Kasus kematian Brigadir Muhammad Nurhadi, seorang anggota polisi yang bertugas di Paminal Propam Polda NTB, masih menyisakan luka mendalam bagi keluarga. Empat bulan berlalu sejak insiden tragis di Gili Trawangan, Lombok, namun titik terang mengenai siapa pelaku utama pembunuhan ini belum juga terungkap. Di tengah kegelapan duka ini, sang istri, Elma Agustina, dengan tegas membantah tudingan miring yang menyebut dirinya tukar nyawa suami dengan uang ratusan juta.
**Istri Almarhum Brigadir Nurhadi membantah keras tudingan menerima ratusan juta rupiah demi menghentikan penyelidikan kasus kematian suaminya, menegaskan keluarga menuntut keadilan sejati.**
Artikel ini akan membawa Anda menyelami suara hati Elma dan keluarga, menyingkap kejanggalan-kejanggalan yang mereka rasakan, serta melihat sisi lain dari kasus yang menghebohkan ini. Mari kita ikuti perjalanan pencarian keadilan ini bersama.
Bantahan Tegas dari Sang Istri yang Penuh Duka
Suasana duka masih menyelimuti kediaman almarhum Brigadir Nurhadi di Desa Sembung, Narmada, Lombok Barat. Elma Agustina (28), istri almarhum, terlihat masih sangat terpukul atas kepergian suami tercintanya. Namun, di tengah kesedihan itu, ia harus menghadapi tudingan tak berdasar yang menyakitkan.
Beredar kabar bahwa Elma menerima uang sebesar Rp 400 juta dari salah satu tersangka, Kompol I Made Yogi Purusa Utama (YG), sebagai imbalan agar tidak memperkarakan kematian suaminya. Dengan nada suara yang penuh emosi dan ketegasan, Elma membantah keras tuduhan tersebut. “Itu semua fitnah, saya tidak akan menukar nyawa suami saya dengan uang, tidak pernah ada uang Rp 400 juta itu demi Allah,” ungkap Elma. Ia bahkan menambahkan, “Seperti apa yang Rp 400 juta saja tidak pernah saya lihat.” Bagi Elma, satu-satunya yang ia inginkan adalah keadilan bagi Brigadir Nurhadi dan terungkapnya penyebab pasti kematian sang suami.
Kejanggalan di Balik Kematian Brigadir Nurhadi: Versi Keluarga vs. Polisi
Kakak ipar almarhum, Reni (35), adalah salah satu anggota keluarga yang paling gigih mencari kebenaran di balik kasus ini. Ia merasa ada banyak hal yang janggal dan tidak sesuai dengan keterangan resmi pihak kepolisian. Salah satu bukti penting, yaitu ponsel pribadi Nurhadi, telah disita oleh tim penyidik Polda NTB. Padahal, menurut Reni, ponsel tersebut menyimpan banyak informasi krusial.
Sebelum disita, Reni sempat membuka WhatsApp di ponsel Nurhadi bersama keluarga. Di sana, ia menemukan percakapan mencurigakan dari tersangka I Gede Haris Chandra (HC) yang meminta Nurhadi untuk diam saja. Pesan itu bahkan sempat di-screenshot oleh almarhum dan dikirimkan ke tersangka YG. Sayangnya, Reni tidak sempat menyimpan tangkapan layar penting itu ke ponselnya sendiri.
Selain itu, Reni juga menemukan perbedaan informasi mengenai kronologi kejadian di Gili Trawangan. Polisi menyebutkan luka pada Nurhadi akibat terjatuh dari cidomo (alat transportasi tradisional). Namun, dari keterangan rekan-rekan di Klinik Warga tempat Nurhadi dibawa, ada informasi yang bertolak belakang. “Kemudian juga kami dikabari Nurhadi saat kritis dibawa ke Klinik Warna diantarkan YG tetapi rekannya di klinik mengatakan tidak ada YG yang ikut mengantar ke klinik,” jelas Reni. Berbagai informasi yang tidak sesuai ini membuat keluarga merasa tidak lagi percaya pada siapa pun dalam penanganan kasus ini.
Meluruskan Tudingan Pesta dan Narkoba: “Merokok Saja Tidak”
Tak hanya tuduhan uang, Elma juga harus menghadapi kabar miring yang menyebut suaminya terlibat pesta dan mengonsumsi obat-obatan terlarang seperti Rikolona dan Ekstasi di villa Gili Trawangan. Dengan tegas, Elma membantah semua tudingan tersebut. Ia mengenal betul karakter suaminya.
“Merokok saja dia tidak bisa, apalagi memakai obat-obatan dan minum minuman keras. Itu sama sekali tidak benar,” tegas Elma. Ia menduga bahwa suaminya mungkin saja dicekoki atau dipaksa untuk mengonsumsi barang haram tersebut. Elma mengenang video call terakhirnya dengan Nurhadi pada 16 April 2025 sore, di mana suaminya masih terlihat sehat dan ceria. Bahkan, Nurhadi sempat bercanda sebelum berpamitan untuk tugas mengantar atasannya ke Gili Trawangan. Kecurigaan dan keraguan atas penjelasan kematian suaminya masih sangat kuat dalam benak Elma.
Kisah Tersangka M: Antara Trauma Keluarga dan Harapan Keadilan
Di sisi lain kasus ini, ada pula kisah M (Misri), salah satu yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Brigadir Nurhadi. Ibunda M, Lita Krisna (44), mengaku mengalami tekanan psikologis berat akibat pemberitaan yang menyudutkan putrinya. Ia bahkan memilih untuk tidak membuka media sosial karena banyaknya narasi liar dan komentar negatif dari netizen. Kondisi ini membuat kesehatan Lita menurun drastis dan kesulitan tidur.
Lita berharap masyarakat bisa lebih fokus pada proses hukum yang sedang berjalan, bukan mengulik kehidupan pribadi putrinya. “Saya bingung juga, kenapa semua membahas anak saya? kehidupan pribadinya dikulik, padahal dia gak pernah neko-neko, dia perempuan baik-baik, seorang kakak yang mencari uang untuk 5 adik-adiknya,” ujar Lita.
Menurut Lita dan kerabat, M dikenal sebagai sosok yang ramah, baik, dan berprestasi. Ia adalah tulang punggung keluarga yang menunda mimpinya berkuliah demi membiayai ibu dan lima adiknya. M sendiri, melalui ibunya, mengaku hanya membantu saat jenazah Brigadir Nurhadi ditemukan dan merasa “tertuduh” serta kecewa karena ditetapkan sebagai tersangka lebih dulu dibandingkan dua anggota polisi lainnya yang juga terlibat. Keluarga M pun berharap keadilan ditegakkan dan proses hukum berjalan transparan.
Menanti Titik Terang Keadilan
Kematian Brigadir Nurhadi adalah tragedi yang menyisakan duka mendalam dan pertanyaan besar. Dari bantahan tegas sang istri, Elma Agustina, mengenai tudingan tukar nyawa dengan uang, hingga berbagai kejanggalan yang diungkap keluarga, serta sisi lain dari tersangka M yang merasa terpojok, semua menunjukkan bahwa kasus ini jauh dari kata selesai.
Semoga saja, seiring berjalannya waktu, semua fakta akan terungkap dengan jelas, dan keadilan bagi Brigadir Nurhadi benar-benar dapat ditegakkan. Kita semua berharap agar pihak berwenang dapat bekerja secara transparan dan profesional untuk mengungkap seluruh kebenaran, demi kedamaian keluarga yang ditinggalkan dan kepercayaan masyarakat.