Yogyakarta, zekriansyah.com – Sumenep, Jawa Timur, sedang dalam kondisi siaga. Kabupaten ini telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk kasus campak. Angka kasus yang melonjak tinggi, bahkan hingga menyebabkan belasan anak meninggal dunia, tentu memicu kekhawatiran banyak pihak. Lalu, apa sebenarnya yang menjadi penyebab utama di balik merebaknya penyakit menular ini?
Bupati Sumenep menyatakan status Kejadian Luar Biasa (KLB) campak akibat ribuan kasus yang diduga kuat dipicu oleh terlewatnya imunisasi pada masa pandemi COVID-19.
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, akhirnya angkat bicara dan mengungkapkan akar masalah dari KLB campak di Sumenep ini. Menurut beliau, penyebab utamanya adalah banyak anak yang luput dari imunisasi wajib saat masa pandemi Covid-19 melanda. Artikel ini akan membahas lebih dalam penjelasan Bupati Fauzi, data terkini, serta langkah-langkah penanganan yang sedang dilakukan pemerintah daerah. Mari kita pahami bersama.
Imunisasi Terhambat Pandemi: Akar Masalah Lonjakan Kasus Campak di Sumenep
Pandemi Covid-19 memang membawa banyak dampak, termasuk pada program kesehatan rutin seperti imunisasi. Inilah yang menjadi sorotan utama Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo terkait merebaknya kasus campak.
Posyandu Terbatas, Vaksinasi Terlewat
Bupati Fauzi menjelaskan bahwa selama empat tahun terakhir, terutama saat pandemi Covid-19, banyak anak di Sumenep yang tidak mendapatkan imunisasi campak tepat waktu. “Padahal seharusnya, di usia mereka yang 9 bulan, harus dan wajib mendapatkan vaksin campak,” tegas Fauzi kepada media.
Pembatasan kegiatan masyarakat selama pandemi berdampak langsung pada operasional Posyandu di desa-desa. Walaupun tim kesehatan tetap berupaya turun ke lapangan, pelaksanaan Posyandu yang seharusnya rutin menjadi sangat diminimalisir. Akibatnya, banyak anak yang kini berusia 3-5 tahun tidak memiliki kekebalan tubuh yang cukup terhadap virus campak, membuat mereka sangat rentan terinfeksi. Lonjakan kasus campak di Sumenep saat ini, menurut Bupati, adalah akumulasi dari anak-anak yang tidak tervaksinasi selama periode kritis tersebut.
Cuaca Ekstrem Turut Memperparah
Selain faktor imunisasi yang terlewat, kondisi cuaca juga disebut ikut memperburuk situasi. Cuaca “kemarau basah” yang tidak menentu pada awal tahun ini turut memengaruhi daya tahan tubuh anak-anak, sehingga mereka lebih mudah terserang virus, termasuk virus campak. Ini menjadi kombinasi faktor yang membuat penyebaran penyakit semakin cepat dan meluas.
Data Mengkhawatirkan: Angka Kasus dan Korban Jiwa KLB Campak Sumenep
Kondisi KLB Campak Sumenep bukanlah isapan jempol belaka. Data dari Dinas Kesehatan P2KB Sumenep menunjukkan angka yang sangat mengkhawatirkan. Sejak Januari hingga Agustus 2025, tercatat 1.944 kasus campak. Dari jumlah tersebut, yang paling memilukan, 12 anak dinyatakan meninggal dunia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, mengungkapkan fakta yang miris dari kasus kematian ini. “Setelah kami melaksanakan PE dari kasus meninggalnya yang 12 itu, rata-rata tidak terimunisasi. Khususnya untuk campak ya. Bahkan ada yang tidak diimunisasi sama sekali,” jelas Syamsuri. Hal ini semakin memperkuat argumen Bupati tentang krusialnya imunisasi campak sebagai benteng pertahanan.
Persepsi Keliru Masyarakat dan Dampak Fatalnya
Salah satu tantangan besar dalam penanganan KLB campak di Sumenep adalah persepsi sebagian masyarakat. Achmad Syamsuri dari Dinkes P2KB Sumenep menyoroti bahwa banyak warga masih menganggap campak, atau yang dikenal dengan sebutan “tampek” di Madura, sebagai penyakit biasa dan tidak berbahaya.
Anggapan ini sangat keliru dan berpotensi fatal, terutama bagi anak-anak yang terinfeksi. Syamsuri menjelaskan, kasus kematian akibat campak di Sumenep sering kali disertai dengan komplikasi penyakit lain seperti pneumonia, diare, atau bahkan gizi kurang/gizi buruk. Komplikasi inilah yang memperparah kondisi pasien hingga berakibat kematian. Keterlambatan dalam mencari penanganan medis karena menganggapnya “biasa” menjadi salah satu penyebab fatalitas yang terjadi.
Langkah Tegas Pemkab Sumenep dan Imbauan Bupati Fauzi
Menanggapi serius situasi ini, Pemerintah Kabupaten Sumenep telah mengambil langkah cepat dan tegas. Setelah status KLB ditetapkan, Pemkab menargetkan penurunan kasus campak dalam waktu satu bulan ke depan.
Berbagai upaya telah dikoordinasikan secara lintas sektor. Dinas Kesehatan P2KB Sumenep bekerja sama erat dengan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Jawa Timur, WHO, dan UNICEF untuk mempercepat penanggulangan. Salah satu program utamanya adalah imunisasi massal yang telah menjangkau sekitar 78.000 anak. Tim di lapangan, melibatkan Puskesmas hingga perangkat desa, terus diintensifkan untuk imunisasi massal dan pengendalian kasus.
Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo juga memberikan peringatan keras kepada seluruh jajaran Puskesmas untuk bersikap transparan dan responsif terhadap data kasus di lapangan. “Saya minta semua Puskesmas transparan dan responsif. Kalau lambat, kalau datanya tidak terbuka, maka hasilnya seperti sekarang: korban terus berjatuhan,” tegas Bupati. Beliau menekankan pentingnya akurasi data sebagai bekal untuk penanganan yang tepat dan cepat, belajar dari pengalaman penanganan pandemi Covid-19 yang berhasil karena kolaborasi dan data yang jelas.
Pemerintah mengimbau seluruh masyarakat untuk tidak menunda dan segera membawa anak-anak ke Posyandu atau fasilitas kesehatan terdekat guna mendapatkan vaksinasi campak. Menjaga kebersihan lingkungan, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, serta menerapkan pola hidup sehat juga menjadi kunci untuk mencegah penyebaran lebih luas.
Penutup
Terungkapnya penyebab KLB campak di Sumenep oleh Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo menjadi pengingat penting bagi kita semua. Dampak pandemi Covid-19 yang membuat banyak anak luput dari imunisasi kini terasa. Namun, dengan langkah cepat pemerintah daerah, dukungan dari berbagai pihak, serta kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi dan penanganan dini, diharapkan KLB campak di Sumenep ini dapat segera diatasi. Mari bersama-sama menjaga kesehatan anak-anak kita, demi masa depan Sumenep yang lebih sehat.