Yogyakarta, zekriansyah.com – Penyebaran HIV/AIDS masih menjadi perhatian serius di berbagai daerah. Untuk mengantisipasi lonjakan kasus, tim gabungan di beberapa wilayah gencar melakukan skrining kesehatan, khususnya di tempat-tempat yang dianggap memiliki risiko tinggi. Upaya proaktif ini bukan hanya sekadar pemeriksaan, tapi juga bentuk komitmen nyata untuk menjaga kesehatan masyarakat dan menekan angka penularan.
Di tengah kesibukan harian, mungkin kita sering lupa betapa pentingnya deteksi dini dan edukasi terkait penyakit menular seperti HIV/AIDS. Artikel ini akan mengajak Anda menyelami lebih dalam tentang bagaimana pemerintah dan masyarakat bersinergi dalam pencegahan HIV/AIDS, terutama melalui skrining di tempat hiburan, dan mengapa ini sangat vital bagi kita semua.
Gilimanuk, Gerbang Bali, Jadi Titik Fokus Skrining HIV/AIDS
Baru-baru ini, Kelurahan Gilimanuk di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali, menjadi sorotan. Sebagai gerbang utama masuknya wisatawan dan pendatang ke Pulau Dewata, wilayah ini dianggap rawan terhadap potensi penyebaran penyakit menular. Oleh karena itu, tim gabungan yang terdiri dari Kelurahan Gilimanuk, Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana, dan tenaga medis Puskesmas II Melaya, mengambil langkah cepat.
Pada awal September 2025, mereka menggencarkan skrining kesehatan di sejumlah tempat hiburan malam yang masih beroperasi di Gilimanuk. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Lurah Gilimanuk, Ida Bagus Tony Wirahadikusuma, dan bertujuan utama untuk mengantisipasi lonjakan kasus HIV/AIDS di wilayah tersebut.
“Tujuan utama kami adalah mengantisipasi lonjakan kasus HIV/AIDS, terutama di Gilimanuk sebagai gerbang masuk Bali,” ujar Lurah Tony.
Sebanyak 28 pekerja hiburan malam, terdiri dari 24 perempuan dan 4 laki-laki, menjalani pemeriksaan menyeluruh. Mereka berasal dari tiga lokasi hiburan malam yang berbeda. Tes yang dilakukan tidak hanya fokus pada HIV/AIDS (melalui tes VCT/CVT – Voluntary Counselling and Testing), tetapi juga mencakup skrining untuk penyakit menular lainnya seperti TBC. Hasil tes ini akan disampaikan secara rahasia dalam waktu sekitar seminggu, menunjukkan komitmen terhadap privasi dan penanganan yang etis.
Mengapa Skrining di Tempat Hiburan Penting?
Target skrining di tempat hiburan malam bukan tanpa alasan. Lokasi-lokasi ini seringkali menjadi kantong populasi kunci yang memiliki risiko lebih tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS. Dengan melakukan pemeriksaan langsung di lokasi, diharapkan dapat menjangkau individu yang mungkin enggan atau tidak memiliki akses mudah ke layanan kesehatan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jembrana, I Gede Ambara Putra, mengungkapkan data yang cukup mengkhawatirkan. Dalam setahun terakhir, kasus baru HIV/AIDS di Jembrana mencapai 48 kasus. Angka ini menambah total kumulatif menjadi 632 orang, dengan 529 di antaranya (sekitar 84%) sedang dalam pengobatan. Ini menunjukkan bahwa upaya deteksi dini dan penanganan berkelanjutan sangat krusial.
Skrining seperti ini merupakan bagian dari program rutin yang dilakukan setiap dua tahun sekali, dengan pemantauan berkala setiap enam bulan. Tujuannya jelas: menekan kasus HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya sejak dini.
Upaya Serupa di Berbagai Daerah: Gerakan Nasional Pencegahan
Gerakan antisipasi HIV/AIDS melalui skrining tempat tidak hanya terjadi di Jembrana. Berbagai daerah lain juga menunjukkan komitmen serupa:
- Ponorogo, Jawa Timur: Dinas Kesehatan setempat menggencarkan skrining di tempat hiburan malam, kafe, karaoke, hingga rumah indekos setelah menemukan 13 pekerja kafe positif HIV. Peningkatan kasus di Ponorogo dari 85 kasus baru di 2023 menjadi 137 kasus hingga April 2025 menjadi alarm untuk semua pihak.
- Bone Bolango, Gorontalo: KPA Bone Bolango bersama Puskesmas Botupingge melakukan pemeriksaan dini secara mobile di kafe dan kos-kosan, mengingat kabupaten ini tercatat sebagai daerah dengan kasus HIV/AIDS tertinggi ketiga di Provinsi Gorontalo (163 kasus hingga Mei 2025).
- Kabupaten Malang: Pemerintah Desa Tirtomoyo bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mengadakan skrining dan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS, yang juga mencakup deteksi dini Sifilis dan Hepatitis (Triple Eliminasi), khususnya bagi ibu hamil dan pasangan usia subur.
- Morowali, Sulawesi Tengah: PT IMIP bekerja sama dengan Komunitas Gondrong Morowali menggelar sosialisasi pencegahan HIV/AIDS, menyoroti peningkatan kasus di Kecamatan Bahodopi.
Upaya-upaya ini sejalan dengan komitmen Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk mengakhiri epidemi HIV pada tahun 2030, dengan target 95-95-95: 95% ODHIV (Orang Dengan HIV) mengetahui statusnya, 95% ODHIV diobati, dan 95% ODHIV yang diobati mengalami supresi virus.
Pentingnya Edukasi dan Menghapus Stigma
Selain skrining, edukasi memegang peranan kunci dalam pencegahan HIV/AIDS. Banyak miskonsepsi tentang cara penularan HIV yang masih beredar di masyarakat. Penting untuk diingat bahwa HIV tidak menular melalui:
- Bersentuhan, berciuman, bersalaman, dan berpelukan.
- Berbagi peralatan makan dan minum.
- Menggunakan kamar mandi bersama.
- Berenang di kolam renang.
- Gigitan nyamuk.
- Tinggal serumah dengan ODHIV.
Penularan HIV umumnya terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, transfusi darah yang terkontaminasi, penggunaan jarum suntik tidak steril, dan penularan dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
Kementerian Kesehatan juga menekankan pentingnya strategi pencegahan “ABCDE”:
- Abstinence (hindari hubungan seksual sebelum menikah).
- Be Faithful (setia pada satu pasangan).
- Condom & Circumcision (gunakan kondom dan sirkumsisi bagi laki-laki).
- Don’t inject (hindari penggunaan narkoba suntik).
- Education (edukasi yang benar tentang HIV).
Salah satu tantangan terbesar dalam penanggulangan HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV. Hal ini seringkali membuat penderita enggan memeriksakan diri atau mencari pengobatan.
“Jauhi virusnya, bukan orangnya. Stop diskriminasi,” pesan dr. Ferdy Nurhadi dari PT IMIP, yang senada dengan pesan dari Kemenkes.
Dengan memahami dan menyebarkan informasi yang benar, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi ODHIV, sehingga mereka berani berobat dan menjalani hidup normal.
Kesimpulan: Bersama Wujudkan Masyarakat Sehat Tanpa HIV/AIDS
Langkah tim gabungan yang menggencarkan skrining di tempat hiburan adalah bukti nyata komitmen pemerintah untuk antisipasi HIV/AIDS dan menjaga kesehatan masyarakat. Deteksi dini, edukasi yang masif, serta dukungan tanpa diskriminasi adalah pilar utama dalam memerangi virus ini.
Mari kita bersama-sama menjadi bagian dari solusi. Tidak perlu takut untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama jika merasa berisiko. Ingat, pencegahan dan penanganan HIV/AIDS adalah tanggung jawab kita bersama. Dengan sinergi seluruh elemen masyarakat, kita bisa mewujudkan Indonesia yang bebas dari HIV/AIDS dan stigma.