adalah seorang dai dan aktivis Muslim keturunan Tionghoa yang dikenal dengan gaya dakwahnya yang lugas dan berani. Ia sering membahas isu-isu kontemporer, politik Islam, dan sejarah peradaban Islam, dengan penekanan pada penerapan syariat. Kedua tokoh ini, dengan corak dakwah yang berbeda, sama-sama berperan besar dalam membentuk opini dan pemahaman keagamaan di Indonesia.
Konflik Iran-Israel dan Isu Palestina: Perspektif yang Berbeda
Salah satu isu paling panas yang memicu potensi beda pendapat Felix Siauw Buya Yahya adalah konflik geopolitik di Timur Tengah, khususnya terkait serangan Iran ke Israel dan kaitannya dengan dukungan terhadap Palestina. Pada Juni 2025, dunia dikejutkan dengan serangan yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas Iran, yang disinyalir sebagai bentuk dukungan terang-terangan AS terhadap Israel. Serangan ini merupakan balasan atas aksi Iran yang sebelumnya menyerang Israel. Peristiwa ini memicu berbagai asumsi, terutama mengenai motivasi Iran dalam menyerang Israel.
Buya Yahya: Pembelaan Kemanusiaan Melampaui Batas Agama
Buya Yahya dengan tegas menyatakan bahwa dukungan terhadap Palestina adalah isu kemanusiaan yang melampaui sekat agama atau identitas negara. Baginya, konflik ini bukan sekadar urusan agama, melainkan tragedi kemanusiaan yang mendalam, melibatkan hak asasi manusia yang fundamental.
“Siapa pun yang membela Palestina hari ini harus kita dukung bersama, baik itu dari Iran, Inggris, atau bahkan China,” ujar Buya Yahya dalam sebuah unggahan video di akun TikTok pribadinya pada 21 Juni 2025.
Pernyataan ini menggarisbawahi pandangan Buya Yahya yang inklusif, bahwa solidaritas untuk Palestina harus datang dari berbagai pihak, tanpa memandang latar belakang keagamaan atau afiliasi politik. Ia juga mengingatkan umat Islam untuk tidak terjebak dalam perdebatan sektarian seperti Sunni-Syiah di tengah perjuangan melawan Zionisme. Ustaz Muhammad Husein, seorang dai dan aktivis kemanusiaan, turut menyoroti bagaimana Israel secara aktif memainkan narasi untuk memecah belah kelompok Sunni dan Syiah demi melemahkan persatuan umat Islam. Dalam konteks ini, pandangan Buya Yahya sangat relevan:
“Zionis Israel adalah musuh kita bersama, siapa pun yang ingin membela Palestina, maka harus didukung. Ini bukan saatnya ribut-ribut Sunni-Syiah! Umat Islam harus bersatu melawan Zionis!”
Pesan Buya Yahya sangat jelas: di tengah krisis kemanusiaan yang menimpa Palestina, fokus harus pada persatuan dan dukungan nyata, bukan pada perbedaan internal. Ini adalah seruan untuk menghilangkan ego sektarian demi tujuan yang lebih besar.
Ustaz Felix Siauw: Aksi Balasan Murni, Bukan Pro-Palestina?
Berbeda dengan Buya Yahya, Ustaz Felix Siauw memiliki interpretasi yang lain mengenai serangan Iran terhadap Israel. Ia mengklaim bahwa serangan tersebut dilancarkan oleh Iran bukan semata-mata karena pro-Palestina, melainkan sebagai aksi balasan murni terhadap serangan yang sebelumnya dilancarkan Israel kepada Iran.
Pandangan ini menyoroti aspek geopolitik dan dinamika “balas membalas” antarnegara, ketimbang mengaitkannya secara langsung dengan dukungan ideologis terhadap Palestina. Menurut Ustaz Felix, aksi Iran lebih bersifat reaktif terhadap agresi yang mereka terima, daripada inisiatif pro-Palestina yang murni. Ini menunjukkan adanya perbedaan dalam membaca motivasi di balik suatu peristiwa global.
Perbedaan pandangan ini menunjukkan kompleksitas konflik dan beragamnya interpretasi di tengah masyarakat, bahkan dari tokoh agama. Sementara Buya Yahya melihat potensi persatuan umat dan dukungan kemanusiaan yang luas sebagai prioritas, Ustaz Felix Siauw cenderung menganalisis tindakan tersebut dari kacamata politik dan strategi militer antarnegara.
Kebakaran Los Angeles: Bencana Alam atau Hukuman Ilahi?
Poin lain yang memperlihatkan beda pendapat Felix Siauw Buya Yahya adalah interpretasi mereka terhadap peristiwa kebakaran dahsyat di Los Angeles, California, yang terjadi pada Januari 2025. Kebakaran ini diduga dipicu oleh angin Santa Ana dan lingkungan kering, menelan korban jiwa dan kerugian material triliunan rupiah.
Buya Yahya: Isyarat Hukuman Ilahi bagi Pendukung Kezaliman
Buya Yahya memiliki pandangan yang spiritual dan mendalam mengenai tragedi ini. Ketika seorang jemaah mengaitkan kebakaran dengan tragedi kemanusiaan di Gaza, Buya Yahya menilai bahwa peristiwa tersebut bisa diartikan sebagai hukuman kecil dari Allah bagi negara-negara atau pihak-pihak yang mendukung penjajahan Israel.
“Kalau ternyata ada satu dua, oh tiba-tiba ada kebakaran, ini sekelumit hukuman yang Allah berikan,” ujar Buya Yahya dalam video terbarunya di kanal YouTube Al Bahjah TV.
Ia menjelaskan bahwa terkadang, pihak-pihak yang zalim mungkin tidak langsung mendapatkan balasan di dunia, namun hukuman sebenarnya akan datang di akhirat. Namun, musibah seperti kebakaran ini bisa menjadi isyarat atau peringatan dari Allah. Oleh karena itu, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk lebih fokus mendoakan rakyat Palestina dan tidak terlalu mempermasalahkan hukuman bagi negara-negara yang dianggap zalim, karena hukuman yang lebih besar mungkin menanti di akhirat. Fokusnya adalah pada doa dan kepedulian terhadap korban.
Ustaz Felix Siauw: Musibah Alam dengan Nuansa Karma
Sementara itu, Ustaz Felix Siauw memandang kebakaran di Los Angeles sebagai musibah alam yang dapat segera dipulihkan. Melalui kanal YouTube pribadinya, beliau menganggap peristiwa tersebut tidak sebanding dengan kerusakan yang terjadi di Gaza, yang merupakan akibat dari tindakan sengaja dan kebiadaban.
Ustaz Felix juga mengakui bahwa wajar bila sebagian orang menganggap kebakaran ini sebagai semacam “karma” bagi Amerika Serikat atas dukungannya terhadap Israel.
“Wajar ketika orang senang ketika di Los Angeles kebakaran dan kabarnya New York terjadi kebakaran dan itu kayak sebuah hukuman karma untuk orang Amerika yang mendukung Israel,” tuturnya.
Meskipun demikian, ia tetap menekankan pentingnya empati kepada korban kebakaran tersebut, mengajak umat Islam untuk mengucapkan belasungkawa dan mendoakan mereka yang terdampak. Ini menunjukkan bahwa meskipun ia memahami sentimen publik yang mengaitkan musibah tersebut dengan “karma,” ia tetap mengedepankan sudut pandang sebagai bencana alam dan menyerukan sikap empati.
Memahami Akar Perbedaan: Interpretasi dan Prioritas Dakwah
Adanya beda pendapat Felix Siauw Buya Yahya dalam isu-isu krusial ini bukanlah sesuatu yang asing dalam khazanah keilmuan Islam. Perbedaan pandangan di antara para ulama dan cendekiawan adalah hal yang lumrah, bahkan menjadi kekayaan intelektual dalam Islam. Akar perbedaan ini sering kali terletak pada:
-
Metodologi Interpretasi (Manhaj): Setiap ulama memiliki manhaj atau pendekatan tersendiri dalam menafsirkan teks-teks agama (Al-Qur’an dan Sunnah) serta dalam memahami realitas kontemporer. Buya Yahya cenderung menekankan aspek kemanusiaan universal, persatuan umat, dan dimensi spiritual dalam melihat suatu peristiwa. Sementara Ustaz Felix Siauw seringkali menggunakan kacamata analisis geopolitik, historis, dan sosiologis yang lebih tajam dalam menyikapi fenomena dunia.
-
Prioritas Dakwah: Prioritas dan fokus dakwah juga bisa memengaruhi cara pandang. Buya Yahya sering menyerukan persatuan internal umat dan menyoroti bahaya perpecahan. Di sisi lain, Ustaz Felix Siauw lebih banyak mengedukasi tentang ideologi, sistem, dan tantangan peradaban Islam di era modern.
-
Sudut Pandang terhadap Peristiwa: Dalam kasus konflik Iran-Israel, Buya Yahya melihatnya dari sudut pandang persatuan umat melawan kezaliman Zionis, di mana setiap dukungan, dari manapun asalnya, patut diapresiasi untuk tujuan kemanusiaan. Felix Siauw, sebaliknya, memandang aksi Iran lebih sebagai retaliasi politik antarnegara daripada gerakan solidaritas Palestina murni. Hal yang sama berlaku pada interpretasi kebakaran Los Angeles; Buya Yahya menekankan dimensi ilahi, sedangkan Felix Siauw lebih pada fenomena alam dengan sentimen sosial.
Penting untuk dicatat bahwa perbedaan pandangan ini tidak selalu berarti pertentangan mutlak, melainkan seringkali merupakan ikhtilaf (perbedaan pendapat yang sah) yang muncul dari interpretasi yang berbeda terhadap dalil atau realitas. Ustaz Felix Siauw sendiri dalam kesempatan lain pernah menyatakan penghormatannya terhadap perbedaan pendapat dalam fiqih, misalnya dalam isu hukum musik atau ucapan selamat Natal, menekankan bahwa Islam memiliki kelapangan dalam hal-hal seperti itu. Ini mengindikasikan bahwa ia memahami dan menghargai adanya keragaman pandangan yang berlandaskan dalil.
Pentingnya Persatuan di Tengah Perbedaan
Meskipun adanya beda pendapat Felix Siauw Buya Yahya adalah realitas yang tidak dapat dimungkiri, inti dari pesan kedua tokoh ini seringkali bermuara pada pentingnya persatuan umat dan kepedulian terhadap isu-isu kemanusiaan. Buya Yahya secara eksplisit menyerukan agar umat Islam tidak terpecah belah oleh isu sektarianisme Sunni-Syiah, karena perpecahan ini justru dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam, seperti yang diungkapkan oleh Ustaz Muhammad Husein.
Melihat perbedaan pandangan ini sebagai sebuah kekayaan, bukan perpecahan, adalah kunci. Kedua tokoh tersebut, meskipun dengan pendekatan dan interpretasi yang berbeda, sama-sama memiliki tujuan mulia untuk membimbing umat dan menyuarakan kebenaran dari perspektif masing-masing.
Kesimpulan
Jadi, benarkah ada beda pendapat Felix Siauw Buya Yahya? Ya, artikel ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pandangan yang jelas antara Buya Yahya dan Ustaz Felix Siauw terkait dua isu signifikan: motivasi di balik serangan Iran terhadap Israel dalam kaitannya dengan Palestina dan interpretasi mengenai kebakaran Los Angeles. Buya Yahya lebih menekankan dimensi kemanusiaan dan persatuan umat dalam menghadapi kezaliman, serta melihat isyarat ilahi dalam musibah. Sementara Ustaz Felix Siauw cenderung menganalisis peristiwa dari sudut pandang geopolitik dan mengedepankan empati terhadap korban, meskipun memahami sentimen publik yang ada.
Perbedaan pandangan ini adalah cerminan dari kekayaan intelektual dalam Islam dan menunjukkan bagaimana para ulama dapat memiliki interpretasi yang beragam terhadap isu-isu kontemporer. Yang terpenting, di tengah perbedaan ini, adalah menjaga persatuan umat, menghargai setiap pandangan yang berlandaskan ilmu, dan terus fokus pada tujuan-tujuan besar kemanusiaan dan keadilan. Semoga dengan memahami nuansa ini, kita dapat menjadi umat yang lebih bijak, toleran, dan bersatu dalam menghadapi tantangan zaman.
Apa pendapat Anda mengenai perbedaan pandangan ini? Bagikan pemikiran Anda di kolom komentar di bawah.