Kenapa Sandiaga Uno Larang Anaknya Ikut Beasiswa LPDP? Ini Alasannya

Dipublikasikan 30 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Politikus sekaligus pengusaha Sandiaga Uno baru-baru ini menjadi sorotan publik. Bukan karena urusan politik atau bisnis, melainkan karena pernyataannya yang mengejutkan tentang beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Sandiaga secara terbuka mengatakan bahwa ia melarang anak-anaknya untuk mengambil beasiswa bergengsi tersebut.

Kenapa Sandiaga Uno Larang Anaknya Ikut Beasiswa LPDP? Ini Alasannya

Ilustrasi: Sandiaga Uno mengutarakan alasan tak lazim di balik keputusannya melarang sang anak mendaftar beasiswa LPDP, menegaskan fokus pada tanggung jawab.

Mengapa seorang tokoh yang mampu membiayai pendidikan anaknya di luar negeri justru punya pandangan seperti ini? Artikel ini akan mengupas tuntas alasan di balik keputusan Sandiaga Uno, serta apa makna di baliknya bagi kita semua. Yuk, simak lebih lanjut untuk memahami prinsip yang dipegang teguh olehnya!

Bukan Utang, Tapi Tanggung Jawab Membangun Negeri

Pernyataan Sandiaga Uno ini muncul saat ia berdialog dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Malaysia pada Selasa, 24 Juni 2025. Dalam diskusi tersebut, seorang mahasiswa sempat menyinggung pandangan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, yang menyebut beasiswa LPDP sebagai “utang” kepada negara.

Menanggapi hal itu, Sandiaga memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Baginya, beasiswa LPDP bukanlah utang finansial yang harus dibayar dengan uang, melainkan sebuah amanah besar dan tanggung jawab moral.

“Saya nggak menyebut utang, ya, tapi tanggung jawab, tanggung jawab kita membangun negeri,” ujar Sandiaga, seperti dikutip dari akun Instagram pribadinya.

Ia menekankan bahwa kesempatan mendapatkan beasiswa LPDP itu sangat langka dan hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang Indonesia. Penerima beasiswa adalah individu terpilih yang telah melalui seleksi ketat.

Prioritaskan Mereka yang Lebih Membutuhkan

Alasan utama Sandiaga Uno melarang anaknya mengambil beasiswa LPDP sangatlah humanis dan relevan dengan semangat keadilan. Ia merasa bahwa beasiswa tersebut seharusnya diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan dan berprestasi, namun terkendala finansial.

“Anak saya, saya larang dapat LPDP, kenapa? Karena saya bilang kalau kamu dapat LPDP berarti kamu ngambil jatah orang lain,” tegas Sandiaga.

Ia mencontohkan putri keduanya, Amyra Uno, yang baru saja menyelesaikan program magister di New York University (NYU) tanpa menggunakan beasiswa LPDP. Menurut Sandi, keluarganya sudah mampu memikul tanggung jawab pendidikan anak, sehingga kesempatan beasiswa harus dialokasikan untuk pelajar lain yang lebih berhak.

Sandiaga percaya bahwa beasiswa LPDP adalah bentuk kepercayaan negara kepada generasi muda yang mampu membawa perubahan. Oleh karena itu, para penerima memiliki kewajiban moral untuk berkontribusi nyata bagi bangsa dan negara setelah studi selesai, bukan sekadar membayar utang.

Mengenal Lebih Dekat Beasiswa LPDP

Beasiswa LPDP adalah program beasiswa yang dibiayai oleh pemerintah Indonesia melalui pemanfaatan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) di bawah naungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Program ini ditujukan untuk masyarakat yang memenuhi syarat agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 atau S3, baik di dalam maupun luar negeri.

Fasilitas yang diberikan LPDP terbilang lengkap, meliputi:

  • Biaya pendidikan (SPP/Tuition Fee)
  • Biaya penunjang pendidikan (misalnya biaya hidup, akomodasi, buku, penelitian, dll.)

Ada beberapa jenis beasiswa LPDP yang ditawarkan, di antaranya:

  • Program Umum: Beasiswa Reguler, Beasiswa Perguruan Tinggi Utama Dunia, Beasiswa Parsial.
  • Program Afirmasi: Beasiswa Penyandang Disabilitas, Beasiswa Putra-putri Papua, Beasiswa Daerah Afirmasi, Beasiswa Prasejahtera.
  • Program Targeted: Beasiswa PNS, TNI, Polri, Beasiswa Kewirausahaan, Beasiswa Dokter Spesialis, dan lainnya.
  • Program Kolaborasi: Kampus Merdeka, Dosen & Tendik, Guru & Tendik, Vokasi, Prestasi, Kebudayaan.

Pendaftaran beasiswa LPDP dilakukan secara daring melalui laman resmi LPDP.

Pesan Penting dari Sandiaga Uno

Sikap Sandiaga Uno ini mendapat banyak respons positif dari warganet dan publik. Banyak yang mengapresiasi prinsipnya yang mengedepankan keadilan dan empati terhadap sesama. Ini menjadi contoh nyata bagaimana seseorang dengan kemampuan finansial memadai memilih untuk tidak mengambil hak yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh orang lain yang lebih membutuhkan.

Sandiaga berharap para penerima beasiswa LPDP selalu mengingat tanggung jawab moral mereka untuk berkontribusi kepada bangsa dan negara. Baginya, ini adalah bentuk pengabdian sejati setelah mendapatkan kesempatan emas dari negara.

Kesimpulan:

Keputusan Sandiaga Uno untuk melarang anaknya mengambil beasiswa LPDP bukan tanpa alasan. Ia ingin memastikan bahwa kesempatan emas ini benar-benar jatuh ke tangan mereka yang paling membutuhkan. Pesan utamanya jelas: beasiswa LPDP adalah amanah besar dan tanggung jawab moral untuk membangun negeri, bukan sekadar utang finansial. Semoga prinsip keadilan dan empati ini dapat menginspirasi kita semua untuk terus berkontribusi bagi masa depan Indonesia.

FAQ

Tanya: Mengapa Sandiaga Uno melarang anaknya mengambil beasiswa LPDP?
Jawab: Sandiaga Uno tidak melarang anaknya mengambil beasiswa LPDP, melainkan memiliki pandangan bahwa beasiswa tersebut adalah tanggung jawab moral untuk membangun negeri. Ia melihatnya sebagai amanah besar, bukan utang finansial.

Tanya: Apa pandangan Sandiaga Uno mengenai beasiswa LPDP?
Jawab: Sandiaga Uno berpandangan bahwa beasiswa LPDP merupakan tanggung jawab moral untuk membangun negeri, bukan sekadar utang yang harus dibayar. Ia menekankan kelangkaan kesempatan yang diberikan oleh beasiswa tersebut.

Tanya: Apa perbedaan pandangan Sandiaga Uno dengan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi mengenai beasiswa LPDP?
Jawab: Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi menyebut beasiswa LPDP sebagai “utang” kepada negara. Sementara itu, Sandiaga Uno melihatnya sebagai “tanggung jawab” untuk membangun negeri.