Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar mengejutkan datang dari Belarus. Sergei Tikhanovsky, seorang tokoh oposisi terkemuka yang telah mendekam di penjara selama lima tahun, akhirnya dibebaskan. Pembebasan ini terjadi setelah negosiasi intensif antara Amerika Serikat dan pemerintah Belarus, membawa secercah harapan bagi ribuan tahanan politik lainnya di negara tersebut.
Ilustrasi: Senyum harapan terukir di wajah Sergei Tikhanovsky saat menghirup udara kebebasan setelah lima tahun tertindas, menandai babak baru bagi oposisi Belarus.
Bagi Anda yang mengikuti perkembangan politik global atau peduli pada isu hak asasi manusia, kisah Sergei Tikhanovsky ini adalah cerminan nyata perjuangan melawan penindasan. Artikel ini akan membawa Anda menyelami perjalanan Sergei, kondisi pilu yang ia alami di balik jeruji besi, hingga momen haru reuninya dengan keluarga. Mari kita pahami lebih dalam apa arti pembebasan ini bagi masa depan Belarus dan perjuangan demokrasi.
Siapa Sergei Tikhanovsky dan Mengapa Ia Dipenjara?
Sergei Tikhanovsky bukanlah politikus biasa. Ia adalah seorang blogger populer dan aktivis yang dikenal berani menyuarakan kritik terhadap pemerintahan otoriter Presiden Alexander Lukashenko di Belarus. Pada tahun 2020, ia membuat gebrakan dengan mengumumkan niatnya untuk maju dalam pemilihan presiden, menantang Lukashenko yang telah berkuasa sejak 1994.
Kampanye Sergei dengan cepat menarik perhatian massa, terutama dengan slogan khasnya “Hentikan Kecoa!” (Stop the Cockroach!), yang secara satir merujuk pada Lukashenko. Namun, niatnya untuk berkompetisi harus terhenti. Beberapa minggu sebelum pemilu, Sergei ditangkap dan dipenjara atas tuduhan yang secara luas dianggap bermotif politik, yaitu “mengorganisir kerusuhan” dan “menghasut kebencian”. Ia kemudian dijatuhi hukuman penjara yang sangat panjang, mencapai 19,5 tahun.
Setelah penangkapannya, sang istri, Svetlana Tikhanovskaya, yang sebelumnya adalah seorang ibu rumah tangga biasa, secara tak terduga mengambil alih estafet perjuangan. Ia maju sebagai kandidat presiden menggantikan suaminya dan berhasil menarik dukungan massa yang sangat besar. Namun, hasil pemilu 2020 yang diumumkan Lukashenko, yang mengklaim kemenangan telak, ditolak oleh oposisi dan dunia Barat sebagai pemilu palsu. Ini memicu protes massa terbesar dalam sejarah Belarus, yang sayangnya dihadapi dengan penindasan brutal dan penangkapan massal.
Kondisi Penjara yang Memilukan: Isolasi dan Kekejaman
Selama lima tahun mendekam di balik jeruji besi, Sergei Tikhanovsky mengalami kondisi yang sangat berat, bahkan bisa disebut penyiksaan. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di sel isolasi, termasuk 2,5 tahun dalam isolasi total tanpa akses surat, panggilan telepon, bahkan kunjungan dari seorang pendeta.
“Pembatasan berbicara adalah hal tersulit,” ungkap Sergei setelah dibebaskan. “Ketika Anda tidak bisa berkata atau menulis apa pun, Anda tidak bisa berbicara dengan siapa pun dan Anda hanya terperangkap di dalam sel – itu adalah hal tersulit – bukan pembatasan gerakan.”
Transformasi fisiknya sangat mengejutkan. Dari sosok yang kekar dan berjanggut pada tahun 2020, kini Sergei terlihat sangat kurus dan ringkih. Ia mengaku kehilangan hampir 60 kilogram berat badannya, dari 135 kilogram menjadi hanya 79 kilogram.
“Secara fisik, saya tinggal separuhnya dalam ukuran dan berat,” kata Sergei. “Tapi semangat saya tidak patah. Mungkin justru lebih kuat.”
Ia sering dikirim ke sel hukuman karena pelanggaran sepele, seperti noda di dinding atau sarang laba-laba. Sel-sel ini berukuran sekitar tiga kali dua meter, hanya dilengkapi lubang di lantai sebagai toilet, tanpa kasur, seprai, atau bantal. Untuk bertahan dari dingin, ia harus terus bergerak, melakukan squat dan sit-up setiap jam sepanjang malam.
Sergei juga menceritakan bagaimana ia nyaris lupa cara berbicara karena isolasi yang parah. Ia juga tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai, menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit kulit, masalah ginjal akibat dingin, bahkan mengalami kejang dan muntah darah.
“Mereka akan berkata: kamu akan mati di penjara. Kami akan terus memperpanjang hukumanmu dan kamu tidak akan keluar,” kenang Sergei, menirukan ancaman yang sering ia dengar.
Kondisi sedikit membaik setelah kematian pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny di penjara, yang membuat Sergei berpikir, “mungkin saya akan segera menyusul.” Namun, ia menolak keras untuk mengakui kesalahan atau meminta pengampunan dari Lukashenko, meskipun itu bisa mempercepat kebebasannya.
“Saya bukan penjahat,” jelasnya. “Jadi itu akan menjadi pengkhianatan bagi semua yang mendukung saya.”
Negosiasi Rahasia AS dan Pembebasan Mengejutkan
Pembebasan Sergei Tikhanovsky beserta 13 tahanan politik lainnya pada akhir pekan lalu adalah hasil dari negosiasi diplomatik tingkat tinggi. Momen pembebasan ini terjadi beberapa jam setelah utusan khusus Amerika Serikat, Keith Kellogg, melakukan kunjungan langka dan bertemu langsung dengan Presiden Alexander Lukashenko di Minsk.
Bagi Lukashenko, pertemuan dengan pejabat tinggi AS ini adalah kemenangan diplomatik besar. Ia telah terisolasi dari negara-negara Barat sejak penindasan protes tahun 2020 dan dukungannya yang aktif terhadap Rusia dalam invasi ke Ukraina. Dengan membebaskan beberapa tahanan, Lukashenko berharap bisa menunjukkan adanya kerja sama dan membuka dialog dengan AS.
“Itu adalah harga yang harus dibayar: awal kontak dengannya. Karena tidak ada yang mau berinteraksi sebelumnya,” jelas Sergei, menjelaskan apa yang didapatkan Lukashenko dari pembebasan tahanan tersebut.
Baik Sergei maupun istrinya, Svetlana, secara terbuka mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump dan timnya atas upaya mereka dalam memfasilitasi pembebasan ini. Para tahanan yang dibebaskan, termasuk Sergei, tidak tahu ke mana mereka akan dibawa saat dikeluarkan dari sel. Mereka diborgol dan ditutup matanya, lalu dibawa ke perbatasan dan akhirnya tiba di Vilnius, Lithuania, tempat Sergei bertemu kembali dengan keluarganya.
Momen Haru Reuni Keluarga Setelah Lima Tahun Terpisah
Reuni Sergei dengan istri dan anak-anaknya di Vilnius adalah momen yang sangat emosional dan mengharukan. Putrinya yang baru berusia empat tahun saat ia ditangkap, kini berusia sembilan tahun, awalnya tidak mengenali ayahnya.
“Dia tidak mengenali saya,” Sergei berhasil berucap setelah jeda panjang, mengangkat tangan ke wajahnya dan menangis. “Lalu dia memeluk saya erat dan kami berpelukan sangat lama.”
Anak laki-lakinya yang kini berusia 15 tahun juga sangat emosional. Svetlana, yang telah berjuang keras untuk kebebasan suaminya selama lima tahun terakhir, juga tak kuasa menahan haru.
“Sangat emosional bagi saya akhirnya melihat suami saya setelah lima tahun yang panjang,” kata Svetlana. “Dia hidup dan kami bersama lagi.”
Momen ini tidak hanya menjadi kelegaan pribadi bagi keluarga Tikhanovsky, tetapi juga simbol harapan bagi banyak keluarga tahanan politik lainnya di Belarus yang masih terpisah dari orang yang mereka cintai.
Semangat Tak Padam dan Perjuangan yang Berlanjut
Meskipun telah melalui penderitaan yang luar biasa di penjara, semangat Sergei Tikhanovsky tidak padam. Ia menegaskan bahwa ia akan terus berjuang untuk Belarus yang demokratis. Yang menarik, ia tidak memiliki klaim atas peran istrinya, Svetlana, sebagai pemimpin oposisi yang diakui secara internasional.
“Saya tidak punya klaim atas perannya,” Sergei menegaskan. “Saya tidak membutuhkan itu. Saya hanya membutuhkan Belarus yang demokratis.”
Fokus utama Sergei kini adalah pembebasan semua tahanan politik yang masih mendekam di penjara Belarus, yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 1.000 orang. Ia secara khusus mendesak Donald Trump untuk menggunakan pengaruhnya agar lebih banyak tahanan dapat dibebaskan.
Svetlana Tikhanovskaya, di sisi lain, menyambut gembira kepulangan suaminya, tetapi tetap waspada. Ia menegaskan bahwa sanksi terhadap rezim Lukashenko tidak boleh dilonggarkan sampai penindasan benar-benar berhenti. Ia menyoroti fakta bahwa meskipun 14 orang dibebaskan, 28 orang lainnya segera ditahan kembali di Belarus, menunjukkan bahwa kebijakan rezim belum berubah.
Sergei, yang kini masih beradaptasi dengan dunia luar setelah lima tahun terisolasi, berencana untuk melanjutkan aktivitasnya sebagai politisi dan blogger. Ia tetap skeptis bahwa Lukashenko akan mundur secara sukarela, tetapi ia percaya pada kemenangan kekuatan demokratis.
Penutup:
Pembebasan Sergei Tikhanovsky adalah momen penting yang menunjukkan bahwa tekanan internasional dapat membawa perubahan, meskipun kecil. Namun, ini hanyalah langkah awal. Ribuan tahanan politik lainnya masih menunggu kebebasan, dan perjuangan untuk hak asasi manusia serta demokrasi di Belarus masih panjang. Kisah Sergei adalah pengingat bahwa di balik setiap berita politik, ada kisah manusia tentang ketahanan, pengorbanan, dan harapan yang tak pernah padam. Mari kita terus mendukung dan mengawasi perkembangan di Belarus, berharap semua tahanan politik dapat kembali berkumpul dengan keluarga mereka.