Yogyakarta, zekriansyah.com – Para Bobotoh tentu bertanya-tanya, mengapa Persib Bandung terseok di awal musim Super League 2025/2026? Sebagai juara bertahan, ekspektasi terhadap Maung Bandung sangat tinggi. Namun, hingga pekan ketiga, performa tim masih jauh dari kata stabil. Mereka kini berada di peringkat kesembilan klasemen sementara dengan koleksi empat poin dari tiga pertandingan, hasil dari sekali menang, sekali imbang, dan satu kekalahan.
Pelatih Bojan Hodak membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan Persib Bandung terseok di awal musim Super League 2025/2026, salah satunya adalah perubahan besar dalam skuad tim.
Pelatih Persib, Bojan Hodak, akhirnya buka suara mengenai kondisi ini. Menurut pelatih asal Kroasia tersebut, ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab Persib Bandung terseok di awal kompetisi. Yuk, kita bedah satu per satu!
Perombakan Skuad Besar-besaran: Butuh Waktu untuk “Chemistry”
Salah satu alasan paling dominan yang diungkapkan Bojan Hodak adalah perombakan skuad yang sangat signifikan. “Hampir 70-80 persen pemain kami baru, jadi butuh waktu. Saya rasa kami punya skuad yang bagus tapi kami perlu waktu,” kata Bojan Hodak.
Bayangkan saja, Persib melepas hampir semua pemain asing yang sebelumnya menjadi tulang punggung tim juara. Sebut saja Ciro Alves, David da Silva, Tyrone del Pino, Kevin Ray Mendoza, Nick Kuipers, Mateo Kocijan, dan Gustavo Franca. Kepergian mereka disebut-sebut karena masalah nilai kontrak, meskipun manajemen Persib enggan berkomentar banyak.
Dengan masuknya banyak wajah baru, baik lokal maupun asing seperti Al Hamra Hehanusa, Alfeandra Dewangga, Saddil Ramdani, Luciano Guaycochea, Ramon Tanque, dan Uilliam Barros Pereira, wajar jika chemistry tim belum terbentuk sepenuhnya. Ini seperti membangun tim baru dari nol, tentu perlu proses dan adaptasi.
Lini Serang Tumpul dan Minimnya Kreativitas
Masalah lain yang menjadi sorotan tajam Bojan Hodak adalah tumpulnya lini serang Persib Bandung. Dalam beberapa pertandingan awal, Maung Bandung kesulitan menciptakan peluang gol yang efektif dan seringkali menyia-nyiakan kesempatan emas.
“Kami belum cukup tajam,” tegas Bojan. Ini terlihat jelas saat menghadapi Manila Digger FC di Play-off AFC Champions League II, di mana gol Persib justru tercipta dari bunuh diri lawan. Bahkan, dalam laga kontra PSIM Yogyakarta, Persib gagal mengkonversi dua tendangan penalti menjadi gol, sebuah situasi yang membuat Bojan Hodak tak habis pikir.
“Saya tidak tahu harus berkata apa. Ketika melewatkan dua penalti dalam satu pertandingan, saya tidak tahu harus berkata apa,” ujar Bojan Hodak, dikutip dari laman resmi I.League.
Absennya beberapa pemain kunci di lini depan juga turut memperparah keadaan. Misalnya, saat Persib menghadapi PSM Makassar, David da Silva dan Beckham Putra tidak bisa bermain, yang jelas mengurangi daya gedor tim.
Kesalahan Fatal dan Kurang Konsentrasi Pemain
Bojan Hodak juga menyoroti kesalahan fatal yang kerap dilakukan para pemainnya, terutama di lini belakang. Kekalahan mengejutkan 1-2 dari tim promosi Persijap Jepara menjadi bukti nyata.
“Selamat buat Persijap Jepara, stadion bagus. Tapi sayang kami melakukan tiga kesalahan fatal. Gol kedua harusnya tidak terjadi,” ungkap Hodak. Ia menambahkan bahwa konsentrasi pemain menjadi persoalan serius, di mana gol kedua Persijap terjadi karena sisi kiri pertahanan Persib kosong melompong. Kesalahan-kesalahan seperti ini, menurut Bojan, “bodoh” dan tidak seharusnya terjadi jika ingin meraih kemenangan.
Tantangan Lain: Jadwal Padat dan Pemanggilan Tim Nasional
Selain masalah internal tim, faktor eksternal juga turut memengaruhi performa Persib. Jadwal pertandingan yang padat di awal musim, termasuk laga di Super League dan AFC Champions League II, membuat stamina pemain belum sepenuhnya pulih.
“Kita semua tahu kami memiliki jadwal yang cukup rapat, dalam kurun waktu 11 hari memainkan tiga pertandingan yang cukup berat,” ujar Hodak. Kondisi ini diperparah dengan pemanggilan delapan pemain ke tim nasional untuk agenda FIFA Matchday, yang menghambat proses pematangan taktik. “Kami akan fokus pada taktikal tapi masalahnya delapan pemain tidak bersama kami. Saat mereka kembali, baru kami bisa fokus pada taktikal,” jelasnya.
Optimisme di Balik Strategi Transfer Cerdas
Meskipun Persib Bandung terseok di awal musim, Bojan Hodak tetap menunjukkan optimisme. Ia menjelaskan bahwa manajemen menerapkan strategi transfer yang cerdas. Persib sengaja menunggu hingga akhir bursa transfer untuk mendatangkan pemain-pemain berkualitas dengan harga yang lebih masuk akal.
“Saya katakan, yang membedakan adalah harga karena satu bulan lalu, kami menginginkan semua pemain ini, tapi saat itu harganya sangat tinggi,” ujar Bojan. Strategi ini berhasil membawa empat pemain mentereng ke GBLA di menit-menit akhir bursa transfer: Federico Barba, Thom Haye, Eliano Reijnders, dan Andrew Jung.
Kehadiran mereka, terutama Thom Haye dan Eliano Reijnders yang datang dari liga top Eropa, diharapkan bisa segera beradaptasi dan memberikan angin segar bagi Maung Bandung. Bojan bahkan menyamakan dinamika transfer ini dengan investasi.
“Ini seperti bitcoin. Saat harganya tinggi, jangan beli. Tapi ketika turun, baru kita ambil. Sama aja prinsipnya,” ujarnya sambil tersenyum.
Momen Kebangkitan di Laga Selanjutnya?
Persib Bandung memang mengawali musim dengan banyak tantangan. Namun, dengan filosofi pragmatis Bojan Hodak yang selalu mencari cara untuk menang, serta dukungan penuh dari manajemen dan Bobotoh, harapan untuk bangkit tetap tinggi.
Laga klasik melawan Persebaya Surabaya di Stadion Gelora Bandung Lautan Api pada 12 September 2025 bisa menjadi momentum kebangkitan Maung Bandung untuk memperbaiki posisi di klasemen. Bojan Hodak dan timnya terus bekerja keras untuk membangun chemistry skuad baru Persib dan mengatasi masalah di lini serang serta pertahanan. Mari kita nantikan kiprah Persib selanjutnya!