Yogyakarta, zekriansyah.com – Dunia sepak bola Indonesia selalu ramai dengan perbincangan, apalagi saat Timnas berlaga. Belakangan ini, nama Hokky Caraka, penyerang muda Timnas Indonesia U-23, menjadi sorotan utama. Bukan hanya karena performanya di lapangan hijau Piala AFF U-23 2025, tapi juga karena kritik pedas yang datang dari legenda. Salah satunya adalah Indriyanto Nugroho, eks penyerang Timnas Indonesia yang tak ragu melontarkan penilaian tajam. Namun, ada cerita lebih dalam di balik kritik ini, termasuk langkah berani Hokky menghadapi sisi gelap dunia maya. Mari kita selami lebih jauh apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa isu ini penting bagi kita semua.
Mantan penyerang Timnas Indonesia, Indriyanto Nugroho, melontarkan kritik pedas terhadap performa Hokky Caraka di Piala AFF U-23, yang berbuntut pada langkah hukum sang pemain muda terhadap akun media sosial yang mengganggunya.
Kritik Pedas dari Indriyanto Nugroho: Apa yang Salah dengan Hokky?
Saat Timnas Indonesia U-23 berlaga di semifinal Piala AFF U-23 2025 melawan Thailand pada 25 Juli 2025, Indriyanto Nugroho, yang dikenal sebagai salah satu bomber Timnas di era 90-an, memberikan komentar yang cukup mengejutkan. Melalui sebuah acara live reaction, ia terang-terangan menyebut bahwa Hokky Caraka tidak memiliki keistimewaan sebagai seorang striker.
Indriyanto menyoroti beberapa aspek performa Hokky:
“Enggak ada (Hokky Caraka tidak memiliki keistimewaan). Saya jujur kok. Cetak gol juga enggak, kecepatan juga biasa aja. Duel-duel ini juga enggak. Ya maaf aja. Sekarang pertanyaannya, kenapa dia selalu masuk (Timnas)?”
Kritik ini semakin tajam ketika Indriyanto membandingkan Hokky dengan rekan setimnya, Jens Raven. Menurutnya, performa keduanya “bak bumi dan langit.” Jens Raven berhasil menjadi top skor sementara Piala AFF U-23 2025 dengan tujuh gol, sementara Hokky Caraka justru belum mengemas satu gol pun.
Bukan Sekadar Kritik: Hokky Caraka Somasi Akun Medsos karena Pelecehan
Di tengah badai kritik atas performanya, Hokky Caraka mengambil langkah mengejutkan. Ia melayangkan somasi terbuka kepada lima akun Instagram yang dinilai telah melampaui batas. Namun, penting untuk digarisbawahi, somasi ini bukan karena ia tak terima dikritik soal performa di lapangan.
Hokky menegaskan bahwa tindakan ini dilayangkan karena adanya pelecehan seksual dan penghinaan yang menyasar kehidupan pribadinya, bahkan kekasihnya, Jessica Rosmaureena.
“Siang semua saya di sini mau meluruskan permasalahan tersebut, bukan maksud saya untuk membela diri dari kritikan atau semacamnya. Tetapi ini sudah masuk dalam pelecehan seks kepada perempuan, dan kita semua tahu di mana pun tempatnya semua itu sama. Pelecehan tidak bisa ditolerir,” tegas Hokky melalui Instagram Story-nya.
Dukungan pun mengalir, termasuk dari bek Madura United, Ruxi, dan klubnya, PSS Sleman. Mereka menekankan pentingnya menghormati kesehatan mental pemain dan membedakan antara kritik yang membangun dengan ujaran kebencian atau cyberbullying.
Erick Thohir Pasang Badan: Bedakan Kritik dan Bully!
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, turut angkat bicara menanggapi polemik yang menimpa Hokky Caraka. Ia memberikan pembelaan sekaligus edukasi penting bagi publik dan suporter sepak bola Indonesia.
Erick Thohir dengan tegas membedakan antara kritik dan bully:
“Saya yakin Hokky punya mental yang kuat. Kalau kritik itu lumrah, tapi bully tidak lumrah. Ini beda loh. Jangan dikonotasikan kritik sama bully sama loh. Kalau kritik, kenapa begini? Harusnya begini. Kalau bully itu kan menyerang macam-macam. Tinggi badan, dia ancam-ancam. Itu bully loh.”
Meskipun performa Hokky Caraka sempat menjadi sorotan karena minim kontribusi dan salah umpan saat melawan Thailand, ia menunjukkan mental baja dengan sukses mengeksekusi penalti kelima dalam adu penalti yang mengantar Timnas U-23 ke final. Kadek Arel, kapten Timnas U-23, juga memuji mental Hokky Caraka yang luar biasa dalam menghadapi tekanan.
Masa Depan Hokky Caraka dan Pelajaran bagi Suporter
Kasus Hokky Caraka ini menjadi cermin bagi kita semua tentang bagaimana seharusnya berinteraksi di era digital, terutama dalam dunia sepak bola. Kritik adalah bagian tak terpisahkan dari olahraga profesional, sebuah alat untuk introspeksi dan pengembangan diri. Namun, ketika kritik berubah menjadi serangan pribadi, ujaran kebencian, apalagi pelecehan, itu sudah melewati batas etika dan hukum.
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh elemen sepak bola Indonesia. Penting bagi kita untuk mendukung pemain dengan cara yang positif, menjaga kesehatan mental mereka, dan menciptakan lingkungan yang kondusif agar talenta-talenta muda seperti Hokky Caraka bisa terus berkembang tanpa dihantui cyberbullying. Mari kita junjung tinggi sportivitas, baik di dalam maupun di luar lapangan, demi kemajuan sepak bola tanah air.