Viral! Anak Kandung Tega Kirim Ibu Renta ke Griya Lansia, Minta Tak Dikabari Jika Meninggal Dunia

Dipublikasikan 28 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Belakangan ini, jagat media sosial dihebohkan dengan sebuah berita yang menyayat hati. Kisah seorang ibu lanjut usia yang diserahkan oleh anak kandungnya ke griya lansia, dengan permintaan yang sungguh tak terbayangkan: sang anak tak ingin dikabari jika ibunya kelak meninggal dunia. Berita ini sontak memicu gelombang simpati, amarah, dan pertanyaan besar tentang nilai-nilai kemanusiaan dan bakti seorang anak.

Viral! Anak Kandung Tega Kirim Ibu Renta ke Griya Lansia, Minta Tak Dikabari Jika Meninggal Dunia

Artikel ini akan membahas lebih dalam fenomena miris ini. Mulai dari detail kasus yang viral, fakta bahwa kejadian serupa bukan yang pertama kali terjadi, hingga menelisik berbagai alasan di balik keputusan anak-anak yang tega menitipkan orang tua mereka. Mari kita pahami bersama isu sensitif ini agar kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran berharga.

Kisah Nenek Nasikah: Ditinggalkan Anak dengan Permintaan Menyayat Hati

Peristiwa memilukan ini menimpa Nenek Nasikah (74 tahun) asal Sidoarjo, Jawa Timur. Ia diantar oleh kedua putrinya, berinisial SR dan F, ke Griya Lansia Husnul Khatimah di Malang. Apa yang membuat kisah ini viral dan begitu mengguncang publik adalah perjanjian yang ditandatangani oleh kedua anak Nenek Nasikah.

Arief Camra, Ketua Yayasan Griya Lansia Husnul Khatimah, mengungkapkan keterkejutannya atas permintaan tersebut.

“Saya nggak bisa ngomong, karena dalam draft yang ditandatangani, jika beliau ini tutup usia, maka dua anaknya nggak perlu dikabari, dalam draft,” ucap Arief Camra dengan nada prihatin.

Padahal, Griya Lansia Husnul Khatimah pada dasarnya dikhususkan untuk lansia yang memang sudah tidak memiliki keluarga atau telantar. Namun, karena tidak ada pihak keluarga yang bersedia merawat Nenek Nasikah, akhirnya pihak yayasan mengambil alih perawatan beliau.

Bukan Kali Pertama: Fenomena “Membuang” Orang Tua ke Panti Jompo

Kasus Nenek Nasikah ini, sayangnya, bukanlah yang pertama kali terjadi di Griya Lansia Husnul Khatimah. Yayasan ini telah beberapa kali menerima lansia yang diserahkan langsung oleh anak kandung mereka dengan kondisi serupa, bahkan dengan surat pernyataan resmi.

Beberapa kasus sebelumnya yang juga menarik perhatian publik antara lain:

  • Nenek Trimah (Magelang): Pada tahun 2021, Nenek Trimah dari Magelang juga diserahkan oleh ketiga anak kandungnya ke Griya Lansia Husnul Khatimah. Surat pernyataannya bahkan menyebutkan bahwa pemakaman akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak yayasan jika sang ibu meninggal dunia.
  • Mbah Martiin (Sidoarjo): Lansia berusia 69 tahun ini diserahkan oleh kedua anaknya yang mengaku sudah tidak mampu merawat. Griya Lansia kemudian mengambil alih perawatan Mbah Martiin.
  • Mbah Sutiyo (Jombang): Mirip dengan Mbah Martiin, tiga anak Mbah Sutiyo juga menyatakan tidak sanggup merawat dan menyerahkan sang ayah ke Griya Lansia. Mbah Sutiyo meninggal dunia setelah hampir tiga minggu dirawat di sana.

Fakta ini menunjukkan adanya fenomena sosial yang mengkhawatirkan, di mana panti jompo atau griya lansia menjadi pilihan bagi sebagian anak untuk “menitipkan” orang tua mereka, bahkan dengan harapan untuk tidak lagi terlibat dalam perawatan hingga akhir hayat.

Mengapa Ini Terjadi? Alasan di Balik Keputusan Anak

Ada berbagai faktor yang melatarbelakangi keputusan anak untuk menyerahkan orang tua mereka ke griya lansia. Beberapa di antaranya yang sering kali menjadi alasan, baik yang diungkapkan secara terang-terangan maupun tersirat, meliputi:

  1. Faktor Ekonomi:

    • Beban biaya hidup yang tinggi, terutama jika lansia membutuhkan perawatan medis khusus.
    • Anak merasa tidak mampu menanggung kebutuhan sehari-hari orang tua.
    • Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Sosial (Dinsos) bahkan mencatat, pada tahun 2022, ada sekitar 40 pengajuan lansia ke Panti Sosial Griya Werdha Surabaya yang mayoritas beralasan faktor ekonomi.
  2. Keterbatasan Waktu dan Tenaga:

    • Anak-anak sibuk dengan pekerjaan dan keluarga masing-masing, sehingga merasa tidak memiliki cukup waktu untuk merawat orang tua yang membutuhkan perhatian penuh.
    • Kondisi fisik lansia yang sudah sangat renta, sakit, atau lumpuh membutuhkan tenaga ekstra dan perawatan khusus yang mungkin sulit diberikan oleh anggota keluarga di rumah.
  3. Konflik Internal Keluarga:

    • Adanya ketidakharmonisan atau konflik antara anak dan orang tua, atau antar sesama anak dalam merawat orang tua.
    • Kasus di Surabaya yang disebutkan Dinsos, di mana ada keluarga mampu tetapi menyerahkan orang tuanya karena “istri muda tidak mau merawat”, menunjukkan bahwa masalah ini bisa lebih kompleks dari sekadar ekonomi.
  4. Kurangnya Kesadaran dan Tanggung Jawab Moral:

    • Beberapa kasus ekstrem seperti Nenek Nasikah menunjukkan adanya indikasi kurangnya empati dan tanggung jawab moral yang mendalam terhadap orang tua.
    • Pergeseran nilai-nilai sosial dan individualisme yang semakin kuat juga bisa menjadi salah satu pemicu.

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Merawat Lansia

Fenomena ini menjadi panggilan bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan isu perawatan lansia. Pemerintah daerah, seperti Dinsos Kota Surabaya, sudah berupaya melakukan intervensi.

“Maka saya tidak serta merta mengambil orang tua itu. Tapi saya mendekati dahulu anak atau keluarganya. Kan kasihan, karena sebaik-baik perawatan itu ada di keluarganya,” ujar Anna Fajriatin, Kepala Dinsos Kota Surabaya.

Dinsos Surabaya bahkan menawarkan bantuan makanan atau program padat karya jika alasan penyerahan lansia adalah faktor ekonomi, demi memastikan orang tua tetap bisa tinggal bersama keluarga. Ini menunjukkan bahwa panti jompo seharusnya menjadi pilihan terakhir, bukan solusi utama, apalagi tempat “pembuangan”.

Masyarakat juga memiliki peran penting. Empati, kepedulian, dan gotong royong bisa menjadi benteng terakhir bagi para lansia yang mungkin terancam telantar. Edukasi tentang pentingnya bakti kepada orang tua dan tanggung jawab merawat anggota keluarga yang sudah sepuh perlu terus digalakkan.

Kesimpulan

Kisah Nenek Nasikah dan lansia lainnya yang diserahkan ke griya lansia dengan kondisi memilukan adalah cerminan dari tantangan sosial yang kompleks. Meskipun ada berbagai alasan di balik keputusan berat ini, berita-berita seperti ini selalu mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai keluarga, kasih sayang, dan tanggung jawab moral terhadap orang tua yang telah membesarkan kita.

Merawat orang tua di masa senja mereka adalah bentuk bakti yang tak ternilai harganya. Semoga kejadian ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa mengutamakan kesejahteraan dan kebahagiaan para lansia, terutama mereka yang merupakan bagian dari keluarga kita sendiri. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih peduli dan menghargai setiap fase kehidupan.