Calon Mahasiswa Baru UGM Tertipu Kos-kosan via TikTok, Modus Penipuan Lain Mengintai!

Dipublikasikan 3 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Mimpi kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) bisa berubah jadi mimpi buruk jika tidak hati-hati. Baru-baru ini, seorang calon mahasiswa baru UGM asal Palembang, Ikrar Emeraldine Patra, harus menelan pil pahit. Niatnya mencari kos-kosan di Yogyakarta malah berujung penipuan via iklan di TikTok.

Calon Mahasiswa Baru UGM Tertipu Kos-kosan via TikTok, Modus Penipuan Lain Mengintai!

Ilustrasi: Ketipuan kos via TikTok merenggut harapan calon mahasiswa UGM, waspadai modus serupa lainnya!

Kejadian ini bukan yang pertama dan bukan hanya soal kos-kosan. Berbagai modus penipuan seringkali mengincar calon mahasiswa, mahasiswa aktif, bahkan orang tua mereka yang sedang sibuk mempersiapkan pendidikan di perguruan tinggi. Artikel ini akan mengupas tuntas kronologi penipuan yang dialami Ikrar, serta beragam modus penipuan lain yang perlu Anda waspadai agar tidak menjadi korban selanjutnya.

Kronologi Penipuan Kos-kosan yang Menjerat Calon Mahasiswa UGM

Ikrar Emeraldine Patra, calon mahasiswa UGM dari Palembang, Sumatera Selatan, tiba di Yogyakarta dengan harapan menemukan tempat tinggal yang nyaman. Ia mencari informasi kos-kosan melalui media sosial TikTok dan menemukan sebuah iklan yang menarik perhatiannya.

Setelah berkomunikasi dengan kontak yang tertera di iklan, Ikrar diminta mentransfer uang muka sebesar Rp 200 ribu. Pelaku menjanjikan akan memberikan kwitansi setelah pembayaran. Namun, setelah uang ditransfer dan Ikrar tiba di Jogja, kabar dari pihak kos-kosan tersebut lenyap begitu saja.

“Kemarin itu kejadiannya saya kan liat kost di Tiktok, terus saya dengan kontak kontak person yang tertera di akun itu. Saya sempat transfer Rp 200 ribu dan dijanjiin akan dikasih kwitansi. Sampai saya pergi dan tiba di Jogja, tidak ada kabar. Saya langsung pergi ke kost sesuai serlok yang dikasih. Ternyata pas di lokasi kok kosong tempatnya,” ungkap Ikrar.

Lebih mengejutkan lagi, saat Ikrar bertanya kepada warga sekitar, ia mendapati fakta bahwa kos-kosan yang dituju itu sudah kosong selama dua tahun. Artinya, iklan dan penawaran tersebut murni penipuan. Ikrar juga mengetahui bahwa ia bukan satu-satunya korban penipuan kos-kosan di lokasi yang sama.

Kejadian ini sontak menjadi perhatian, termasuk dari platform pengelolaan kos dan hotel di Yogyakarta, Djuragan Kamar. Muhammad Daffa Trinanda, Chief Operational Officer Djuragan Kamar yang juga alumnus UGM, mengimbau calon mahasiswa untuk lebih cermat dan berhati-hati dalam mencari tempat tinggal, terutama di era digital ini.

Modus Penipuan Lain yang Sering Mengincar Calon Mahasiswa UGM dan Orang Tua

Kasus Ikrar hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak modus penipuan yang menargetkan ekosistem pendidikan tinggi, khususnya UGM. Universitas Gadjah Mada sendiri telah berulang kali mengeluarkan peringatan terkait berbagai jenis penipuan. Berikut adalah beberapa modus yang paling sering terjadi:

  • Penipuan Jalur Masuk/Kuota Tambahan UGM:
    Modus ini sering terjadi menjelang atau selama periode penerimaan mahasiswa baru. Para calo akan menghubungi orang tua atau calon mahasiswa, mengaku memiliki “jalur khusus” atau “kuota tambahan” yang bisa menjamin kelulusan. Biaya yang diminta tidak main-main, bisa mencapai ratusan juta rupiah (Rp 200 juta hingga Rp 800 juta).

    • Contoh Kasus: Seorang calon mahasiswa bahkan pernah tertipu hingga Rp 130 juta demi masuk Fakultas Kedokteran UGM. Pelaku menjanjikan masuk melalui jalur khusus namun ternyata fiktif. Ada pula kasus penipuan lain dengan modus serupa, meminta uang hingga Rp 100 juta. UGM menegaskan tidak ada uang pangkal atau jalur masuk di luar prosedur resmi.
  • Penipuan Beasiswa atau Undangan Seminar Palsu:
    Pelaku seringkali mengirimkan SMS, telepon, atau email yang mengatasnamakan pimpinan universitas, direktur kemahasiswaan, atau bahkan lembaga perbankan. Mereka menawarkan beasiswa atau undangan seminar eksklusif, lalu meminta korban untuk mentransfer sejumlah uang dengan berbagai alasan, seperti biaya administrasi atau pencairan dana.

    • Contoh Kasus: Seorang mahasiswi UGM pernah tertipu Rp 7 juta oleh orang yang mengaku Rektor UGM dan meminta transfer uang untuk seminar wirausaha. Beberapa mahasiswa lain juga menjadi korban dengan kerugian bervariasi, dari jutaan hingga puluhan juta rupiah. Pelaku bahkan bisa mendapatkan data lengkap mahasiswa untuk melancarkan aksinya.
  • Penipuan Publikasi Ilmiah:
    Modus ini mungkin lebih menyasar akademisi atau mahasiswa pascasarjana, namun tetap perlu diwaspadai. Pelaku menawarkan jasa publikasi artikel di jurnal ilmiah UGM dengan imbalan uang, bahkan menerbitkan acceptance of letter (AoL) atau surat penerimaan palsu.

    • Contoh Kasus: Dewan Redaksi jurnal Gadjah Mada International Journal of Business (GamaIJB) pernah mengungkap modus penipuan ini, di mana korban diminta membayar hingga Rp 10 juta untuk publikasi yang ternyata tidak pernah masuk ke sistem resmi jurnal. UGM menegaskan bahwa proses submission dan review artikel di jurnal resmi tidak dipungut biaya.

Tips Jitu Agar Tidak Jadi Korban Penipuan

Penipuan terus berevolusi, namun dengan kewaspadaan dan informasi yang tepat, Anda bisa melindungi diri. Berikut adalah beberapa tips penting:

  • Selalu Cek Informasi dari Sumber Resmi:

    • Untuk informasi penerimaan mahasiswa baru, kunjungi situs resmi UGM: um.ugm.ac.id atau ugm.ac.id.
    • Untuk informasi beasiswa atau kegiatan mahasiswa, hubungi langsung Direktorat Kemahasiswaan UGM atau cek pengumuman resmi di situs mereka.
    • Jangan mudah percaya informasi dari media sosial atau pihak yang tidak dikenal.
  • Waspada Tawaran “Jalur Khusus” atau “Jaminan Lulus”:
    UGM tidak memiliki jalur khusus yang bisa dibeli dengan uang. Proses seleksi penerimaan mahasiswa baru di UGM sangat ketat, transparan, dan tidak dapat diintervensi oleh pihak luar. Biaya pendidikan yang dibebankan kepada mahasiswa baru hanya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dibayarkan per semester.

  • Verifikasi Identitas Pihak yang Menghubungi:
    Jika ada yang mengaku dari UGM atau lembaga terkait dan meminta data pribadi atau uang, jangan langsung percaya. Minta identitas lengkap dan konfirmasi langsung ke nomor telepon atau email resmi UGM yang tertera di situs mereka.

  • Jangan Mudah Mentransfer Uang:
    UGM tidak akan pernah meminta Anda mentransfer uang untuk hal-hal seperti pendaftaran, kelulusan, beasiswa, atau seminar di luar sistem pembayaran resmi yang tertera di pengumuman. Jika diminta transfer ke rekening pribadi atau rekening yang tidak jelas, patut dicurigai.

  • Gunakan Platform Pencarian Kos Kredibel dan Lakukan Survei Langsung:
    Untuk urusan tempat tinggal, sebaiknya gunakan platform pencarian kos yang sudah terverifikasi atau mintalah rekomendasi dari teman/keluarga yang sudah di Jogja. Jika memungkinkan, lakukan survei langsung ke lokasi kos sebelum melakukan pembayaran. Hindari iklan kos-kosan di media sosial yang terlalu menggiurkan atau meminta uang muka tanpa verifikasi.

  • Laporkan Setiap Kecurigaan:
    Jika Anda menemukan modus penipuan atau menjadi korban, jangan ragu untuk segera melaporkannya kepada pihak kepolisian terdekat. Anda juga bisa melaporkan kepada pihak UGM agar dapat ditindaklanjuti dan menjadi peringatan bagi yang lain.

Kesimpulan

Kasus penipuan yang menimpa calon mahasiswa baru UGM ini adalah pengingat penting bagi kita semua. Di tengah kemudahan informasi digital, para penipu juga semakin canggih dalam melancarkan aksinya. Kewaspadaan adalah kunci utama. Jangan mudah tergiur janji manis atau tawaran yang tidak masuk akal, terutama yang berkaitan dengan sejumlah uang.

Selalu validasi setiap informasi yang Anda terima, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan dan finansial. Dengan bekal informasi yang benar dan sikap hati-hati, Anda bisa menghindari jerat penipuan dan mewujudkan impian pendidikan Anda dengan aman.