Yogyakarta, zekriansyah.com – Libur panjang sekolah di depan mata! Bagi warga Yogyakarta dan wisatawan yang berencana berkunjung, ada satu hal penting yang menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Yogyakarta: sampah. Ya, saat musim liburan tiba, volume sampah di Kota Gudeg ini memang cenderung melonjak drastis.
Ilustrasi: Malioboro bersiap hadapi lonjakan sampah liburan, Wali Kota Yogyakarta gencarkan antisipasi.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, dan jajarannya sudah menyiapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi lonjakan ini. Penasaran bagaimana Kota Yogyakarta bersiap menghadapi “serbuan” sampah saat libur sekolah nanti? Yuk, simak ulasan lengkapnya di artikel ini agar kita semua bisa ikut berkontribusi menjaga kebersihan kota yang kita cintai ini!
Volume Sampah Melonjak, Yogyakarta Bersiap Hadapi Arus Wisatawan
Setiap kali libur panjang tiba, Kota Yogyakarta selalu ramai dikunjungi wisatawan. Ini kabar baik untuk ekonomi lokal, tapi juga membawa tantangan, terutama soal volume sampah. Bayangkan saja, pada hari-hari biasa, sampah di Yogyakarta mencapai sekitar 260 ton per hari. Namun, saat libur panjang atau libur sekolah, angka ini bisa melonjak hingga 300 ton per hari!
Bahkan, Wali Kota Hasto Wardoyo menyoroti kawasan Malioboro, ikon pariwisata Yogyakarta. Jika di hari normal sampah Malioboro hanya sekitar 10 ton, saat liburan bisa naik dua kali lipat, mencapai 15-20 ton di jalanan. “Warung-warung itu sampah menjadi tambahan sampah yang berlebih pada saat liburan,” ujar Hasto, meskipun ia tetap senang dengan peningkatan kunjungan.
Data dari momen liburan sebelumnya juga menunjukkan pola serupa:
Momen Liburan | Volume Sampah Normal (ton/hari) | Prediksi Kenaikan | Volume Sampah Saat Libur (ton/hari) |
---|---|---|---|
Hari Biasa | 250 – 260 | – | 250 – 260 |
Libur Nataru | 250 | +10% | 275 |
Libur Lebaran | 300 | +20% – 40% | 360 – 400 |
Lonjakan ini bukan hanya dari rumah tangga, tapi juga dari sektor kuliner dan aktivitas wisata. Kepala Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Yetti Martanti, menambahkan bahwa kawasan Tugu, Malioboro, dan Keraton (Gumaton) yang biasanya menghasilkan 5 ton sampah per hari, bisa mencapai 9-12 ton saat Lebaran. Pedagang asongan dan pengunjung yang makan di tempat umum juga menjadi penyumbang signifikan.
Strategi Jitu Pemkot Yogyakarta: Dari Armada Tambahan hingga Edukasi
Pemerintah Kota Yogyakarta tidak tinggal diam. Berbagai langkah antisipasi dan strategi pengelolaan sampah sudah disiapkan untuk menghadapi lonjakan ini, terutama jelang libur sekolah.
Pengerahan Sumber Daya dan Penanganan Cepat
Untuk memastikan sampah tidak menumpuk, Pemkot Yogyakarta mengoptimalkan sumber daya yang ada:
- Penambahan Armada dan Petugas: Wali Kota Hasto sudah meminta armada truk persampahan disiagakan dan ditambah. Bahkan, sopir truk diminta apel sejak jam lima pagi agar bisa langsung beroperasi. Pasukan kuning dan oranye (petugas kebersihan) juga akan ditambah.
- Pembersihan Malioboro Ekstra Cepat: Khusus di Malioboro, penyisiran sampah akan dilakukan setiap satu jam sekali. Sampah-sampah ini kemudian akan langsung dibawa ke TPS3R Kranon.
- Pengosongan Depo Sampah: Sebanyak 14 depo sampah besar ditargetkan sudah dikosongkan sebelum libur panjang. Bahkan, ada rencana menutup depo sampah Kotabaru dan Lempuyangan karena berada di kawasan cagar budaya. Wali Kota Hasto menargetkan 46 depo sampah di Kota Yogyakarta bersih dalam 100 hari kerja.
Gerakan Bersih-Bersih dan Kolaborasi Masyarakat
Selain penanganan teknis, Pemkot juga gencar mengajak masyarakat untuk terlibat:
- Program “Jogja Bersih”: Ini adalah payung besar untuk berbagai aksi kebersihan. Salah satunya, Wali Kota Hasto mengajak masyarakat turun langsung membersihkan sungai, seperti yang dilakukan di Sungai Code bersama gerakan “Solidaritas Aksi Tangani Sampah untuk Ekonomi Terpadu (SATSET)”.
- Melibatkan Pelajar dan Mahasiswa: Rencananya, pada 5 Juli 2025, akan ada aksi bersih-bersih sungai besar-besaran yang melibatkan anak-anak sekolah, pelajar, dan mahasiswa.
- Dukungan Komunitas: Aksi bersih-bersih juga datang dari komunitas, seperti acara “Bung Karno Ngonthel 2025” di mana peserta bersepeda sambil memungut sampah. Mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang turut hadir, menekankan pentingnya memulai aksi bersih-bersih dari hal-hal kecil.
Infrastruktur dan Optimalisasi Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah juga didukung oleh infrastruktur yang terus dioptimalkan:
- Optimalisasi TPS3R dan UPS: Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja memaksimalkan unit pengelolaan sampah (UPS) seperti TPS3R Karangmiri, Kranon, Nitikan, serta UPS di Sitimulyo.
- Kerja Sama Antar Daerah: DLH Kota Jogja juga bekerja sama dengan DLHK DIY untuk mengurangi sampah di depo-depo, terutama setelah penutupan permanen TPA Piyungan.
- ITF Bawuran Beroperasi: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (ITF) Bawuran di Bantul sudah mulai beroperasi secara uji coba. Fasilitas ini diharapkan mampu mengelola sekitar 50 ton sampah per hari dan sangat membantu mengatasi persoalan sampah di Yogyakarta, meskipun masih ada tantangan terkait kualitas udara yang terus diupayakan perbaikannya.
- Rebranding Depo Sampah: Depo-depo sampah tidak lagi dibiarkan kumuh. Pemkot menatanya ulang menjadi lebih bersih, asri, bahkan dilengkapi taman dan papan edukasi agar lebih humanis dan edukatif.
Peran Penting Sekolah dan Warga dalam Gerakan “Jogja Bersih”
Pemerintah Kota Yogyakarta menyadari bahwa upaya menjaga kebersihan tidak bisa hanya dari Pemkot saja. Peran serta aktif masyarakat, terutama dari lingkungan sekolah, sangat dibutuhkan.
- Edukasi Sejak Dini di Sekolah: Sekolah-sekolah di Yogyakarta mulai didorong untuk menjadi agen perubahan. Contohnya SDN 1 Ungaran Kota Jogja, yang menjadikan peringatan Hari Bumi sebagai momentum deklarasi kampanye bebas sampah. Mereka membiasakan siswa membawa wadah makan dan minum sendiri, serta mewajibkan siswa membawa pulang sampah kemasan mereka. Kantin sekolah pun sudah meniadakan plastik sekali pakai.
> “Kami ingin anak-anak dari kelas 1 sampai kelas 6 terbiasa menjaga bumi. Ini bukan program sesaat, tapi pembiasaan agar kelak menjadi karakter,” ujar Sudarmadi, Kepala SDN 1 Ungaran. - Lomba dan Gotong Royong: Pemkot juga mengadakan Lomba Kebersihan Sekolah dan Lomba Video Pelajar. Ini mendorong kreativitas siswa dalam mengkampanyekan kebersihan. Gotong royong juga diharapkan menjadi agenda rutin di sekolah, minimal sebulan sekali.
- Inovasi Pengelolaan Sampah di Sekolah: SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, misalnya, telah menerapkan sistem pemilahan sampah, memanfaatkan plastik untuk ecobrick, dan mengolah daun kering menjadi briket. Mereka juga melarang penggunaan styrofoam dan mengurangi plastik sekali pakai.
- Kesadaran Kolektif Masyarakat: Warga seperti Sita Damayanti (Kampung Bintaran) menekankan bahwa gerakan bersama seperti ini bisa menjadi contoh langsung agar masyarakat sadar dampak buruk membuang sampah sembarangan.
- Dorongan untuk Sektor Pariwisata: Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta juga sudah meminta pengelola destinasi wisata, hotel, dan restoran untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah dan limbah. Edukasi kepada wisatawan agar membuang sampah pada tempatnya juga terus digalakkan.
Mari Bersama Jaga Kebersihan Yogyakarta!
Antisipasi sampah jelang libur sekolah di Yogyakarta adalah upaya kolektif yang melibatkan banyak pihak: dari Wali Kota, jajaran DLH, Dinas Pariwisata, hingga seluruh lapisan masyarakat termasuk pelajar dan komunitas. Berbagai strategi telah disiapkan, mulai dari penambahan armada, optimalisasi fasilitas pengelolaan sampah, hingga program edukasi dan gerakan bersih-bersih.
Kunci keberhasilan semua upaya ini ada pada partisipasi kita semua. Dengan memahami pentingnya memilah sampah, membuang pada tempatnya, dan mengurangi penggunaan barang sekali pakai, kita bisa membantu menjaga Kota Yogyakarta tetap bersih, nyaman, dan indah bagi semua. Mari bersama-sama menjadi bagian dari solusi untuk Yogyakarta yang lebih bersih!