Ancaman “Sykes-Picot Baru”: Kekhawatiran Erdogan atas Perang Iran-Israel dan Nasib Timur Tengah

Dipublikasikan 22 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Kekhawatiran Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan atas potensi “Perjanjian Sykes-Picot baru” di Timur Tengah, yang dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, bukanlah isapan jempol. Pernyataan tegasnya yang menolak pembentukan kembali perbatasan yang “dibuat dengan darah” mencerminkan pemahaman mendalam akan sejarah dan implikasi geopolitik yang mengerikan dari sebuah konflik yang dapat mengubah peta kawasan. Artikel ini akan mengupas tuntas kekhawatiran Erdogan, konteks sejarah Perjanjian Sykes-Picot, dan bagaimana potensi konflik Iran-Israel dapat memicu dampak serupa yang merusak stabilitas regional.

Memahami Kekhawatiran Erdogan: Lebih dari Sekadar Retorika

Pernyataan Erdogan bukanlah sekadar retorika politik. Ia melihat potensi perang Iran-Israel sebagai katalis bagi campur tangan kekuatan asing yang dapat mengakibatkan pembagian Timur Tengah yang baru, meniru ketidakadilan dan ketidakstabilan yang dihasilkan oleh Perjanjian Sykes-Picot. Kekhawatirannya didasarkan pada beberapa faktor kunci:

1. Campur Tangan Kekuatan Asing:

Erdogan khawatir bahwa konflik Iran-Israel akan membuka pintu bagi intervensi kekuatan-kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Intervensi ini, menurutnya, dapat memicu perebutan pengaruh dan pembagian wilayah yang baru, mengabaikan kepentingan dan kedaulatan negara-negara di kawasan tersebut. Sejarah telah menunjukkan bagaimana campur tangan asing dapat memperburuk konflik dan menciptakan ketidakstabilan jangka panjang.

2. Pengulangan Kesalahan Sejarah:

Perjanjian Sykes-Picot, ditandatangani secara rahasia antara Inggris dan Prancis pada tahun 1916, merupakan contoh klasik pembagian wilayah yang didasarkan pada kepentingan kekuatan kolonial. Perjanjian ini mengabaikan realitas etnis dan budaya di Timur Tengah, menciptakan perbatasan buatan yang hingga kini menjadi sumber konflik. Erdogan melihat potensi pengulangan kesalahan sejarah ini jika konflik Iran-Israel tidak ditangani secara hati-hati.

3. Ancaman terhadap Kedaulatan Nasional:

Baginya, pembentukan “Sykes-Picot baru” merupakan ancaman langsung terhadap kedaulatan negara-negara di Timur Tengah, termasuk Turki sendiri. Pembagian wilayah yang baru akan menciptakan ketidakpastian dan ketidakstabilan, mengancam keamanan dan kepentingan nasional negara-negara di kawasan. Turki, sebagai negara dengan kepentingan strategis yang signifikan di Timur Tengah, memiliki alasan kuat untuk menolak skenario tersebut.

Perjanjian Sykes-Picot: Warisan Kelam bagi Timur Tengah

Perjanjian Sykes-Picot, yang ditandatangani di tengah Perang Dunia I, adalah pakta rahasia antara Inggris dan Prancis yang bertujuan untuk membagi wilayah Timur Tengah pasca-Kekaisaran Ottoman menjadi zona pengaruh mereka. Perjanjian ini, yang mengabaikan aspirasi nasional dan identitas etnis penduduk setempat, telah meninggalkan warisan kelam yang hingga kini masih terasa:

  • Perbatasan Buatan: Perjanjian ini menciptakan perbatasan yang sembarangan, menggabungkan dan memisahkan kelompok-kelompok etnis dan suku yang berbeda. Hal ini telah menyebabkan konflik internal dan perbatasan yang disengketakan hingga saat ini.
  • Ketidakstabilan Politik: Pembagian wilayah yang tidak adil telah menyebabkan ketidakstabilan politik yang berkepanjangan di Timur Tengah. Konflik antar-negara dan kelompok-kelompok bersenjata sering kali dipicu oleh perbatasan yang kontroversial dan ketidakpuasan atas pembagian kekuasaan.
  • Kelemahan Negara Bangsa: Negara-negara yang dibentuk setelah Perjanjian Sykes-Picot sering kali lemah dan rapuh, rentan terhadap konflik internal dan eksternal. Hal ini telah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ekstremisme dan terorisme.

Konflik Iran-Israel: Potensi Pemicu “Sykes-Picot Baru”?

Ketegangan antara Iran dan Israel telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Potensi konflik berskala besar antara kedua negara menimbulkan kekhawatiran akan potensi campur tangan asing dan pembagian wilayah yang baru, serupa dengan Perjanjian Sykes-Picot. Beberapa faktor yang memperkuat kekhawatiran ini antara lain:

  • Peran Amerika Serikat: AS telah lama menjadi aktor kunci dalam politik Timur Tengah. Intervensi AS dalam konflik Iran-Israel dapat memicu perebutan pengaruh dan pembagian wilayah yang baru, menciptakan “Sykes-Picot baru”.
  • Kekuatan Regional: Negara-negara regional lainnya, seperti Arab Saudi dan Turki, juga memiliki kepentingan strategis di Timur Tengah. Konflik Iran-Israel dapat memicu persaingan antar kekuatan regional, memperburuk ketidakstabilan kawasan.
  • Potensi Perang Proksi: Konflik Iran-Israel berpotensi berubah menjadi perang proksi, dengan berbagai pihak terlibat dalam konflik untuk kepentingan mereka sendiri. Hal ini dapat memperluas konflik dan mempersulit penyelesaian damai.

Strategi Pencegahan: Jalan Menuju Stabilitas Regional

Untuk mencegah munculnya “Sykes-Picot baru”, diperlukan pendekatan holistik yang menekankan diplomasi, kerjasama regional, dan penghormatan terhadap kedaulatan negara. Beberapa strategi kunci yang dapat dipertimbangkan antara lain:

  • Dialog dan Negosiasi: Penyelesaian konflik Iran-Israel melalui dialog dan negosiasi merupakan hal yang krusial. Semua pihak yang terlibat harus berkomitmen untuk mencari solusi damai yang dapat diterima oleh semua pihak.
  • Kerjasama Regional: Penting bagi negara-negara di Timur Tengah untuk bekerja sama untuk menyelesaikan konflik dan membangun stabilitas regional. Kerjasama dalam bidang keamanan, ekonomi, dan sosial dapat membantu mencegah konflik dan memperkuat kerjasama regional.
  • Penghormatan terhadap Kedaulatan: Kekuatan asing harus menghormati kedaulatan negara-negara di Timur Tengah dan menghindari intervensi yang tidak perlu. Intervensi asing hanya akan memperburuk konflik dan menciptakan ketidakstabilan.
  • Penegakan Hukum Internasional: Penting bagi komunitas internasional untuk menegakkan hukum internasional dan mencegah pelanggaran kedaulatan dan hak asasi manusia. Hal ini dapat membantu mencegah konflik dan menciptakan lingkungan yang lebih stabil.

Kesimpulan: Menghadapi Bayangan Sejarah

Kekhawatiran Erdogan atas potensi “Sykes-Picot baru” yang dipicu oleh konflik Iran-Israel merupakan peringatan serius bagi komunitas internasional. Sejarah Perjanjian Sykes-Picot mengajarkan kita tentang bahaya pembagian wilayah yang didasarkan pada kepentingan kekuatan asing dan mengabaikan realitas di lapangan. Untuk mencegah pengulangan kesalahan sejarah, diperlukan komitmen yang kuat terhadap diplomasi, kerjasama regional, dan penghormatan terhadap kedaulatan negara. Hanya dengan demikian, kita dapat mencegah munculnya ketidakstabilan baru dan membangun Timur Tengah yang lebih damai dan stabil. Mari kita bersama-sama mendorong solusi diplomatis dan mencegah tragedi kemanusiaan yang dapat ditimbulkan oleh konflik yang meluas. Berikan pendapat Anda tentang solusi apa yang menurut Anda paling efektif untuk mencegah skenario terburuk ini. Bagikan artikel ini agar lebih banyak orang memahami kompleksitas isu ini.