Analisis Mendalam: Bagaimana Liverpool Bisa Belanja Rp5,8 Triliun (265 Juta Poundsterling) dan Tetap Aman Secara Finansial?

Dipublikasikan 28 Juli 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Para penggemar sepak bola, khususnya pendukung Liverpool, mungkin sedang dibuat terkejut sekaligus penasaran. Bagaimana tidak, di bursa transfer musim panas 2025 ini, The Reds mendadak “boros” dengan menggelontorkan dana fantastis, mencapai sekitar £265 juta (sekitar Rp5,8 triliun)! Angka ini bahkan bisa terus membengkak. Pertanyaan besarnya: kok bisa? Bukankah selama ini Liverpool dikenal sangat berhati-hati dalam urusan belanja pemain?

Analisis Mendalam: Bagaimana Liverpool Bisa Belanja Rp5,8 Triliun (265 Juta Poundsterling) dan Tetap Aman Secara Finansial?

Analisis mendalam mengungkap strategi finansial Liverpool dalam belanja Rp5,8 triliun pada bursa transfer musim panas 2025, sebuah langkah agresif di bawah manajemen baru yang bertujuan memperkuat tim dengan pemain top.

Jika Anda penasaran bagaimana klub sekelas Liverpool bisa melakukan belanja besar tanpa melanggar aturan finansial yang ketat, atau bahkan masih punya ruang untuk merekrut pemain bintang lainnya seperti Alexander Isak, Anda berada di tempat yang tepat. Mari kita bedah bersama strategi transfer Liverpool yang cerdas ini!

Pergeseran Kebijakan Transfer: Dari Hati-hati Menuju Agresif

Selama bertahun-tahun di bawah kepemilikan Fenway Sports Group (FSG), Liverpool memang dikenal menganut prinsip keuangan yang berkelanjutan dan hati-hati. Slogan “The Reds tak punya uang, tapi kami akan tetap menjuarai liga” sering digaungkan, dan terbukti efektif di era Jurgen Klopp. Mereka memang bukan klub yang miskin, melainkan bijaksana dalam pengeluaran. Ingat bagaimana mereka memecahkan rekor transfer untuk Virgil van Dijk dan Alisson Becker pada 2018? Itu adalah investasi krusial yang membangun fondasi kesuksesan.

Namun, di musim panas 2025 ini, ada angin segar yang berbeda. Dengan Arne Slot sebagai nakhoda baru, Liverpool menunjukkan arah yang lebih agresif. Pengeluaran £265 juta ini menandai perubahan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan sebelum bursa transfer resmi ditutup pada 1 September. Ini bukan keputusan mendadak, melainkan hasil dari strategi jangka panjang yang telah dirancang selama bertahun-tahun, seperti diungkapkan CEO Billy Hogan.

Siapa Saja Pemain Baru yang Merapat ke Anfield?

Belanja Liverpool memang menyita perhatian. Sejumlah nama besar dan talenta menjanjikan telah berhasil didaratkan ke Anfield. Berikut adalah beberapa pembelian penting yang telah mereka lakukan:

Daftar Belanja Fantastis The Reds (Estimasi)

Pemain Asal Klub Posisi Estimasi Biaya Transfer (Poundsterling)
Florian Wirtz Bayer Leverkusen Gelandang £116,5 juta
Hugo Ekitike Eintracht Frankfurt Penyerang £79 juta (termasuk bonus)
Milos Kerkez Bournemouth Bek Kiri £40 juta
Jeremie Frimpong Bayer Leverkusen Bek Kanan £29,5 juta
Giorgi Mamardashvili Valencia Kiper £29 juta
Armin Pecsi Puskas Akademi
Freddie Woodman Preston North End

Total belanja awal sekitar £265 juta sebelum bonus dan tambahan lainnya.

Rahasia Dapur Keuangan Liverpool: Mengapa Mereka Bisa ‘Jor-joran’?

Melihat angka di atas, mungkin Anda bertanya-tanya: apakah Liverpool melanggar aturan Profit and Sustainability Rules (PSR)? Jawabannya, kemungkinan besar tidak. Klub-klub Premier League hanya boleh mencatat kerugian maksimum £105 juta dalam periode tiga tahun. Lalu, bagaimana Liverpool bisa lolos?

Fondasi Keuangan yang Kokoh

Liverpool bukan hanya klub sepak bola, tapi juga entitas bisnis yang sangat menguntungkan. Menurut laporan The Athletic, Liverpool diperkirakan meraup pendapatan lebih dari £700 juta sepanjang musim 2024/2025. Bahkan, mereka disebut-sebut sebagai klub paling menguntungkan di Inggris. Pendapatan fantastis ini menjadi dasar yang kuat untuk melakukan investasi besar.

Penghematan Musim Lalu yang Membuahkan Hasil

Salah satu kunci utama strategi transfer Liverpool adalah kebijakan penghematan di musim sebelumnya. Pada musim 2024-2025, Liverpool hanya mendatangkan satu pemain, yaitu Federico Chiesa, dengan biaya yang relatif kecil, sekitar £10-13 juta. Pengeluaran yang minim ini menciptakan “ruang” atau “buffer” finansial yang signifikan, memungkinkan mereka untuk melakukan belanja besar di musim berikutnya tanpa terganjal aturan PSR. Ibarat menabung, mereka mengumpulkan dana di satu periode untuk digunakan secara masif di periode lain.

Dana Segar dari Penjualan Pemain

Selain pendapatan dan penghematan, Liverpool juga cerdas dalam melepas pemain yang dianggap tidak lagi masuk dalam rencana tim atau memiliki nilai jual tinggi. Total sekitar £64 juta telah terkumpul dari penjualan enam pemain, termasuk nama besar seperti Trent Alexander-Arnold yang pindah ke Real Madrid. Penjualan kiper Caoimhin Kelleher dan Jarell Quansah juga turut menyumbang pemasukan signifikan. Dana dari penjualan ini langsung membantu menyeimbangkan neraca keuangan klub.

Amortisasi Biaya Transfer: Strategi Jangka Panjang

Mungkin terdengar rumit, tetapi ini adalah praktik standar di sepak bola modern. Sistem amortisasi memungkinkan klub untuk membebankan biaya transfer pemain dalam periode kontrak mereka, bukan sekaligus di muka. Jadi, jika seorang pemain didatangkan seharga £50 juta dengan kontrak lima tahun, biaya yang tercatat dalam laporan keuangan tahunan adalah £10 juta per tahun. Ini sangat membantu Liverpool dalam mengelola tekanan keuangan dan mematuhi batasan regulasi PSR.

Margin PSR yang Masih Luas

Pada tahun finansial sebelumnya, Liverpool tercatat memiliki margin PSR positif sebesar £48 juta. Jika angka ini dikombinasikan dengan batas kerugian £105 juta yang diperbolehkan, secara teoritis Liverpool masih memiliki ruang belanja sekitar £153 juta. Ini menunjukkan bahwa meski sudah mengeluarkan £265 juta, mereka masih memiliki kelonggaran finansial yang cukup besar.

Potensi Belanja Tambahan: Apakah Alexander Isak Akan Menyusul?

Dengan semua perhitungan matang ini, pertanyaan yang muncul adalah: apakah Liverpool masih akan belanja lagi? Jawabannya: sangat mungkin! Ada spekulasi kuat bahwa The Reds masih mengincar penyerang Newcastle United, Alexander Isak, dengan banderol fantastis sekitar £120 juta (sekitar Rp2,63 triliun). Jika transfer ini terwujud, total pengeluaran Liverpool bisa melonjak hingga mendekati £380 juta (Rp8,47 triliun).

Selain itu, ada juga kemungkinan penjualan pemain seperti Luis Díaz atau Darwin Nunez, yang jika terjadi, akan semakin menambah kekuatan finansial klub dan memberi ruang gerak lebih besar bagi Arne Slot untuk menyempurnakan skuadnya. Ini sejalan dengan filosofi “lingkaran kebaikan” FSG, yaitu meningkatkan pendapatan semaksimal mungkin untuk diinvestasikan kembali pada skuad.

Kesimpulan

Jadi, analisis cara Liverpool belanja 265 juta tetap aman secara finansial bukanlah keajaiban atau pelanggaran aturan. Ini adalah hasil dari kombinasi perencanaan keuangan yang cermat, pendapatan klub yang masif, penghematan di musim sebelumnya, penjualan pemain yang strategis, dan pemanfaatan aturan akuntansi seperti amortisasi.

Liverpool di bawah FSG dan Arne Slot kini bertindak selayaknya salah satu klub terbesar di dunia, dengan ambisi besar untuk terus bersaing di level teratas. Mereka membuktikan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, belanja besar bisa menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk mencapai kesuksesan berkelanjutan. Para penggemar The Reds patut bersemangat menantikan musim 2025/2026!

FAQ

Tanya: Bagaimana Liverpool bisa membelanjakan £265 juta di bursa transfer 2025 tanpa melanggar aturan Financial Fair Play (FFP)?
Jawab: Liverpool kemungkinan besar menyeimbangkan pengeluaran besar ini dengan peningkatan pendapatan signifikan dari berbagai sumber, seperti komersial, hak siar, dan penjualan pemain.

Tanya: Apakah belanja besar ini menandakan perubahan permanen dalam strategi finansial Liverpool?
Jawab: Pergeseran ke belanja yang lebih agresif ini bisa jadi merupakan respons strategis terhadap persaingan ketat di liga dan Eropa, namun keberlanjutannya akan bergantung pada kinerja finansial klub.

Tanya: Apa saja sumber pendapatan Liverpool yang memungkinkan mereka melakukan investasi sebesar itu?
Jawab: Pendapatan Liverpool berasal dari kombinasi kesepakatan komersial yang menguntungkan, hak siar televisi, pendapatan pertandingan, dan potensi keuntungan dari penjualan pemain.

Tanya: Apakah ada contoh klub lain yang berhasil melakukan belanja besar sambil tetap mematuhi aturan finansial?
Jawab: Ya, beberapa klub top Eropa lainnya juga telah menunjukkan kemampuan untuk melakukan investasi besar dengan manajemen finansial yang cermat dan peningkatan pendapatan yang berkelanjutan.