Yogyakarta, zekriansyah.com – Siapa sangka, sungai yang dulunya kotor dan penuh sampah kini bisa jadi “tambang emas” baru bagi warga Yogyakarta? Ya, lewat berbagai upaya bersih-bersih dan penataan, sungai-sungai di Kota Gudeg perlahan bertransformasi menjadi destinasi wisata dan pusat ekonomi baru. Artikel ini akan mengajak Anda melihat bagaimana komitmen pemerintah, semangat komunitas, dan partisipasi masyarakat bahu-membahu mewujudkan sungai yang bersih demi kesejahteraan bersama.
Ilustrasi: Sungai yang kini jernih menjadi pusat aktivitas wisata air dan kebangkitan ekonomi warga Yogyakarta berkat kolaborasi Pemkot dan komunitas.
Baca terus untuk mengetahui inisiatif apa saja yang sudah berjalan, bagaimana dampaknya bagi warga, dan apa rencana ke depan untuk menjadikan sungai sebagai urat nadi ekonomi dan kebanggaan Yogyakarta!
Gerakan Bersama Bersihkan Sungai Yogyakarta
Upaya membersihkan sungai di Yogyakarta bukan lagi sekadar wacana, tapi sudah menjadi aksi nyata. Salah satu yang terbaru adalah Gerakan Solidaritas Aksi Tangani Sampah untuk Ekonomi Terpadu (SATSET) yang digawangi Ganjar Pranowo bersama Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo. Mereka bahkan turun langsung ke Sungai Code, membersihkan sampah dari Jembatan Sardjito hingga Jembatan Gondolayu pada Sabtu (28/6/2025).
Wali Kota Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa kebersihan sungai adalah kunci sukses program “Jogja Bersih”. Ia mengakui bahwa Satuan Tugas (Satgas) sungai atau Ulu-ulu yang dimiliki Kota Yogyakarta jumlahnya terbatas, sehingga dukungan masyarakat sangat dibutuhkan.
“Jadi mari kita jaga kebersihan, tidak buang sampah sembarangan, apalagi ke sungai,” tegas Hasto di sela aksi bersih-bersih.
Senada dengan Hasto, Sita Damayanti, warga Kampung Bintaran yang ikut membersihkan sungai, berharap gerakan ini bisa jadi pemantik kesadaran kolektif.
“Kalau ada gerakan bersama seperti ini kan bisa memberi contoh langsung, supaya warga, kita semua sadar kalau membuang sampah sembarangan di sungai itu akan berdampak pada banyak hal yang merugikan,” kata Sita.
Tak hanya SATSET, berbagai pihak lain juga aktif bergerak:
- PDI Perjuangan dan Baguna Kota Yogyakarta turut membersihkan Sungai Code dalam rangka Hari Konservasi Alam Nasional 2024, mengajak masyarakat untuk menjaga ekosistem sungai.
- Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (DJPPI) KLHK memimpin Aksi Bersih Negeri serentak di berbagai daerah, termasuk di Sungai Winongo Yogyakarta pada Hari Peduli Sampah Nasional 2024 (8 Maret 2024). Aksi ini melibatkan sekitar 100 peserta dari berbagai OPD, komunitas sungai, bank sampah, hingga warga.
- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta juga menerjunkan 40 personel setiap hari untuk membersihkan sampah di empat sungai utama: Code, Winongo, Gajah Wong, dan Manunggal (Kalimambu). Meski begitu, Kepala Seksi Pengurangan Sampah DLH Kota Yogyakarta, Faizah, menekankan pentingnya peran serta masyarakat agar sungai benar-benar bersih.
Sungai Bersih, Ekonomi Warga Terangkat
Visi besar di balik gerakan bersih-bersih sungai ini adalah potensi ekonomi yang luar biasa. Wali Kota Hasto Wardoyo optimis bahwa jika normalisasi sungai berhasil, sungai bisa “menghidupi” warga sekitar.
“Jika normalisasi sungai bisa berhasil, maka sungai bisa menghidupi warga sekitar, misalnya dijadikan kawasan wisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian,” ucap Hasto.
Contoh nyata dari visi ini bisa dilihat di beberapa lokasi:
-
Winongo Reborn: Pusat Kuliner dan Interaksi Sosial
- Taman Kuliner Wiranata Saestu di Kampung Serangan, Notoprajan, kembali dihidupkan melalui program “Winongo Reborn” yang diluncurkan pada Mei 2025.
- Staf Ahli Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Yogyakarta, Patricia Heny Dian Anitasari, berharap semangat ini akan meningkatkan geliat perekonomian warga sekitar Sungai Winongo.
- Saat ini, ada sekitar 12 pelaku usaha kuliner yang menjajakan berbagai makanan, mulai dari angkringan hingga lotek, di kawasan ini. Ini menjadi bukti kolaborasi “Gandeng Gendong” antara pemerintah, warga, korporasi, komunitas, dan kampus.
-
Bendhung Lepen: Dari Kumuh Jadi Destinasi Wisata Lokal
- Sungai Bendhung Lepen di Mrican, Umbulharjo, yang dulunya kumuh, kini telah tertata rapi berkat program “Bersih-bersih Sungai” dari BRI.
- Program ini tidak hanya membersihkan kali, tetapi juga membangun sarana prasarana seperti taman, ruang terbuka hijau, area ramah anak, serta edukasi pengolahan sampah dan urban farming.
- Shinta Khristiningrum, Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini di Bendhung Lepen, merasakan langsung dampaknya. “Dulu sungainya kumuh, karena ada kandang babi, pemukimannya kotor, terus sekarang jadi bersih dan bagus. Kemudian wilayah-wilayah yang sepi sekarang jadi ramai,” ujarnya.
- Anggota KWT Kartini yang berjumlah 36 orang kini mengelola urban farming greenhouse yang disediakan BRI, menanam hidroponik seperti selada, kangkung, dan bayam Brazil. Hasil panen ini tidak hanya untuk konsumsi, tapi juga meningkatkan pendapatan kelompok dan warga sekitar.
Strategi Pemkot Yogyakarta: Padat Karya dan Perubahan Perilaku
Pemerintah Kota Yogyakarta tak berhenti pada aksi bersih-bersih. Berbagai strategi jangka panjang juga disiapkan untuk menjaga kebersihan sungai dan lingkungan:
- Program Padat Karya Kebersihan: Wali Kota Hasto Wardoyo menekankan bahwa program padat karya infrastruktur tahun ini lebih difokuskan untuk kebersihan sungai dan lingkungan. Anggaran sekitar Rp 700 juta dialokasikan untuk 14 titik lokasi. Program ini diharapkan dapat dinikmati masyarakat banyak dan menciptakan lingkungan yang bersih.
- Mengubah Perilaku Masyarakat: Selain penanganan sampah di hilir, Pemkot Jogja juga fokus pada pengurangan sampah dari hulu. Ini dilakukan dengan:
- Kerja sama dengan perguruan tinggi untuk edukasi berkelanjutan tentang kebersihan lingkungan dan sampah.
- Menggiatkan bank sampah, yang saat ini sudah ada 689 unit berbasis RW di Kota Yogyakarta. Tujuannya adalah mengurangi jumlah sampah yang dibawa ke depo dengan mendorong pemilahan sampah dari rumah tangga.
Peran Perempuan dan Komunitas dalam Kelestarian Sungai
Partisipasi aktif perempuan dan komunitas menjadi pilar penting dalam mewujudkan sungai yang bersih dan berdaya ekonomi:
- Sekolah Srikandi Sungai Indonesia: Digagas oleh LPPM UGM, Pusat Studi Wanita UGM, dan didukung Srikandi Sungai Indonesia, program ini memberdayakan perempuan di sekitar sungai. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, merespons positif inisiatif ini yang bertujuan mewujudkan daerah pinggiran sungai yang ramah anak dan perempuan. Kegiatan utamanya meliputi edukasi, kampanye, pelatihan, dan pendampingan.
- Gerakan Reresik Jogja Muhammadiyah: Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta bersama berbagai komunitas meluncurkan “Reresik Jogja” di Grojokan Tanjung Winongo Jogja Culture Park. Gerakan ini bertujuan memberikan semangat dan penyadaran kolektif agar warga tidak membuang sampah sembarangan di sungai. Sekretaris MLH PDM Kota Yogyakarta, H Harris Syarif Usman, berharap sungai yang bersih bisa menjadi alternatif kunjungan wisata dan mencegah banjir.
Kolaborasi ini menunjukkan bahwa sungai bukan hanya sekadar aliran air, tetapi juga cerminan peradaban dan potensi ekonomi yang luar biasa.
Kesimpulan
Membersihkan sungai di Yogyakarta bukan hanya tugas satu pihak, melainkan tanggung jawab bersama yang melibatkan pemerintah, komunitas, dan seluruh lapisan masyarakat. Dari aksi bersih-bersih hingga program pemberdayaan ekonomi, upaya ini telah menunjukkan hasil nyata: sungai yang lebih bersih, lingkungan yang lebih sehat, dan yang terpenting, peningkatan kesejahteraan bagi warga sekitar.
Semoga semangat kolaborasi ini terus berlanjut, menjadikan sungai-sungai di Yogyakarta sebagai ikon kota yang bersih, asri, dan berkah bagi perekonomian masyarakat. Mari kita jaga sungai, karena sungai adalah masa depan kita bersama!