Yogyakarta, zekriansyah.com – Halo, Sahabat Kesehatan! Pernahkah Anda mendengar berita tentang cakupan imunisasi campak Sumenep capai 553 persen? Angka ini memang terdengar luar biasa dan membuat kita bertanya-tanya, bagaimana bisa setinggi itu? Nah, mari kita luruskan informasinya. Berdasarkan data resmi dari Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPP-KB) Kabupaten Sumenep, angka yang sebenarnya adalah 55,3 persen. Ya, ada perbedaan angka di sini, namun kabar baiknya, ini menunjukkan progres yang signifikan dalam upaya melindungi anak-anak di Sumenep dari penyakit campak yang berbahaya.
Cakupan Imunisasi Campak di Sumenep Capai 55,3 Persen, Bukan 553 Persen, Tunjukkan Kemajuan Signifikan dalam Penanganan KLB.
Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana imunisasi campak di Sumenep berjalan, tantangan apa saja yang dihadapi, serta upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan cakupan vaksinasi. Memahami kondisi ini penting agar kita semua bisa berperan aktif dalam menjaga kesehatan generasi penerus bangsa.
Mengapa Sumenep Menjadi Sorotan? KLB Campak dan Angka yang Mengkhawatirkan
Sumenep, sebuah kabupaten indah di ujung timur Pulau Madura, Jawa Timur, sempat menjadi perhatian nasional karena status Kejadian Luar Biasa (KLB) campak. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini telah menyebabkan ribuan kasus dan merenggut belasan nyawa anak-anak di sana. Data dari berbagai sumber, termasuk Kementerian Kesehatan dan Dinkes Sumenep, menunjukkan bahwa sejak Januari hingga Agustus 2025, tercatat ribuan kasus suspek campak, dengan ratusan di antaranya terkonfirmasi positif.
Bayangkan saja, penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan mudah melalui vaksinasi, justru merajalela. Ini tentu menjadi alarm bagi kita semua untuk lebih serius dalam upaya pencegahan, terutama melalui imunisasi campak.
Progres Imunisasi Campak: Sudah Sejauh Mana?
Berangkat dari kondisi KLB tersebut, DKPP-KB Kabupaten Sumenep bergerak cepat dengan meluncurkan program Outbreak Response Immunization (ORI) Campak Rubela. Program ini bertujuan untuk mengejar ketertinggalan cakupan imunisasi dan segera membentuk kekebalan kelompok di masyarakat.
Menurut Kepala DKPP-KB Kabupaten Sumenep, drg. Ellya Fardasah, M.Kes, hingga hari kesembilan pelaksanaan imunisasi masal pada 3 September 2025, sebanyak 40.912 anak dari total sasaran 73.969 anak telah berhasil diimunisasi. Angka ini setara dengan 55,3 persen dari target keseluruhan. Sebuah progres yang patut diapresiasi, mengingat tantangan yang tidak mudah di lapangan.
Perincian Capaian Imunisasi Berdasarkan Kelompok Usia
Pencapaian cakupan imunisasi campak Sumenep ini bervariasi di setiap kelompok usia. Berikut adalah rinciannya:
Kelompok Usia | Sasaran (Anak) | Diimunisasi (Anak) | Cakupan (%) |
---|---|---|---|
9-12 Bulan | 3.404 | 1.412 | 41,5 |
12-47 Bulan | 31.237 | 11.919 | 38,2 |
4-6 Tahun | 26.308 | 17.973 | 68,3 |
7 Tahun | 13.020 | 9.610 | 73,8 |
Total | 73.969 | 40.912 | 55,3 |
Dari tabel di atas, terlihat bahwa kelompok usia 7 tahun memiliki cakupan tertinggi, sementara kelompok balita (12-47 bulan) masih perlu perhatian lebih.
Puskesmas Unggulan dan yang Perlu Lebih Gencar
Semua Puskesmas di Sumenep berjuang keras dalam program ORI ini. Ada yang mencatatkan prestasi gemilang, namun ada pula yang masih memerlukan dorongan ekstra.
“Puskesmas Giligenting mencatat capaian tertinggi dengan cakupan 87,6 persen dari total 1.565 sasaran. Sedangkan capaian terendah ada di Puskesmas Dungkek, hanya 12,4 persen dari 2.362 sasaran,” jelas drg. Ellya Fardasah.
DKPP-KB Sumenep terus mendorong Puskesmas dengan cakupan rendah untuk lebih mengintensifkan upaya imunisasi, menggandeng pemerintah kecamatan, desa, serta lintas sektor lainnya.
Tantangan di Balik Angka: Mengapa Imunisasi Sulit Mencapai Target?
Meskipun cakupan imunisasi campak di Sumenep menunjukkan progres, angka 55,3 persen ini masih jauh dari target 95 persen yang dibutuhkan untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Kekebalan kelompok ini ibarat perisai tak terlihat yang melindungi seluruh masyarakat, termasuk mereka yang tidak bisa divaksin.
Beberapa faktor menjadi tantangan besar:
- Rendahnya Kesadaran Masyarakat: Banyak orang tua yang belum menyadari sepenuhnya pentingnya vaksin campak.
- Hoaks dan Ketakutan: Informasi palsu tentang “vaksin haram” atau bahaya imunisasi membuat sebagian masyarakat menolak.
- Anggapan Campak Tidak Berbahaya: Istilah lokal “tampek” seringkali membuat campak dianggap penyakit ringan, sehingga tidak segera diperiksakan atau diimunisasi.
- Dampak Pandemi COVID-19: Karantina dan pembatasan sosial selama pandemi menyebabkan banyak anak melewatkan jadwal imunisasi rutin mereka.
Dampak Buruk Jika Imunisasi Terlambat atau Terlewat
Campak bukanlah penyakit sepele. Prof. Anggraini Alam dari Komite Ahli Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi, menegaskan bahwa campak dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia (radang paru-paru), diare berat, radang otak (ensefalitis), bahkan SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis), penyakit saraf fatal yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi campak dan belum ada obatnya.
“Karena itu, imunisasi harus diberikan tepat waktu. Imunisasi MR dosis pertama diberikan pada usia 9 bulan dan dosis kedua pada usia 18 bulan. Bila belum lengkap, segera lengkapi tanpa menunggu ada kasus di sekitar,” tegas Prof. Anggraini.
Upaya Bersama Mengatasi KLB Campak di Sumenep
Pemerintah tidak tinggal diam. Berbagai langkah telah dan sedang dilakukan untuk mengatasi KLB campak ini dan meningkatkan cakupan imunisasi campak di Sumenep:
- Program ORI Campak Rubela: Imunisasi masal ini menargetkan puluhan ribu anak di seluruh Sumenep.
- Keterlibatan Lintas Sektor: Kemenkes, WHO, Dinkes Provinsi Jawa Timur, serta FKM Universitas Airlangga turut mendampingi. Selain itu, pemerintah menggandeng tokoh agama (MUI, NU, Muhammadiyah), tokoh masyarakat, Dinas Pendidikan, Kemenag, PKK, hingga organisasi kemasyarakatan lainnya untuk edukasi.
- Edukasi Menyeluruh: Sosialisasi dilakukan secara _door-to-door_ di Posyandu, Puskesmas, hingga lembaga pendidikan untuk melawan hoaks dan meningkatkan kesadaran.
- Ketersediaan Vaksin dan Logistik: Pemerintah memastikan pasokan vaksin dan logistik yang memadai hingga ke pelosok.
- Fasilitas Kesehatan: Penataan ruang isolasi di setiap Puskesmas disiapkan untuk pasien campak.
- Imunisasi Kejar: Program ini dirancang untuk anak-anak yang melewatkan imunisasi rutin mereka.
- Penerapan PHBS: Masyarakat juga diimbau untuk selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), termasuk penggunaan masker saat berinteraksi dengan penderita campak.
Dr. Prima Yosephine, Direktur Imunisasi Kemenkes, mengingatkan, “Kalau kita bisa menjaga cakupan imunisasi tetap di atas 95 persen, maka rantai penularan bisa diputus. Itu yang harus jadi komitmen bersama.”
Kesimpulan
Meskipun angka cakupan imunisasi campak Sumenep capai 55,3 persen masih memerlukan peningkatan, progres ini adalah bukti kerja keras dan kolaborasi banyak pihak. Penanganan KLB campak di Sumenep bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita bersama sebagai masyarakat.
Mari kita dukung program imunisasi campak ini. Pastikan anak-anak kita mendapatkan vaksinasi lengkap dan tepat waktu. Jangan mudah termakan hoaks, dan selalu cari informasi yang akurat dari sumber terpercaya. Dengan kekebalan kelompok yang kuat, kita bisa melindungi anak-anak dari ancaman campak dan membangun masa depan yang lebih sehat dan ceria untuk Sumenep!
FAQ
Tanya: Mengapa ada perbedaan antara angka 553 persen dan 55,3 persen terkait cakupan imunisasi campak di Sumenep?
Jawab: Angka 553 persen kemungkinan adalah kesalahan penulisan atau interpretasi, sementara angka resmi yang dilaporkan adalah 55,3 persen.
Tanya: Apa itu Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan mengapa Sumenep mengalaminya?
Jawab: KLB campak adalah peningkatan kasus campak yang signifikan dan mendadak, yang terjadi di Sumenep karena cakupan imunisasi yang belum optimal.
Tanya: Apa bahaya penyakit campak bagi anak-anak?
Jawab: Campak adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan komplikasi serius hingga kematian pada anak-anak.
Tanya: Apa saja upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan imunisasi campak di Sumenep?
Jawab: Upaya meliputi kampanye imunisasi, edukasi masyarakat, dan penjangkauan ke daerah-daerah yang sulit diakses.