Bulan madu, sebuah babak baru yang dinanti setiap pasangan, sering kali diimpikan sebagai pelarian romantis ke destinasi eksotis, tempat kenangan indah terukir abadi. Namun, bagi pasangan dari Australia ini, impian itu berubah menjadi mimpi buruk yang tak terbayangkan. Kabar mengenai bulan madu berujung tragis Australia tewas ditembak di sebuah vila mewah di Bali pada pertengahan Juni 2025 mengguncang banyak pihak, menyisakan duka mendalam dan rentetan pertanyaan yang belum terjawab. Artikel ini akan mengupas tuntas kronologi kejadian, latar belakang korban, hingga perkembangan investigasi yang kompleks, demi memberikan pemahaman mendalam tentang insiden yang mencoreng citra ketenangan Pulau Dewata ini.
Kronologi Sebuah Tragedi di Pulau Dewata
Kisah duka ini berpusat pada Zivan Radmanovic (ZR), seorang pengusaha alat berat berusia 32 tahun dari Melbourne, dan istrinya, GJ (30), seorang ibu rumah tangga. Mereka tiba di Bali pada Kamis, 12 Juni 2025, dengan tujuan merayakan bulan madu pertama mereka setelah menikah, sekaligus merayakan ulang tahun ke-30 GJ pada 16 Juni. Ironisnya, ini adalah kali pertama bagi ZR dan GJ menginjakkan kaki di Indonesia, sebuah perjalanan yang mereka pilih karena dianggap dekat dan terjangkau untuk liburan singkat lima hari.
Setibanya di Bali, mereka disambut oleh kakak GJ, DJ, dan kekasihnya, Sanar Ghanim (SG), yang berusia sekitar 34-35 tahun. DJ dan SG sendiri sudah tidak asing dengan Bali; mereka bahkan telah berada di pulau itu selama dua bulan sebelumnya, dengan SG berencana membuka bisnis properti dan telah menyewa sebuah vila keluarga di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Vila inilah yang kemudian menjadi saksi bisu tragedi.
Pada Sabtu dini hari, 14 Juni 2025, sekitar pukul 00.15 WITA, ketenangan vila itu pecah. ZR dan GJ, yang baru saja kembali dari makan malam dan terlelap, dikejutkan oleh kehadiran orang tak dikenal. GJ, yang masih di tempat tidur, mendengar teriakan suaminya. Dalam ketakutan, ia hanya bisa mengintip dari balik selimut dan melihat seorang pria mengenakan jaket oranye terang dan helm hitam. Tak lama kemudian, suara tembakan memekakkan telinga.
Insiden brutal ini menewaskan ZR di tempat kejadian. Hasil identifikasi menunjukkan ZR mengalami luka tembak fatal di dada kiri yang menembus jantung, serta luka tembak di telapak kaki kanan, dan luka robek di pelipis, hidung, dan bahu kiri. Sementara itu, SG, yang juga berada di vila, mengalami luka tembak serius dan segera dilarikan ke BIMC Hospital di Kuta untuk perawatan intensif. ZR sempat dibawa ke RSUP Prof Ngoerah Denpasar, namun nyawanya tidak tertolong.
Profil Korban dan Latar Belakang yang Menyayat Hati
Tragedi ini semakin memilukan mengingat latar belakang ZR dan GJ. Mereka adalah orang tua dari enam anak, dua di antaranya anak kandung berusia 3 tahun dan 9 bulan, dan empat anak angkat. Keluarga besar ini menjadi fokus utama ZR, yang dikenal sebagai sosok pengusaha sukses di Melbourne. Keputusan mereka untuk berbulan madu di Bali adalah upaya untuk akhirnya menikmati waktu berdua setelah pernikahan, dengan harapan menciptakan kenangan indah di hari ulang tahun GJ.
Namun, harapan itu hancur berkeping-keping. GJ, yang menyaksikan langsung detik-detik mengerikan penembakan suaminya, kini mengalami trauma berat. Kuasa hukumnya, Sari Latief, mengungkapkan betapa pilunya kondisi GJ yang harus merayakan ulang tahunnya sendiri dengan jenazah sang suami di rumah duka dan forensik. Ini menjadi pengingat yang menyakitkan betapa rapuhnya kebahagiaan di hadapan kekejaman yang tak terduga.
Perburuan Pelaku: Jejak Misteri dan Kolaborasi Internasional
Pasca insiden, Kepolisian Resor Badung dan Polda Bali segera melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Mereka menemukan 17 selongsong peluru berukuran 9 milimeter yang tersebar di lokasi, menandakan intensitas serangan. Namun, senjata api yang digunakan dalam aksi brutal tersebut belum ditemukan hingga beberapa waktu setelah kejadian, menambah misteri dalam kasus ini. Proyektil peluru yang ditemukan kemudian dikirim untuk uji balistik di Laboratorium Forensik.
Penyelidikan polisi bergerak cepat, memanfaatkan metode scientific crime investigation. Analisis rekaman CCTV, identifikasi kendaraan yang digunakan pelaku, dan keterangan saksi kunci seperti GJ menjadi petunjuk krusial. Dua kendaraan yang diduga digunakan pelaku, sebuah mobil Fortuner yang ditinggalkan di Tabanan dan sebuah Suzuki XL7 yang diamankan di Bungurasih, Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi bukti penting. Polisi menduga kendaraan-kendaraan ini merupakan hasil penggelapan dari rental mobil, yang kemudian digunakan para pelaku untuk melarikan diri.
Berkat kolaborasi solid antara Bareskrim Polri, Imigrasi, Divhubinter, Interpol, dan Australian Federal Police (AFP), tiga warga negara Australia berhasil diidentifikasi dan ditangkap sebagai tersangka. Mereka adalah Tupou Pasa I Midolmore (TPM, 37), Coskunmevlut (CT, 23), dan Darcy Francesco Jensen (DFJ, 37). Penangkapan dilakukan di luar negeri dan di Jakarta, menunjukkan upaya terorganisir para pelaku untuk melarikan diri. Informasi menyebutkan para pelaku sempat menginap di hotel mewah di Jakarta sebelum mencoba kabur melalui Bandara Soekarno-Hatta menuju Kamboja dan Singapura.
Kapolda Bali Irjen Daniel Adityajaya mengonfirmasi penangkapan ketiga tersangka ini pada Selasa malam, 17 Juni 2025, dengan waktu penyerahan yang berbeda-beda. Meskipun telah ditetapkan sebagai tersangka, polisi tidak menampilkan mereka dalam konferensi pers karena masih dalam tahap pemeriksaan dan pendalaman intensif untuk mengungkap peran masing-masing.
Motif dan Jeratan Pasal Berlapis
Hingga saat ini, motif di balik penembakan tragis ini masih menjadi misteri yang dalam penyelidikan. Pihak kepolisian belum secara resmi mengungkap hubungan antara para pelaku dan korban, serta motif yang mendorong aksi keji tersebut. Namun, dari sudut pandang kuasa hukum korban, Boris Tampubolo, ada dugaan kuat bahwa serangan ini sudah terencana dan terorganisir.
Boris menyoroti keanehan perilaku pelaku yang seolah mengetahui aktivitas korban, datang tak lama setelah ZR dan GJ kembali dari makan malam. Ia juga menekan bahwa penembakan itu dilakukan secara membabi buta dengan pistol, dan tembakan yang sangat terencana, tepat mengenai dada kiri ZR yang tembus ke jantung. Ini mengindikasikan tujuan pembunuhan yang jelas, bukan sekadar penganiayaan.
Atas perbuatan mereka, para pelaku dijerat dengan pasal-pasal berlapis yang membawa ancaman hukuman berat, bahkan hukuman mati. Pasal-pasal yang dikenakan meliputi:
- Pasal 340 KUHP: Tentang pembunuhan berencana, dengan ancaman hukuman mati.
- Pasal 338 KUHP: Tentang pembunuhan.
- Pasal 351 Ayat 3 KUHP: Tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian.
- Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951: Tentang tindak pidana senjata api.
- Pasal 372 KUHP: Tentang penggelapan, terkait dengan penggunaan mobil rental.
Penetapan pasal berlapis ini menunjukkan keseriusan pihak berwenang dalam menanggapi kasus ini, dengan harapan keadilan dapat ditegakkan bagi korban dan keluarganya.
Refleksi: Menjaga Keamanan di Destinasi Impian
Insiden bulan madu berujung tragis Australia tewas ditembak ini menjadi pengingat yang menyakitkan bahwa kejahatan bisa terjadi di mana saja, bahkan di destinasi yang dikenal damai dan indah seperti Bali. Bagi wisatawan, kasus ini tentu menimbulkan kekhawatiran dan memicu pertanyaan tentang standar keamanan.
Pemerintah dan aparat keamanan Bali memiliki tanggung jawab besar untuk tidak hanya menuntaskan kasus ini dengan transparan dan adil, tetapi juga untuk terus memperkuat upaya menjaga keamanan bagi seluruh warga dan wisatawan. Kejadian ini harus menjadi momentum untuk evaluasi menyeluruh terhadap langkah-langkah preventif dan responsif terhadap kejahatan, terutama yang melibatkan warga negara asing.
Bagi para wisatawan, meskipun Bali tetap menjadi tujuan yang sangat menarik, kewaspadaan adalah kunci. Memahami lingkungan sekitar, tidak terlalu menonjolkan diri, dan selalu memilih akomodasi serta layanan yang terpercaya adalah langkah-langkah dasar yang dapat membantu mengurangi risiko.
Kesimpulan
Tragedi penembakan Zivan Radmanovic di bulan madunya di Bali adalah sebuah peristiwa yang menyayat hati, mengubah impian romantis menjadi duka yang mendalam bagi keluarga dan orang-orang terdekatnya. Kasus ini menyoroti kompleksitas kejahatan transnasional dan tantangan dalam penegakan hukum.
Dengan penangkapan para tersangka dan penerapan pasal berlapis, sistem peradilan di Indonesia menunjukkan komitmennya untuk mengungkap kebenaran dan menegakkan keadilan. Namun, misteri motif di balik serangan yang terencana ini masih menggantung, menunggu jawaban dari proses investigasi yang terus berjalan. Semoga keadilan segera terungkap, memberikan sedikit ketenangan bagi keluarga yang berduka, dan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak demi menjaga keamanan dan ketenangan Pulau Dewata sebagai destinasi impian.