Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa sangka, perjalanan Erik ten Hag di kursi kepelatihan Bayer Leverkusen harus berakhir secepat kilat? Hanya dalam hitungan minggu, tepatnya setelah memimpin tiga laga kompetitif—dua di antaranya di Bundesliga—pelatih asal Belanda ini resmi kehilangan jabatannya. Keputusan mengejutkan yang diumumkan pada Senin, 1 September 2025, ini sontak menjadi perbincangan hangat dan bahkan mencetak rekor sebagai pemecatan pelatih tercepat dalam sejarah Bundesliga.
Erik ten Hag dipecat dari Bayer Leverkusen setelah hanya tiga pertandingan kompetitif, memecahkan rekor Bundesliga tercepat dalam sejarah kepelatihan, akibat performa pramusim yang buruk dan konflik internal.
Banyak yang bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi di balik layar? Apakah hanya karena hasil buruk di awal musim? Ternyata, ada deretan alasan yang membuat Leverkusen pecat Erik ten Hag yang jauh lebih kompleks dan berakar dalam, melampaui sekadar performa di lapangan. Mari kita bedah satu per satu.
Awal yang Penuh Gejolak: Dari Pramusim hingga Laga Perdana
Kedatangan Erik ten Hag ke BayArena, markas Leverkusen, sebetulnya membawa harapan besar. Ia ditunjuk untuk melanjutkan tongkat estafet kesuksesan Xabi Alonso yang sebelumnya membawa klub meraih gelar Bundesliga perdana. Namun, tanda-tanda ketidakcocokan sudah terlihat sejak pramusim.
1. Insiden Pramusim yang Memalukan
Salah satu insiden paling mencolok terjadi saat Leverkusen menjalani training camp di Brasil. Ten Hag meminta laga uji coba melawan Flamengo U20 dimajukan empat hari. Hasilnya? Leverkusen kalah telak 1-5. Setelah kekalahan memalukan itu, Ten Hag justru berkomentar bahwa “laga ini digulirkan terlalu cepat,” sebuah pernyataan yang tentu menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawabnya.
2. Struktur Kepelatihan yang Membingungkan
Ten Hag membawa dua asisten pelatih baru, Andries Ulderink dan Rogier Meijer, yang keduanya memiliki rekam jejak sebagai pelatih utama di klub lain. Alih-alih memperkuat, struktur ini justru dilaporkan sering menimbulkan kebingungan dan tidak adanya konsensus di antara staf pelatih. Ini tentu menghambat harmonisasi tim sejak awal.
Konflik Internal dan Strategi yang Diragukan
Tidak hanya masalah di luar lapangan, hubungan Ten Hag dengan manajemen dan pemain juga mulai merenggang. Beberapa kebijakannya dianggap kontroversial dan tidak sejalan dengan visi klub.
3. Ketegangan soal Kebijakan Transfer Pemain Kunci
Granit Xhaka, gelandang senior dan salah satu pilar penting tim, menjadi sorotan. Erik ten Hag secara terbuka menyatakan ingin Xhaka bertahan. Namun, pihak klub memiliki komitmen awal untuk melepas Xhaka jika ada tawaran yang menguntungkan. Pada akhirnya, Xhaka dilepas ke Sunderland, mengindikasikan adanya perbedaan pandangan yang signifikan.
4. Tekanan Publik Melalui Media
Ten Hag juga berulang kali mengutarakan keinginannya untuk merekrut pemain baru kepada media. Hal ini seolah memberikan tekanan kepada klub untuk segera memenuhi permintaannya, yang mungkin tidak selalu disambut baik oleh manajemen yang memiliki strategi transfer jangka panjang.
5. Absennya Game Plan dan Karisma
Para pemain dilaporkan terkejut karena Ten Hag dianggap tidak memiliki game plan atau struktur permainan yang jelas. Ia juga dinilai keras kepala dan kurang memiliki karisma, terutama jika dibandingkan dengan pendahulunya, Xabi Alonso. Bahkan, ia tidak memberikan kata-kata motivasi sebelum laga pembuka Bundesliga melawan Hoffenheim yang berujung kekalahan.
6. Kritik Kebugaran Pemain yang Kontroversial
Setelah hasil imbang 3-3 melawan Werder Bremen (di mana Leverkusen unggul 3-1 dan lawan bermain dengan 10 pemain), Ten Hag secara terbuka mengkritik kebugaran para pemainnya. Padahal, sembilan dari sebelas pemain yang menjadi starter telah mengikuti pramusim secara penuh. Kritik ini justru dianggap memperuncing keretakan di ruang ganti.
“Beberapa pemain tidak cukup bugar untuk bermain. Tim ini tidak berfungsi di fase akhir pertandingan. Mereka harus meningkatkan intensitas dan kondisi fisik jika ingin memenuhi standar saya,” ujar Ten Hag kepada Sky Sports Jerman, dikutip dari Borneo Globe.
7. Masalah Disiplin di Lapangan
Insiden perebutan penalti antara Exequiel Palacios dan Patrik Schick di laga melawan Werder Bremen juga menjadi cerminan masalah internal. Kapten Robert Andrich akhirnya memutuskan Schick yang mengambil penalti, meskipun Palacios memiliki prioritas lebih tinggi dalam daftar penendang yang telah ditentukan oleh Ten Hag. Ini menunjukkan kurangnya kontrol dan wibawa pelatih di mata para pemain.
8. Tidak Dilibatkan dalam Perekrutan Pemain
Sinyal ketidakpercayaan manajemen juga terlihat ketika Ten Hag sudah tidak dilibatkan lagi dalam diskusi perekrutan pemain seperti Lucas Vazquez. Ini mengindikasikan bahwa manajemen mulai mengambil alih kendali penuh atas aspek krusial seperti transfer pemain.
Hasil Singkat Erik ten Hag di Bayer Leverkusen
Meski alasan di atas lebih kompleks, hasil di lapangan tetap menjadi pemicu utama keputusan pemecatan.
Kompetisi | Laga | Menang | Seri | Kalah | Gol Memasukkan | Gol Kebobolan |
---|---|---|---|---|---|---|
Bundesliga | 2 | 0 | 1 | 1 | 4 | 5 |
DFB Pokal | 1 | 1 | 0 | 0 | 4 | 0 |
Total Resmi | 3 | 1 | 1 | 1 | 8 | 5 |
- Kekalahan 1-2 dari Hoffenheim (Bundesliga)
- Imbang 3-3 melawan Werder Bremen (Bundesliga)
- Menang 4-0 atas SS Sonnenhof Grossaspach (DFB Pokal)
Direktur olahraga Simon Rolfes dan CEO Fernando Carro menegaskan bahwa keputusan ini sulit namun perlu demi masa depan klub.
“Keputusan ini tidak mudah bagi kami. Tidak ada yang mau mengambil langkah ini. Namun, beberapa minggu terakhir telah menunjukan bahwa membangun tim baru yang sukses dengan formasi seperti ini tidaklah memungkinkan,” ucap Simon Rolfes.
Kesimpulan
Pemecatan Erik ten Hag oleh Bayer Leverkusen adalah bukti nyata betapa cepatnya dinamika di dunia sepak bola modern. Bukan semata-mata karena hasil buruk dalam dua laga Bundesliga, melainkan gabungan dari serangkaian insiden sejak pramusim, konflik internal terkait kebijakan transfer, keraguan atas game plan, hingga kurangnya karisma yang bisa menyatukan tim.
Keputusan ini menjadi rekor pemecatan tercepat di Bundesliga, sekaligus meninggalkan pekerjaan rumah besar bagi Leverkusen untuk segera menemukan pengganti yang tepat. Bagi Ten Hag sendiri, ini adalah babak pahit dalam kariernya, namun reputasinya sebagai pelatih yang pernah sukses di Ajax tentu masih akan menarik minat klub lain. Kita tunggu saja, siapa yang akan menjadi nahkoda baru di BayArena dan bagaimana kelanjutan karier pelatih berkepala plontos ini.
FAQ
Tanya: Kapan Erik ten Hag dipecat oleh Bayer Leverkusen dan berapa lama ia menjabat?
Jawab: Erik ten Hag dipecat pada Senin, 1 September 2025, setelah memimpin hanya tiga laga kompetitif.
Tanya: Apa alasan utama Bayer Leverkusen memecat Erik ten Hag selain hasil buruk di awal musim?
Jawab: Alasan pemecatan Ten Hag lebih kompleks dan berakar dalam, melampaui sekadar performa di lapangan, termasuk insiden pramusim yang memalukan.
Tanya: Apakah pemecatan Erik ten Hag memecahkan rekor pemecatan pelatih tercepat di Bundesliga?
Jawab: Ya, keputusan pemecatan Erik ten Hag mencetak rekor sebagai pemecatan pelatih tercepat dalam sejarah Bundesliga.