Melonjak Tajam: Kasus DBD di Kepulauan Meranti Tembus 98, Satu Anak Meninggal Dunia!

Dipublikasikan 5 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Suasana di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, kini diselimuti kekhawatiran yang mendalam. Bagaimana tidak, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kepulauan Meranti menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, bahkan sudah menembus angka 98 kasus hingga awal Agustus 2025. Lebih menyedihkan lagi, wabah ini telah menelan satu korban jiwa, seorang anak yang tak berdaya melawan keganasan virus dengue.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa DBD di Kepulauan Meranti meningkat tajam, wilayah mana saja yang menjadi fokus pengawasan, serta langkah-langkah apa yang sedang dan harus terus dilakukan untuk menekan laju penyebaran penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti ini. Mari kita pahami bersama agar kita semua bisa lebih waspada dan bertindak.

Angka Kasus DBD di Meranti Terus Merangkak Naik

Data terbaru dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kepulauan Meranti sungguh mengkhawatirkan. Hingga pertengahan Juni 2025, tercatat sudah ada 66 kasus DBD. Jika kita tilik lebih jauh, pada bulan Mei saja ada penambahan 16 kasus baru, dan di pertengahan Juni sudah melonjak dengan 17 kasus tambahan. Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Kepulauan Meranti, Widya Nengsih, membenarkan adanya tren kenaikan kasus DBD di Kepulauan Meranti yang cukup drastis dibandingkan periode Januari hingga April 2025.

Bahkan, menurut informasi terkini, per awal Agustus 2025, jumlah kasus DBD di Kepulauan Meranti sudah tembus 98! Angka ini jauh melampaui total kasus pada tahun 2024 yang hanya 35 kasus hingga Mei. Peningkatan ini menjadi alarm bagi seluruh pihak untuk bertindak lebih serius.

Wilayah Prioritas Pengawasan: Selatpanjang dan Alah Air

Melihat sebaran kasus yang tinggi, Dinkes Kepulauan Meranti telah menetapkan dua wilayah puskesmas sebagai fokus pengawasan utama. Kedua wilayah tersebut adalah Puskesmas Selatpanjang dan Puskesmas Alah Air.

“Dua puskesmas ini merupakan yang terdekat dan kasusnya tinggi. Meski begitu, puskesmas lain juga tetap kami pantau dan berikan perhatian,” jelas Widya Nengsih. Meskipun kasusnya tersebar di beberapa kelurahan, tingginya angka di dua wilayah ini menjadi perhatian serius.

Duka Menyelimuti: Satu Nyawa Melayang Akibat DBD

Lonjakan kasus DBD di Meranti ini membawa kabar duka yang mendalam. Seorang siswi SDN 2 Selatpanjang, yang berasal dari Kelurahan Selatpanjang Kota, Kecamatan Tebingtinggi, meninggal dunia pada 1 Agustus 2025 setelah sempat dirawat intensif.

Korban awalnya mengalami demam tinggi dan sempat mendapat penanganan awal di RSUD. Namun, kondisinya memburuk dan setelah dirujuk kembali, ia didiagnosis DBD. Tragedi ini menjadi pengingat betapa berbahayanya penyakit ini dan pentingnya penanganan cepat serta kewaspadaan dini.

Gerakan Bersama Melawan Nyamuk: PSN 3M Plus dan Fogging

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti tidak tinggal diam. Bupati Meranti, AKBP (Purn) H. Asmar, telah mengeluarkan surat edaran resmi bernomor 440/DINKES-SEKRT/422 untuk meningkatkan kewaspadaan. Berbagai upaya pencegahan terus digalakkan, terutama melalui program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus.

Wakil Bupati Kepulauan Meranti, Muzamil Baharudin, bahkan turun langsung ke lapangan melakukan fogging di Selatpanjang sebagai respons cepat atas laporan masyarakat. Fogging juga langsung dilakukan di sekitar lingkungan tempat tinggal dan sekolah korban meninggal dunia.

Lalu, apa itu 3M Plus yang digalakkan ini?

  • 3M Utama:
    1. Menguras atau membersihkan tempat-tempat penampungan air (bak mandi, ember, tempat minum burung, vas bunga, dll.) secara rutin.
    2. Menutup rapat tempat-tempat penampungan air (drum, kendi, toren air) agar nyamuk tidak bisa masuk dan bertelur.
    3. Mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi menampung air dan menjadi sarang nyamuk.
  • Plus (Tindakan Tambahan):
    • Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
    • Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk.
    • Menggunakan kelambu saat tidur.
    • Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.
    • Menanam tanaman pengusir nyamuk.
    • Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah agar tidak gelap dan lembab.
    • Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.

Mengenal Lebih Dekat Musuh Kita: Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti, sang pembawa virus DBD, memiliki kebiasaan unik. Mereka paling aktif menggigit pada pagi hari sekitar pukul 09.00 – 10.00 WIB dan sore hari antara pukul 16.00 – 17.00 WIB. Setelah kenyang mengisap darah, nyamuk-nyamuk ini akan beristirahat di tempat yang gelap dan lembap, baik di dalam maupun di luar rumah, dekat dengan tempat mereka berkembang biak.

Setiap kali bertelur, nyamuk betina bisa menghasilkan sekitar 100 butir telur. Telur-telur ini bahkan bisa bertahan di tempat kering selama berbulan-bulan dan akan menetas jika terkena air atau kelembaban tinggi. Inilah mengapa penting sekali untuk tidak membiarkan ada genangan air sedikit pun di sekitar rumah kita.

Belum KLB, Tapi Kewaspadaan Tetap Tinggi

Meskipun kasus DBD di Kepulauan Meranti terus meningkat tajam, status Kejadian Luar Biasa (KLB) belum ditetapkan. Ini karena kasusnya menyebar di beberapa kelurahan dan tidak terkonsentrasi di satu titik saja. Namun, hal ini tidak berarti kita bisa lengah. Justru, kewaspadaan harus terus ditingkatkan mengingat tren kenaikan yang signifikan dan sudah adanya korban jiwa.

Mari Bersama Jaga Kepulauan Meranti dari DBD!

Peningkatan kasus DBD di Kepulauan Meranti ini adalah masalah kita bersama. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama untuk menekan angka penyebaran dan mencegah lebih banyak korban berjatuhan.

Mari kita jadikan PSN 3M Plus sebagai kebiasaan sehari-hari, bukan hanya saat ada wabah. Periksa dan bersihkan lingkungan rumah serta sekitar kita secara rutin. Ingat, satu jentik nyamuk yang berhasil diberantas berarti satu risiko penularan DBD yang berhasil kita hindari. Dengan semangat gotong royong dan kesadaran bersama, kita bisa menjaga Kepulauan Meranti tetap sehat dan bebas dari ancaman Demam Berdarah Dengue.