**Daftar Empat Tim Super League Minim Pemain di Tengah Geliat Bursa Transfer 2025/2026**

Dipublikasikan 30 Juli 2025 oleh admin
Olahraga

Yogyakarta, zekriansyah.com – Musim 2025/2026 menjadi babak baru bagi kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia. Dengan nama baru Super League, harapan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing di kancah Asia membumbung tinggi. Salah satu gebrakan paling mencolok adalah regulasi baru yang memperbolehkan setiap klub mendaftarkan hingga 11 pemain asing. Namun, di balik ambisi besar ini, ada beberapa tim yang justru masih terlihat “minim pemain” dalam berbagai aspek, entah belum memenuhi kuota asing sepenuhnya, atau pemain barunya belum siap tempur.

**Daftar Empat Tim Super League Minim Pemain di Tengah Geliat Bursa Transfer 2025/2026**

Empat tim Super League diprediksi menghadapi tantangan minim pemain asing jelang bergulirnya musim 2025/2026 seiring geliat bursa transfer.

Artikel ini akan mengupas empat tim Super League yang menghadapi tantangan “minim pemain” menjelang bergulirnya kompetisi. Mari kita intip siapa saja mereka dan bagaimana strategi unik yang mereka jalankan.

Persebaya Surabaya: Masih Berburu Slot Asing

Salah satu tim yang terlihat masih sibuk di bursa transfer adalah Persebaya Surabaya. Meskipun regulasi Super League 2025/2026 mengizinkan hingga 11 pemain asing terdaftar, dan 8 di antaranya bisa masuk Daftar Susunan Pemain (DSP), Green Force ternyata baru mengamankan tujuh nama pemain asing. Ini berarti mereka masih kekurangan empat pemain untuk memenuhi kuota maksimal yang diberikan PT Liga Indonesia Baru (LIB).

Ketujuh pemain asing Persebaya yang sudah diperkenalkan adalah bek Dime Dimov dan Risto Mitrevski, gelandang Francisco Rivera dan Milos Raickovic, serta penyerang Bruno Moreira, Dejan Tumbas, dan Gali Freitas. Tantangan besar bagi Persebaya adalah waktu adaptasi yang semakin mepet, mengingat kompetisi tinggal sebulan lagi. Kecepatan manajemen dalam mencari tambahan pemain asing yang cocok dengan taktik pelatih akan sangat menentukan performa awal mereka di Super League.

Madura United: Adaptasi Pemain Baru yang Belum Maksimal

Beralih ke Pulau Garam, Madura United juga menghadapi tantangan unik. Meskipun mereka terus meningkatkan intensitas latihan, pelatih Angel Alfredo Vera mengakui bahwa kondisi fisik para pemain, terutama yang berstatus asing, belum mencapai level maksimal. Pemain seperti Ruxi dan Valeriy Ihorovych Hryshyn, yang baru pertama kali berlabuh di Indonesia, memerlukan waktu lebih untuk beradaptasi dengan gaya bermain khas sepak bola tanah air dan kondisi lapangan.

Ini menunjukkan bahwa meskipun secara kuantitas pemain asing mungkin sudah ada, secara kualitas dan kesiapan, mereka masih berada dalam tahap “minim” performa optimal. Proses adaptasi yang intensif ini menjadi kunci bagi Madura United untuk bisa bersaing di papan atas Super League musim ini.

Persija Jakarta: Strategi ‘Gambling’ dengan Pemain Minim Nama

Tim Ibu Kota, Persija Jakarta, memilih jalur yang berbeda dalam perburuan pemain asing. Alih-alih memboyong nama-nama besar yang sudah punya reputasi, Macan Kemayoran justru terkesan ‘gambling’ dengan merekrut sebagian besar pemain baru dari Brasil yang namanya masih asing di telinga publik sepak bola Indonesia. Dari sembilan pemain asing yang kini dimiliki Persija, hanya Thales Lira yang punya pengalaman di Liga 1.

Uniknya, empat dari mereka bahkan tidak memiliki nilai pasar di situs Transfermarkt, sebuah indikasi bahwa mereka belum banyak terekspos di kancah sepak bola internasional. Strategi ini, meskipun berisiko, mungkin menjadi upaya untuk mendapatkan pemain berkualitas dengan anggaran yang lebih ringan. Namun, ini juga berarti Persija akan memulai musim dengan pemain yang “minim nama” dan belum teruji di kompetisi lokal, menuntut proses adaptasi yang cepat dan efektif.

Arema FC: Ujian Mental Pemain Asing Baru

Arema FC juga masuk dalam daftar tim yang menghadapi tantangan dengan pemain asing baru mereka. Musim ini, Singo Edan mendatangkan lima pemain asing baru, di mana empat di antaranya belum pernah bermain di Indonesia. Mereka adalah Valdeci Moreira, Paulinho Moccelin, Ian Puelio, dan Odivan Koerich, dengan Yann Motta sebagai satu-satunya yang sudah pernah berseragam Persija Jakarta.

Yang menarik, salah satu pemain asing baru Arema, Paulinho, bahkan sudah mendapatkan ujian berat dari netizen Indonesia di pramusim. Insiden yang melibatkan cedera pemain Timnas Indonesia, Ole Romeny, membuatnya menerima kritikan pedas. Sejak kejadian itu, performa Paulinho terlihat kurang agresif, mengindikasikan bahwa tekanan mental bisa membuat kontribusi pemain menjadi “minim” meskipun secara fisik ada di lapangan. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pelatih untuk mengembalikan kepercayaan diri dan agresivitas pemain asing mereka.

Dampak Regulasi Terhadap Pemain Lokal: Siapa yang Terpinggirkan?

Keputusan PT LIB untuk menambah kuota pemain asing hingga 11 nama memang memicu perdebatan sengit. Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) menyuarakan kekhawatiran besar bahwa regulasi ini akan mengurangi drastis menit bermain pemain lokal. Presiden APPI, Andritany Ardhiyasa, bahkan menilai kebijakan ini kontradiktif dengan tujuan pembinaan tim nasional.

“Jika muara dari kompetisi yang lebih berkualitas adalah prestasi Tim Nasional, maka regulasi ini tentu sangat kontradiktif dengan pernyataan Pelatih Timnas Indonesia Patrick Kluivert, yang pernah menyatakan bahwa ‘Jika para pemain tidak punya menit bermain di klub, maka kamu tidak bisa dapat kesempatan,” ujar Andritany.

Data dari musim sebelumnya menunjukkan dominasi pemain asing dalam daftar menit bermain terbanyak. Pada musim 2024-2025, hanya segelintir pemain lokal seperti Muhammad Toha dan Safrudin Tahar yang mampu bersaing di jajaran atas. APPI memperingatkan bahwa jika semua klub memaksimalkan kuota asing, ada potensi ratusan pemain lokal kehilangan pekerjaan atau terpaksa turun kasta ke liga yang lebih rendah.

Perbandingan dengan liga-liga tetangga di ASEAN juga menunjukkan Indonesia menjadi yang paling “boros” pemain asing. Thailand, Malaysia, dan Vietnam masih memberikan lebih banyak ruang bagi talenta lokal mereka untuk berkembang di kompetisi domestik, namun tetap mampu berprestasi di kancah internasional.

Menanti Geliat Super League 2025/2026

Fenomena “minim pemain” di berbagai aspek ini menjadi salah satu sorotan utama menjelang Super League 2025/2026. Apakah tim-tim ini bisa mengatasi tantangan adaptasi dan kekurangan pemain di slot tertentu? Atau justru strategi ‘minim pemain’ (baik dari segi kuantitas atau kesiapan) ini akan menjadi bumerang?

Kita tunggu saja bagaimana geliat bursa transfer dan performa awal mereka di lapangan hijau. Yang pasti, musim Super League ini akan menyajikan cerita menarik, baik dari sisi persaingan tim maupun nasib para pemain, khususnya talenta lokal di tengah derasnya arus pemain asing.