Cegah Wabah Sejak Dini: BRIN Kembangkan Alat Deteksi Penyakit Zoonosis Buatan Lokal

Dipublikasikan 2 September 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda mendengar tentang penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia? Penyakit-penyakit ini, yang kita sebut zoonosis, seringkali sulit dideteksi karena gejalanya mirip dengan demam biasa atau tifus. Padahal, ancamannya nyata dan bisa membahayakan kesehatan kita semua, bahkan stabilitas ekonomi. Kabar baiknya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tidak tinggal diam. Melalui para ahli di Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, BRIN kembangkan alat deteksi dini penyakit zoonosis yang inovatif bernama Pestorita. Alat ini dirancang untuk menjadi solusi lokal yang murah, mudah, dan praktis. Mari kita selami lebih dalam bagaimana terobosan ini bisa melindungi kita dari ancaman tersembunyi!

Cegah Wabah Sejak Dini: BRIN Kembangkan Alat Deteksi Penyakit Zoonosis Buatan Lokal

BRIN kembangkan alat deteksi dini penyakit zoonosis lokal bernama Pestorita, solusi inovatif dan terjangkau untuk cegah wabah di Indonesia.

Apa Itu Zoonosis dan Mengapa Kita Perlu Waspada?

Mungkin istilah zoonosis masih terdengar asing bagi sebagian orang, tapi dampaknya bisa sangat dekat dengan kehidupan kita. Singkatnya, zoonosis adalah penyakit yang menular dari hewan—baik hewan liar, ternak, maupun peliharaan—ke manusia. Patogen penyebabnya pun beragam, mulai dari bakteri, virus, parasit, hingga jamur. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa enam dari sepuluh penyakit menular yang ada saat ini adalah zoonosis, bahkan tiga dari empat penyakit infeksi baru pada manusia juga berasal dari hewan. Contohnya? Ada leptospirosis, flu burung, rabies, COVID-19, hingga cacar monyet yang pernah kita dengar.

Di Indonesia, kasus persebaran penyakit zoonosis, terutama yang dibawa oleh tikus seperti pes, leptospirosis, rickettsiosis, dan hantavirus, seringkali tidak terdeteksi. Gejalanya yang mirip demam berdarah atau tifus membuat diagnosis menjadi tantangan besar. Bayangkan saja, tanpa deteksi yang tepat, upaya pencegahan pun jadi terhambat. Inilah mengapa BRIN kembangkan alat deteksi dini penyakit zoonosis menjadi langkah yang sangat krusial.

Pestorita: Harapan Baru dari BRIN untuk Deteksi Dini

Menjawab tantangan tersebut, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN menghadirkan inovasi bernama Pestorita. Nama ini merupakan singkatan dari PES, Leptospirosis, Rickettsiosis, dan Hantavirus, yang menjadi target utama deteksi alat ini. Farida D. Handayani, seorang Periset Biomolekuler Eijkman BRIN, menjelaskan bahwa Pestorita dirancang sebagai alat deteksi dini buatan lokal yang memiliki tiga keunggulan utama: murah, mudah, dan bisa digunakan di fasilitas kesehatan sederhana.

Terobosan ini menjadi angin segar, terutama bagi daerah-daerah yang akses ke laboratorium canggihnya masih terbatas. Dengan Pestorita, diharapkan semakin banyak kasus zoonosis yang bisa terungkap lebih awal, sehingga penanganan dan pencegahan bisa dilakukan dengan lebih cepat dan efektif.

Proses Pengembangan dan Fokus Saat Ini

Pengembangan Pestorita bukan pekerjaan semalam. Farida D. Handayani memaparkan bahwa riset ini memiliki peta jalan tiga tahun yang komprehensif. Tahapannya meliputi:

  • Pemetaan genetik: Memahami kode genetik patogen penyebab zoonosis.
  • Pengembangan in-house PCR: Menciptakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang bisa dilakukan di dalam negeri.
  • Pembuatan alat tes cepat (rapid test): Mengembangkan RDT yang praktis dan akurat.

Saat ini, tim peneliti BRIN tengah fokus pada pengembangan deteksi leptospirosis. Mereka sedang membandingkan kinerja empat produk Rapid Diagnostic Test (RDT) IgM yang sudah beredar di Indonesia untuk menemukan yang paling efektif dan efisien. Selain itu, pengembangan in-house PCR khusus untuk leptospirosis juga terus digencarkan. Tujuannya jelas, yaitu menghasilkan produk lokal berkualitas dan terjangkau yang mampu memperkuat upaya deteksi penyakit zoonosis di Indonesia.

Kolaborasi untuk Kesehatan Bersama

Riset inovatif ini tidak berjalan sendiri. BRIN menggandeng berbagai pihak, termasuk Universitas Amsterdam, PT Konimex, dan laboratorium khusus Leptospira di Salatiga. Kolaborasi ini menunjukkan komitmen kuat untuk menghadirkan solusi terbaik bagi kesehatan masyarakat. Selain itu, ada juga kolaborasi antara SIKIA UNAIR dan BRIN yang meneliti deteksi penyakit parasitik dari rodensia di Banyuwangi menggunakan metode PCR, memperluas cakupan riset zoonosis di berbagai daerah.

Seperti yang diungkapkan Farida,

“Riset ini merupakan upaya menghasilkan alat deteksi lokal yang praktis dan terjangkau untuk mendukung diagnosis penyakit zoonosis.”
Harapannya, produk ini dapat digunakan secara luas di layanan kesehatan dan berkontribusi besar dalam pencegahan wabah.

Pentingnya Pendekatan ’One Health’ dalam Pencegahan Zoonosis

Menangani penyakit zoonosis tidak bisa dilakukan secara parsial. Peneliti BRIN, Pandji Wibawa Dhewantara, menekankan bahwa penularan penyakit tidak hanya dari hewan ke manusia, bahkan ada fenomena reverse zoonosis di mana manusia bisa menularkan kembali ke hewan. Oleh karena itu, konsep ’One Health’ menjadi sangat relevan.

Apa itu One Health? Ini adalah pendekatan kolaboratif yang mengintegrasikan tiga aspek penting: kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan. Contohnya, untuk menanggulangi rabies, kita tidak bisa hanya fokus pada vaksinasi anjing. Edukasi masyarakat, menjaga kebersihan lingkungan, dan memastikan akses pengobatan juga sama pentingnya.

Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, NLP Indi Dharmayanti, menegaskan bahwa riset lintas disiplin adalah solusi cerdas untuk meningkatkan pencegahan, deteksi, dan respons terhadap penyakit zoonosis. Dengan memperkuat riset dan kolaborasi One Health, kita bisa memberikan perlindungan yang lebih baik bagi kesehatan masyarakat, melestarikan keanekaragaman hayati, dan memastikan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Kesimpulan

Inisiatif BRIN dalam mengembangkan alat deteksi dini penyakit zoonosis seperti Pestorita adalah langkah maju yang patut kita apresiasi. Dengan alat buatan lokal yang murah dan mudah ini, diharapkan kita bisa lebih sigap dalam mendeteksi dan mencegah penyebaran penyakit yang berpotensi menjadi wabah. Kolaborasi multi-pihak dan penerapan konsep One Health juga menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kesehatan kita dan lingkungan. Mari kita terus mendukung riset dan inovasi anak bangsa demi masa depan Indonesia yang lebih sehat dan aman dari ancaman zoonosis!

Simak ulasan lengkapnya dalam artikel terkait: brin kembangkan pestorita:

FAQ

Tanya: Apa itu Pestorita dan bagaimana cara kerjanya?
Jawab: Pestorita adalah alat deteksi dini penyakit zoonosis buatan lokal yang dikembangkan oleh BRIN untuk mendeteksi penyakit yang menular dari hewan ke manusia.

Tanya: Mengapa penyakit zoonosis perlu diwaspadai?
Jawab: Penyakit zoonosis dapat menular dari hewan ke manusia, memiliki gejala yang mirip penyakit biasa, dan berpotensi membahayakan kesehatan serta stabilitas ekonomi.

Tanya: Apa saja contoh penyakit zoonosis yang perlu diwaspadai?
Jawab: Contoh penyakit zoonosis yang perlu diwaspadai antara lain leptospirosis, flu burung, rabies, COVID-19, dan cacar monyet.