Demam Berdarah Bukan Lagi Penyakit Musiman: Dokter Ingatkan Ancaman DBD Mengintai Sepanjang Tahun

Dipublikasikan 31 Juli 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Selama ini, banyak dari kita mungkin mengira demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang hanya muncul saat musim hujan tiba. Anggapan ini sayangnya sudah tidak relevan lagi. Para ahli kesehatan, termasuk Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi, dr. Atilla Dewanti, SpA(K), dengan tegas mengingatkan bahwa ancaman DBD kini mengintai sepanjang tahun dan bukan lagi penyakit musiman. Virus dengue bisa menyerang siapa saja, kapan saja, tanpa memandang usia atau cuaca.

Demam Berdarah Bukan Lagi Penyakit Musiman: Dokter Ingatkan Ancaman DBD Mengintai Sepanjang Tahun

Dokter ingatkan ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD) kini mengintai sepanjang tahun, bukan lagi penyakit musiman akibat adaptasi nyamuk dan perubahan iklim.

Mengapa hal ini penting untuk Anda ketahui? Karena memahami bahwa DBD tak musiman adalah langkah pertama untuk lebih waspada dan melindungi diri serta keluarga dari bahaya yang bisa berakibat fatal ini. Mari kita bedah lebih dalam mengapa persepsi kita tentang DBD harus berubah.

Mengapa DBD Kini Tak Mengenal Musim?

Pergeseran pola penyebaran virus dengue ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, virus dengue itu sendiri memang ada sepanjang tahun di daerah tropis seperti Indonesia. Kedua, nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor utamanya semakin beradaptasi. Mereka tidak hanya berkembang biak di genangan air bersih saat musim hujan, tetapi juga di tempat-tempat lembap dan teduh di sekitar pemukiman, bahkan saat musim kemarau.

Ditambah lagi, perubahan iklim global turut mempercepat proses inkubasi virus di dalam tubuh nyamuk. Artinya, nyamuk yang terinfeksi bisa lebih cepat menularkan virus setelah menggigit. Lingkungan tropis Indonesia yang hangat dan lembap sepanjang tahun menjadi ‘surga’ bagi nyamuk ini. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang) secara konsisten juga memperparah kondisi, membuat ancaman demam berdarah selalu ada.

Waspada! Gejala DBD Sering Menyamar Mirip Flu Biasa

Salah satu bahaya terbesar DBD adalah gejalanya yang sering kali mirip dengan flu biasa, membuat banyak orang terlambat menyadari kondisi sebenarnya. Dr. Atilla Dewanti menjelaskan bahwa gejala umum demam berdarah meliputi:

  • Demam tinggi mendadak hingga 40°C
  • Sakit kepala parah, terutama di belakang mata
  • Nyeri otot dan sendi yang terasa pegal-pegal berat
  • Mual dan muntah
  • Muncul ruam kulit atau bintik merah setelah beberapa hari demam
  • Bisa terjadi perdarahan ringan seperti mimisan atau gusi berdarah

Jika tidak cepat dikenali dan ditangani, infeksi dengue bisa berkembang menjadi kondisi yang sangat berbahaya, yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS). Ini adalah fase kritis di mana tekanan darah turun drastis, terjadi kebocoran plasma darah, hingga gagal organ yang bisa berujung pada kematian. Penting untuk segera mencari pertolongan medis jika demam tidak turun setelah 3 hari atau disertai gejala berat lainnya.

Data Kasus DBD: Angka yang Mengkhawatirkan

Ancaman demam berdarah bukan isapan jempol belaka. Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan peningkatan kasus yang signifikan. Hingga pekan ke-25 tahun 2025 saja, tercatat 79.843 kasus DBD di Indonesia dengan 359 kematian. Angka ini menunjukkan tingkat kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 0,45%.

Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 14 juta kasus dengue pada tahun 2024, menjadikannya angka tertinggi dalam sejarah. Kelompok yang paling rentan mengalami kematian akibat infeksi dengue adalah anak-anak dan remaja berusia 5–14 tahun. Hal ini menjadi pengingat serius bagi para orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan.

Kunci Perlindungan Diri: Pencegahan dan Vaksinasi

Mengingat belum ada obat spesifik yang dapat menyembuhkan DBD, pencegahan menjadi langkah paling utama untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Dr. Atilla Dewanti menekankan bahwa virus dengue memiliki empat serotipe, yang berarti seseorang bisa terinfeksi lebih dari satu kali. Bahkan, infeksi kedua atau berikutnya justru bisa lebih parah.

Langkah pencegahan yang sangat dianjurkan adalah penerapan 3M Plus secara konsisten:

  • Menguras tempat penampungan air secara rutin (bak mandi, vas bunga, penampung air kulkas).
  • Menutup rapat tempat penampungan air.
  • Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
  • Plus upaya lain seperti menggunakan losion anti-nyamuk, memasang kelambu, menanam tanaman pengusir nyamuk, hingga mempertimbangkan vaksinasi dengue.

Vaksinasi dengue kini telah direkomendasikan untuk kelompok usia anak maupun dewasa, sesuai rekomendasi medis. Seperti yang diungkapkan oleh public figure Tasya Kamila, sebagai ibu dari dua anak, pencegahan DBD harus menjadi prioritas utama keluarga. “Dengue bukan cuma soal penyakit, ini soal keselamatan anak-anak kita. Kita enggak pernah tahu kapan virusnya datang. Karena itu, pencegahan harus jadi prioritas utama keluarga,” ujarnya.

Target Ambisius: Nol Kematian Akibat Dengue 2030

Pemerintah Indonesia, bersama berbagai pihak, memiliki komitmen ambisius untuk mencapai target Nol Kematian Akibat Dengue pada Tahun 2030, sesuai dengan Strategi Nasional Pencegahan Dengue. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan membutuhkan aksi kolektif dari seluruh lapisan masyarakat.

Edukasi berkelanjutan, kesadaran menjaga kebersihan lingkungan, serta memanfaatkan inovasi pencegahan seperti vaksinasi adalah kunci. Kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah daerah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat luas, sangat diperlukan untuk memutus rantai penularan DBD yang kini menjadi ancaman sepanjang tahun.

Jangan lagi menganggap enteng demam berdarah. Dengan kesadaran bahwa DBD tak musiman dan upaya pencegahan yang disiplin, kita bisa bersama-sama melindungi diri dan orang-orang terkasih dari bahaya virus dengue. Mulailah dari lingkungan rumah Anda, karena satu gigitan nyamuk bisa membawa dampak fatal.

FAQ

Tanya: Mengapa demam berdarah (DBD) tidak lagi dianggap penyakit musiman?
Jawab: Virus dengue dan nyamuk Aedes aegypti kini dapat bertahan dan berkembang biak sepanjang tahun, tidak hanya saat musim hujan.

Tanya: Faktor apa saja yang menyebabkan DBD bisa mengintai sepanjang tahun?
Jawab: Virus dengue ada sepanjang tahun di daerah tropis, nyamuk beradaptasi berkembang biak di berbagai tempat lembap, dan perubahan iklim mempercepat inkubasi virus pada nyamuk.

Tanya: Bagaimana cara melindungi diri dari DBD jika ancamannya ada sepanjang tahun?
Jawab: Tetap waspada terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti dan lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin di lingkungan sekitar Anda.