Yogyakarta, zekriansyah.com – Cuaca yang sering tak menentu, kadang panas terik lalu tiba-tiba hujan deras, seringkali membawa tantangan baru bagi kesehatan kita. Di Kabupaten Lebak, Banten, kondisi ini menjadi perhatian serius. Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak tak henti-hentinya menyerukan ajakan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk kembali menguatkan satu tradisi yang sangat berharga: gotong royong. Mengapa demikian? Karena mengoptimalkan gotong royong diyakini menjadi kunci utama dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dan berbagai penyakit menular lainnya yang sering muncul saat musim hujan.
Dinkes Lebak imbau warga tingkatkan gotong royong bersihkan lingkungan guna cegah penyebaran DBD dan penyakit musim hujan.
Ini bukan sekadar himbauan biasa, tapi sebuah panggilan untuk bertindak bersama demi kesehatan lingkungan dan diri kita sendiri. Mari kita pahami lebih dalam mengapa gotong royong adalah benteng pertahanan terbaik kita.
Ancaman DBD yang Terus Mengintai di Lebak
Penyakit DBD menjadi momok yang selalu mengintai, terutama saat curah hujan meningkat. Nyamuk Aedes aegypti, si pembawa virus, sangat suka berkembang biak di genangan air bersih yang ada di sekitar kita. Data menunjukkan bahwa kasus DBD di Lebak memang cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, hingga November 2022, tercatat 669 kasus DBD di Lebak, dengan empat di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Distribusi kasusnya pun menyebar di banyak wilayah. Kecamatan Rangkasbitung dan Malingping seringkali mencatat kasus tertinggi, sementara beberapa puskesmas seperti Cisimeut, Cirinten, Cigemblong, dan Cilograng berhasil mempertahankan angka nol kasus, menunjukkan bahwa pencegahan efektif itu mungkin.
“Penyebab munculnya kasus DBD itu akibat lingkungan kotor sehingga berpotensi berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti,” terang Rohmat, Kepala Seksi Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Lebak. Ia menambahkan bahwa populasi nyamuk ini sering ditemukan di genangan air pada barang-barang bekas seperti kaleng, bak, ember, atau pot bunga.
Gotong Royong dan Gerakan 3M: Senjata Paling Ampuh!
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Jawabannya sederhana, murah, dan sangat efektif: Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M Plus. Apa itu 3M Plus?
- Menguras: Bersihkan tempat penampungan air seperti bak mandi, tandon, atau vas bunga secara rutin (minimal seminggu sekali).
- Menutup: Pastikan semua tempat penampungan air tertutup rapat agar nyamuk tidak bisa masuk dan bertelur.
- Mengubur/Mendaur Ulang: Singkirkan atau daur ulang barang-barang bekas yang bisa menampung air hujan, seperti kaleng bekas, ban bekas, atau botol.
Selain 3M, ada “Plus” nya, yaitu upaya tambahan seperti:
- Memberikan bubuk larvasida (abate) pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras.
- Memelihara ikan pemakan jentik.
- Menggunakan kelambu saat tidur.
- Memperbaiki saluran air yang tidak lancar.
Kepala Dinkes Kabupaten Lebak, Triatno Supiyono, menegaskan, “Gerakan PSN itu dinilai lebih efektif untuk memutus mata rantai penyebaran DBD.” Ia juga menambahkan bahwa tindakan pengasapan (fogging) belum tentu efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa, bukan jentik-jentiknya. Justru dengan PSN dan 3M, kita mematikan jentik nyamuk sehingga populasi nyamuk tidak berkembang biak.
Lebih dari Sekadar DBD: Gotong Royong untuk Kesehatan Menyeluruh
Manfaat gotong royong dan kebersihan lingkungan tidak hanya terbatas pada pencegahan DBD. Musim hujan juga berpotensi meningkatkan risiko penyakit menular lainnya, seperti:
- Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA): Batuk, pilek, demam.
- Diare: Akibat konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi.
- Leptospirosis: Ditularkan melalui kotoran dan urine tikus yang bercampur air banjir.
- Penyakit Kulit: Akibat kelembaban dan air kotor.
Pelaksana Harian Dinkes Kabupaten Lebak, Budi Mulyanto, menekankan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam menghadapi musim hujan.
“Kami minta masyarakat menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah penyakit menular pada musim hujan,” ujarnya. Ini termasuk kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan sebelum makan, memasak air hingga mendidih, dan tidak buang air besar sembarangan.
Petugas puskesmas di seluruh Lebak pun terus mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, menyadarkan bahwa kesehatan adalah tanggung jawab bersama.
Peran Komunitas: Kekuatan Bersama Melawan Penyakit
Kisah Samsudin, warga Sentral Rangkasbitung, menjadi contoh nyata bagaimana gotong royong dapat berperan. Ia menyebutkan bahwa masyarakat di lingkungannya rutin setiap pekan melaksanakan PSN dan 3M untuk mencegah DBD. Kepedulian seperti ini, jika dilakukan secara massal, akan menciptakan lingkungan yang jauh lebih sehat dan aman.
Penting juga untuk selalu waspada terhadap gejala penyakit. Jika ada anggota keluarga yang mengalami demam tinggi lebih dari tiga hari, apalagi disertai bintik-bintik merah, segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk pemeriksaan dan penanganan medis. Penanganan cepat sangat krusial untuk mencegah komplikasi serius.
Mari Bergerak Bersama!
Ajakan Dinkes Lebak untuk mengoptimalkan gotong royong adalah seruan yang harus kita sambut. Ini bukan hanya tentang memenuhi anjuran pemerintah, tetapi tentang melindungi diri kita, keluarga, dan komunitas dari ancaman penyakit. Dengan kebersihan lingkungan yang terjaga melalui semangat gotong royong dan penerapan 3M Plus, kita bisa memutus mata rantai penularan dan menciptakan Kabupaten Lebak yang lebih sehat dan sejahtera.
Mari bersama-sama jadikan gotong royong sebagai budaya yang terus hidup, bukan hanya untuk membersihkan lingkungan, tetapi juga untuk membangun fondasi kesehatan yang kuat bagi masa depan. Kesehatan kita, ada di tangan kita bersama!