Terungkap! **Mars Jadi Planet Gurun 100 Juta Tahun** Terakhir, Ini Alasannya

Dipublikasikan 8 September 2025 oleh admin
Pendidikan Dan Pengetahuan Umum

Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa yang tidak penasaran dengan Planet Merah, Mars? Tetangga Bumi ini seringkali jadi pusat perhatian, apalagi dengan berbagai misi luar angkasa yang terus berdatangan. Kita tahu Mars sekarang tampak seperti gurun tandus, dingin, dan kering. Tapi, tahukah Anda bahwa kondisi ini sudah berlangsung sangat lama? Studi terbaru mengungkapkan bahwa Mars telah menjadi planet gurun selama 100 juta tahun terakhir. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada Mars sehingga ia kehilangan kehangatan dan airnya? Mari kita selami lebih dalam!

Mars Dulu Tidak Selalu Gurun Tandus

Mungkin sulit membayangkan, tetapi ada masa di mana Planet Mars jauh lebih ramah. Dulu, miliaran tahun yang lalu, Mars diperkirakan memiliki iklim yang hangat dan basah. Bayangkan saja, permukaannya dialiri sungai, memiliki danau purba, dan bahkan lautan yang luas!

Jejak-jejak peninggalan masa lalu ini masih bisa kita saksikan hingga kini. Wahana penjelajah seperti Curiosity dan Zhurong telah menemukan bukti-bukti kuat seperti ngarai yang dibentuk oleh sungai, dasar danau kuno, hingga sedimentasi pantai di bawah permukaan tanah. Ini semua menunjukkan bahwa Mars pernah memiliki lingkungan yang cukup nyaman untuk menampung air cair.

Mengapa Mars Berubah Menjadi Planet Gurun?

Jika Mars dulunya begitu mirip dengan Bumi, mengapa kini ia menjadi gurun beku? Para ilmuwan telah lama mencari jawaban atas misteri ini.

Hilangnya Atmosfer dan Peran Medan Magnet

Salah satu perbedaan paling krusial antara Bumi dan Mars adalah ukurannya. Mars lebih kecil dari Bumi, dan ini punya dampak besar. Karena ukurannya yang lebih kecil, inti Mars mendingin lebih cepat dibandingkan Bumi. Akibatnya, pembangkitan medan magnet global di Mars pun terhenti.

Medan magnet ini sangat penting, lho! Di Bumi, medan magnet berfungsi sebagai perisai pelindung dari gempuran angin Matahari yang kuat. Tanpa perisai ini, atmosfer Mars yang dulunya tebal dan kaya gas rumah kaca seperti karbon dioksida, perlahan-lahan terkikis dan tersapu ke luar angkasa. Atmosfer yang semakin menipis ini membuat Mars tidak lagi mampu menahan panas, menyebabkan air di permukaannya menguap atau membeku.

Siklus Karbon yang Tak Seimbang

Di Bumi, kita punya mekanisme alami yang luar biasa untuk menjaga suhu tetap stabil: siklus karbon. Karbon dioksida di atmosfer menghangatkan planet, tetapi suhu yang lebih hangat juga memicu reaksi yang mengunci karbon dioksida ke dalam batuan. Kemudian, gunung berapi akan melepaskan karbon kembali ke atmosfer. Siklus seimbang ini menjaga Bumi tetap ramah bagi kehidupan.

Sayangnya, Mars tidak memiliki siklus serupa. “Selama bertahun-tahun, kami memiliki pertanyaan besar yang belum terjawab tentang mengapa Bumi berhasil mempertahankan (status) kelayakhuniannya, sementara Mars kehilangannya,” ungkap Edwin Kite, ilmuwan planet dari The University of Chicago.

Berbeda dengan Bumi yang memiliki gunung berapi aktif terus-menerus, gunung berapi di Mars saat ini tidak aktif atau sangat lambat melepaskan gas. Jadi, ketika air di Mars menyebabkan karbon dioksida terkunci dalam batuan, tidak ada mekanisme untuk mengembalikannya ke atmosfer. Ditambah lagi, Matahari yang semakin terang secara perlahan juga menjadi faktor yang mempercepat hilangnya air cair di Mars.

Penemuan Kunci dari Wahana Curiosity

Misteri hilangnya atmosfer Mars ini mulai terpecahkan berkat data dari misi Curiosity milik NASA. Wahana penjelajah ini menemukan petunjuk penting di Gunung Sharp, Mars.

Batuan Karbonat: Bagian Hilang dari Teka-teki

Penemuan batuan yang kaya mineral karbonat menjadi bukti penting. Karbonat adalah senyawa yang terbentuk ketika karbon dioksida bereaksi dengan air dan terkunci dalam batuan. Ini seperti yang terjadi di Bumi. Penemuan ini mengindikasikan bahwa sebagian besar atmosfer karbon dioksida Mars tidak hilang begitu saja ke luar angkasa, melainkan terserap dan terperangkap di dalam bebatuan.

Meski penemuan ini sangat vital, para ilmuwan masih perlu melakukan pengujian lebih lanjut untuk memastikan seberapa luas batuan karbonat ini tersebar di Mars.

Bisakah Mars Kembali Layak Huni?

Dengan segala kondisi ekstrem yang ada saat ini – atmosfer yang sangat tipis, suhu rata-rata -63°C, dan paparan radiasi tinggi – pertanyaan besar muncul: bisakah Mars kembali layak huni? Atau bahkan, bisakah manusia mengubahnya menjadi seperti Bumi (terraforming)?

Tantangan “Terraforming” Mars

Secara teori, mengubah Mars menjadi layak huni memang memungkinkan, tetapi membutuhkan ide dan teknologi yang sangat radikal. Langkah awal adalah meningkatkan suhu Mars. Salah satu cara yang diusulkan adalah dengan melepaskan cadangan karbon dioksida beku yang sangat besar di kutub Mars ke atmosfer. Ini akan menciptakan efek rumah kaca yang dapat menghangatkan planet.

Namun, tantangannya tidak main-main. Kita membutuhkan tekanan atmosfer minimal 10 kali lipat dari sekarang agar manusia bisa beraktivitas tanpa baju bertekanan. Teknologi penambangan luar angkasa untuk mendapatkan material yang dibutuhkan juga belum tersedia. Ini adalah proyek raksasa yang membutuhkan lompatan teknologi yang belum kita miliki saat ini.

Harapan untuk Kehidupan Mikroba

Meskipun kondisi Mars sangat keras, harapan untuk menemukan kehidupan, setidaknya dalam bentuk mikroba, masih ada. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makhluk hidup ekstremofil seperti lumut kerak (lichen) dan tardigrada (beruang air) cukup tangguh untuk bertahan dalam kondisi simulasi Mars. Mikroorganisme juga mungkin bisa bertahan hidup di bawah tanah, terlindungi dari radiasi.

Ditambah lagi, adanya air dalam bentuk es di kutub dan potensi akuifer (lapisan air tanah) di bawah permukaan Mars, serta deteksi metana di atmosfer, terus memicu rasa ingin tahu para ilmuwan. Metana bisa menjadi indikasi aktivitas geologi atau, yang lebih menarik, aktivitas mikroba.

Kesimpulan

Perjalanan Mars dari planet yang basah dan hangat menjadi planet gurun selama 100 juta tahun terakhir adalah kisah tentang perubahan iklim ekstrem di skala planet. Hilangnya medan magnet dan ketidakseimbangan siklus karbon menjadi penyebab utama kehancuran atmosfernya. Namun, dengan penemuan batuan karbonat dan upaya eksplorasi yang tak kenal lelah, kita semakin memahami sejarah unik Mars.

Meskipun saat ini Mars belum layak huni bagi manusia, penelitian terus berlanjut. Siapa tahu, di masa depan, kita akan menemukan cara untuk mengungkap lebih banyak rahasia Mars atau bahkan suatu hari nanti, menjadikannya rumah kedua bagi umat manusia. Kisah Planet Merah ini masih jauh dari kata usai!

FAQ

Tanya: Mengapa Mars sekarang menjadi planet gurun yang dingin dan kering?
Jawab: Mars kehilangan sebagian besar atmosfernya dan medan magnetnya melemah, menyebabkan air menguap dan permukaannya menjadi dingin dan kering.

Tanya: Bukti apa saja yang menunjukkan bahwa Mars pernah memiliki air cair?
Jawab: Penjelajah Mars menemukan jejak ngarai sungai, dasar danau kuno, dan sedimen pantai yang menunjukkan adanya air cair di masa lalu.

Tanya: Berapa lama Mars diperkirakan telah menjadi planet gurun?
Jawab: Studi terbaru menunjukkan bahwa Mars telah menjadi planet gurun selama 100 juta tahun terakhir.