Profil Lengkap Hoho Alkaf, Kades Bertato Banjarnegara yang Inspiratif dan Dicintai Warga

Dipublikasikan 1 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda mendengar tentang seorang kepala desa yang penampilannya mencolok dengan tubuh penuh tato, namun justru sangat dicintai warganya karena dedikasi dan prestasinya? Dialah Hoho Alkaf, Kepala Desa Purwasaba, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Sosoknya kerap menjadi perbincangan, bukan hanya karena tato yang menghiasi tubuhnya, tetapi juga karena gebrakan dan inovasi yang ia lakukan untuk memajukan desanya.

Profil Lengkap Hoho Alkaf, Kades Bertato Banjarnegara yang Inspiratif dan Dicintai Warga

Ilustrasi: Sosok Kepala Desa Hoho Alkaf yang berdedikasi dan dicintai warganya, membuktikan inspirasi bisa datang dari mana saja.

Artikel ini akan mengupas tuntas biodata Hoho Alkaf, perjalanan hidupnya, dedikasinya dalam membangun desa, serta bagaimana ia menepis stigma negatif melalui kerja nyata. Mari kita kenali lebih dekat sosok inspiratif ini!

Sosok di Balik Tato: Mengenal Hoho Alkaf Lebih Dekat

Hoho Alkaf, atau nama lengkapnya Welas Yuni Nugroho, adalah pria kelahiran tahun 1988. Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara pasangan almarhum H. Siswoyo Siswoharsono dan almarhumah Hj. Sri Hartati. Darah kepemimpinan memang mengalir di keluarganya, sebab sang ayah juga pernah menjabat sebagai kepala desa dan anggota DPRD Banjarnegara.

Sebelum terjun ke dunia pemerintahan desa, Hoho Alkaf adalah seorang pengusaha sukses yang meneruskan usaha orang tuanya di bidang jasa konstruksi dan penyewaan alat berat. Ia dikenal sebagai sosok yang dermawan, bahkan sebelum menjabat sebagai kepala desa.

Dalam hal pendidikan, Hoho Alkaf adalah alumnus Universitas Sultan Agung (Unisula) Semarang. Tak berhenti di situ, ia bahkan sedang melanjutkan pendidikan ke jenjang strata dua (S2) di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan diri. Ia juga didampingi oleh sang istri, Erna Widya Astuti, SKM, yang menjabat sebagai sekretaris desa.

Terkait tatonya, Hoho Alkaf mengaku mulai merajah tubuhnya sejak duduk di bangku SMA. Kini, ada sekitar 30 hingga 31 motif tato yang menghiasi sekujur tubuhnya, kecuali bagian wajah, leher, dan kepala. Ia mengaku terinspirasi dari film-film gangster dan menyukai seni lukis oriental. Meski penampilannya kerap disamakan dengan anggota Yakuza di Jepang, Hoho Alkaf tak ambil pusing dengan pandangan tersebut. Baginya, tato adalah seni dan cara mengabadikan momen, yang tidak ada hubungannya dengan kriminalitas.

Dedikasi Nyata dalam Membangun Desa Purwasaba

Hoho Alkaf resmi menjabat sebagai Kepala Desa Purwasaba sejak tahun 2019. Dalam pemilihan kepala desa kala itu, ia berhasil mengalahkan dua kandidat lain dengan selisih suara yang sangat signifikan, menunjukkan kepercayaan besar dari masyarakat.

Sejak awal kepemimpinannya, Hoho Alkaf langsung tancap gas dengan berbagai gebrakan nyata:

  • Hibah Mobil Pribadi untuk Desa: Tak lama setelah dilantik, Hoho menghibahkan satu unit mobil pribadinya senilai sekitar Rp100 juta untuk operasional desa. Mobil ini sangat bermanfaat untuk mobilisasi warga, seperti mengantar ibu melahirkan, warga yang sakit ke fasilitas kesehatan, atau keperluan mendesak lainnya. Ia bahkan berkeinginan membeli ambulans gratis dengan dana pribadi jika ada rezeki lebih.
  • Perbaikan Jalan Desa dengan Dana Pribadi: Hoho Alkaf juga menggunakan dana pribadinya untuk mengaspal jalan sepanjang 700-800 meter yang menghubungkan Desa Purwasaba dengan desa tetangga. Jalan yang sebelumnya sulit dilalui ini kini mulus dan nyaman untuk kendaraan roda empat, memperlancar mobilitas warga.
  • Pengelolaan Dana Desa yang Inovatif: Baru-baru ini, Hoho kembali menjadi sorotan karena pengelolaan Dana Desa 2025 sebesar Rp308 juta. Dana tersebut mayoritas dialokasikan untuk ketahanan pangan, seperti penambahan 3.000 ekor ayam petelur. Ia bahkan memperlihatkan kolam lele yang berada di bawah kandang ayam, serta budidaya ikan nila yang dikelola BUMDes. Hanya 10 persen Dana Desa yang digunakan untuk BLT DD, sisanya difokuskan untuk penanganan stunting, pembangunan kolam renang, dan pengembangan desa wisata.
    > “Rispek! Begini kalau Dana Desa dipakai oleh pemimpin yang tepat,” begitu bunyi salah satu pujian yang menyertai video Hoho Alkaf di media sosial.
  • Pujian dari Tokoh Nasional: Keberhasilan Hoho dalam mengelola dana desa dan memajukan desanya bahkan menuai pujian dari mantan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dedi Mulyadi secara langsung memuji kepemimpinan Hoho yang “keren” dan menegaskan bahwa desa seperti Purwasaba layak mendapat dana desa hingga Rp5 miliar per tahun. Dedi juga pernah membeli 120 ekor sapi dari BUMDes Purwasaba sebagai bentuk dukungan.

Inovasi Ekonomi dan Rencana Masa Depan Desa

Di bawah kepemimpinan Hoho Alkaf, Dana Desa tidak sekadar habis untuk pembangunan fisik, tetapi juga dimanfaatkan untuk membangun unit-unit usaha produktif melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Beberapa di antaranya meliputi:

  • Sawah produktif
  • Pembudidayaan ikan
  • Peternakan ayam petelur dengan 7.000 ekor ayam yang mampu menghasilkan 420 kg telur per hari.

Usaha-usaha ini tidak hanya mendatangkan keuntungan bagi desa, tetapi juga berhasil membuka lapangan kerja bagi warga setempat.

Tidak hanya itu, Hoho Alkaf juga tengah menyibukkan diri membangun bisnis di sela-sela tugasnya. Ia sedang membangun area kolam renang bagi anak-anak di tengah area persawahan, yang airnya berasal dari mata air Sumur Srowong. Selain itu, ia juga akan mendirikan kafe berlantai dua dengan konsep kuliner dan hiburan, lengkap dengan ruang pertemuan VVIP dan area _rooftop_ yang menyajikan pemandangan indah.

Menariknya, meskipun dikenal sebagai pengusaha dan kepala desa yang tajir, Hoho Alkaf memiliki rencana sederhana setelah pensiun dari jabatannya. Ketika dituding oleh sebagian netizen akan kembali menjadi “calo terminal” karena penampilannya, Hoho menanggapi dengan santai.

“Saya orang desa jauh dari terminal. Saya mau nyangkul,” tegas Hoho. Ia menambahkan, “Kalau saya mungkin nyawah, nyangkul kalau enggak nyangkul piara kambing ngarit gitu enggak kayak sampean wong sugih. Saya tidak mau menjadi preman terminal mening saya nyangkul dan piara kambing ngarit mencari rumput.”

Benarkah Kades Boleh Bertato? Ini Aturannya

Pertanyaan mengenai legalitas kepala desa bertato sering muncul seiring viralnya Hoho Alkaf. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, khususnya Pasal 33 yang mengatur syarat menjadi kepala desa, tidak ada satu pun poin yang melarang seseorang yang bertato untuk menjabat sebagai kepala desa.

Syarat-syarat utama yang diatur dalam undang-undang tersebut meliputi:

  • Warga negara Republik Indonesia.
  • Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  • Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, UUD 1945, serta menjaga keutuhan NKRI.
  • Pendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat.
  • Berusia paling rendah 25 tahun saat mendaftar.
  • Bersedia dicalonkan.
  • Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa setempat minimal 1 tahun sebelum pendaftaran.
  • Tidak sedang menjalani atau pernah dijatuhi hukuman pidana penjara (dengan pengecualian tertentu).
  • Tidak sedang dicabut hak pilihnya.
  • Berbadan sehat.
  • Tidak pernah menjabat sebagai Kepala Desa selama 3 kali masa jabatan.
  • Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah.

Dengan demikian, penampilan bertato Hoho Alkaf sama sekali tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku untuk jabatan kepala desa. Yang terpenting adalah dedikasi dan kinerjanya dalam memimpin serta memajukan masyarakat desa.

Mengubah Stigma dengan Karya Nyata

Kisah Hoho Alkaf adalah bukti nyata bahwa kinerja dan dedikasi seseorang tidak bisa dinilai hanya dari penampilan luarnya. Meski memiliki masa lalu yang diakui “kelam” dengan kenakalan remaja, Hoho Alkaf berhasil bangkit dan memperbaiki diri setelah menikah dan kehilangan kedua orang tuanya. Ia membuktikan bahwa dengan niat mengabdi, seseorang bisa membawa perubahan positif yang besar bagi lingkungannya.

Sosok Hoho Alkaf mengajarkan kita untuk tidak mudah menghakimi dan selalu melihat lebih dalam dari sekadar tampilan fisik. Dedikasi, inovasi, dan kerja kerasnya telah menjadikan Desa Purwasaba semakin maju dan mandiri. Ia adalah contoh inspiratif bagaimana seorang pemimpin desa dapat sungguh-sungguh menjadi abdi masyarakat dan membawa kesejahteraan bagi warganya.