Kisah WNA Nekat Masuk Sumbawa Demi Anak: Drama Haru yang Bikin Petugas Imigrasi Terenyuh

Dipublikasikan 11 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Siapa sangka, di balik operasi penangkapan Warga Negara Asing (WNA) yang melanggar aturan imigrasi, sering tersimpan cerita yang menguras emosi? Baru-baru ini, Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sumbawa Besar kembali menghadapi momen seperti itu. Mereka mengamankan seorang pria asal Malaysia bernama Sallehudin. Namun, alasan di balik kisah WNA nekat masuk Sumbawa ini, di mana sang anak bikin hatinya tak bisa berdiam diri, sungguh tak terduga dan membuat para petugas terenyuh.

Kisah WNA Nekat Masuk Sumbawa Demi Anak: Drama Haru yang Bikin Petugas Imigrasi Terenyuh

Ilustrasi untuk artikel tentang Kisah WNA Nekat Masuk Sumbawa Demi Anak: Drama Haru yang Bikin Petugas Imigrasi Terenyuh

Artikel ini akan membawa Anda menyelami lebih dalam perjuangan seorang ayah yang terpisah dari buah hatinya, menunjukkan bahwa di balik ketatnya penegakan hukum, seringkali ada kisah kemanusiaan yang menyentuh hati.

Berawal dari “Cinta Buta” di Tanah Sumbawa

Kisah Sallehudin ini bukan yang pertama kali. Ia sebelumnya pernah berurusan dengan Imigrasi karena pelanggaran serupa. Menurut Kepala Imigrasi Sumbawa Besar, Tedy Anugraha, semua bermula dari sebuah “cinta buta”. Salleh, panggilan akrabnya, pernah menikah dengan seorang wanita asli Sumbawa. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak yang kini menjadi harta paling berharga bagi Salleh.

Kerinduan Tak Terbendung: Nekat Melanggar Batas

Sayangnya, bahtera rumah tangga Salleh dan istrinya kandas. Anak mereka kini tinggal bersama sang ibu di Sumbawa, sementara Salleh kembali ke Malaysia. Jarak dan kerinduan yang mendalam membuat Salleh tak bisa lagi menahan diri. Tanpa paspor atau dokumen perjalanan yang sah, ia nekat menyeberang ke Indonesia secara ilegal, hanya untuk bisa bertemu buah hatinya.

“Salleh itu dia ingin ketemu anaknya,” ungkap Tedy. Ironisnya, yang melaporkan keberadaan Salleh di Sumbawa justru adalah mantan istrinya sendiri. Pria asal Malaysia ini ditangkap saat razia di sebuah pasar malam di Desa Labuhan Ijuk, Kecamatan Moyo Hilir.

Antara Penegakan Hukum dan Rasa Kemanusiaan Petugas Imigrasi

Pengakuan Salleh saat ditangkap membuat para petugas Imigrasi terdiam. “Pak, saya kemari untuk melihat anak,” ucapnya lirih, menunjukkan tekad seorang ayah yang tak peduli risiko. Tedy Anugraha bahkan mengakui bahwa mendengar cerita Salleh, perasaannya campur aduk.

“Kami yang sedih,” ujarnya, menggambarkan dilema antara menjalankan tugas penegakan hukum dan merasakan empati mendalam terhadap perjuangan Salleh. Kisah ini menjadi pengingat bahwa di balik setiap pelanggaran keimigrasian, ada latar belakang dan emosi kompleks yang seringkali tak terlihat.

Konsekuensi dan Pelajaran dari Sebuah Kerinduan

Meskipun kisah WNA nekat masuk Sumbawa ini begitu menyentuh, proses hukum tetap harus berjalan. Setelah enam bulan mendekam di Ruang Detensi Imigrasi Sumbawa Besar, Sallehudin akhirnya dideportasi kembali ke Malaysia. Kasus ini menegaskan bahwa meskipun ada sisi kemanusiaan yang kuat, pelanggaran keimigrasian memiliki konsekuensi hukum yang jelas.

Namun, ini juga menjadi pelajaran berharga bagi banyak pihak, termasuk petugas Imigrasi, untuk semakin peka terhadap latar belakang kompleks yang melatari tindakan seseorang, terutama dalam urusan yang melibatkan ikatan keluarga dan kerinduan mendalam.

Penutup

Kisah WNA nekat masuk Sumbawa demi sang anak ini sungguh menggambarkan betapa kuatnya ikatan batin seorang ayah. Perjuangan Sallehudin adalah bukti nyata bahwa cinta dan kerinduan bisa mendorong seseorang melakukan hal-hal di luar batas. Semoga cerita ini tidak hanya menjadi berita, tetapi juga memicu kesadaran akan pentingnya memahami dimensi kemanusiaan dalam setiap kasus hukum, terutama yang melibatkan perpisahan keluarga dan pencarian cinta sejati yang tak kenal lelah.