Asosiasi Pilot Komersial Tolak Keras Klaim “Human Error” dalam Tragedi Air India yang Membingungkan

Dipublikasikan 14 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Tragedi jatuhnya pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India pada Juni lalu, yang menewaskan 260 orang, masih menyisakan banyak tanda tanya. Laporan investigasi awal memang menemukan hal yang mengejutkan: sakelar bahan bakar mesin pesawat mati beberapa detik setelah lepas landas. Namun, dua asosiasi pilot komersial terbesar di India kini bersuara lantang, menolak klaim “human error” sebagai penyebab tunggal kecelakaan maut ini.

Asosiasi Pilot Komersial Tolak Keras Klaim

Asosiasi Pilot Komersial India Bantah Klaim “Human Error” Sebagai Penyebab Tunggal Tragedi Air India, Tuntut Transparansi Investigasi Pasca Insiden yang Membingungkan.

Mengapa para pilot ini merasa perlu menolak kesimpulan awal yang mengarah pada kesalahan manusia? Artikel ini akan membawa Anda menyelami kompleksitas di balik investigasi kecelakaan pesawat ini, memahami sudut pandang para pilot, dan mengapa mereka mendesak transparansi penuh dalam mencari kebenaran.

Temuan Awal yang Membingungkan: Sakelar Bahan Bakar Mati Setelah Lepas Landas

Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB) merilis laporan awal yang menjadi sorotan. Dalam laporannya, terungkap bahwa sakelar pengendali bahan bakar kedua mesin pesawat ditemukan dalam posisi “mati” sesaat setelah pesawat mengudara. Kondisi ini tentu saja menyebabkan mesin kekurangan bahan bakar dan kehilangan daya.

Yang lebih membingungkan adalah rekaman audio dari kokpit yang menangkap percakapan antara kedua pilot. Salah satu pilot terdengar bertanya kepada rekannya mengapa sakelar itu dimatikan, namun pilot kedua membantah telah melakukannya. Detail lebih lanjut mengenai percakapan ini tidak dipublikasikan, meninggalkan misteri besar: siapa yang mematikan sakelar, dan mengapa? Apalagi, sakelar ini dirancang dengan mekanisme pengunci tuas yang membuatnya sulit untuk dimatikan secara tidak sengaja, sebuah fitur keamanan yang sudah ada sejak tahun 1950-an.

Suara Penolakan dari Asosiasi Pilot: Bukan Sekadar “Human Error”

Meskipun laporan awal tidak secara eksplisit menyalahkan pilot, temuan tersebut memicu spekulasi luas di kalangan pakar penerbangan independen bahwa tindakan pilot, baik disengaja maupun tidak, mungkin menjadi pemicu jatuhnya pesawat Air India tersebut. Namun, spekulasi ini mendapat perlawanan keras dari komunitas pilot.

ICPA: Melawan Spekulasi Bunuh Diri Pilot

Asosiasi Pilot Komersial India (ICPA) menyatakan sangat terganggu dengan narasi spekulatif, terutama dugaan tak berdasar mengenai kemungkinan bunuh diri pilot. Dalam pernyataan resminya, ICPA menegaskan:

“Sama sekali tidak ada dasar untuk klaim semacam itu pada tahap ini. Klaim tersebut sangat tidak sensitif terhadap individu dan keluarga yang terlibat. Secara santai menyebut bunuh diri pilot tanpa bukti yang terverifikasi merupakan pelanggaran berat terhadap pelaporan etika dan merendahkan martabat profesi.”

Mereka menekankan bahwa sakelar kontrol bahan bakar mesin hanya dapat digerakkan secara sengaja dan manual, sehingga spekulasi tersebut perlu didasari bukti kuat, bukan asumsi.

ALPA India: Tuntutan Transparansi dan Keterlibatan

Senada dengan ICPA, Asosiasi Pilot Maskapai India (ALPA India) yang beranggotakan sekitar 800 pilot, juga melayangkan kritik tajam. Presiden ALPA India, Sam Thomas, menuduh AAIB menyembunyikan “kerahasiaan” dalam investigasinya dan tidak melibatkan “personel yang berkualifikasi dan layak”.

“Kami merasa bahwa investigasi ini diarahkan ke arah yang mengasumsikan kesalahan pilot dan kami sangat menentang pemikiran ini,” tegas Thomas.

ALPA India, yang mengklaim memiliki 100.000 anggota di seluruh dunia, bahkan meminta untuk diikutsertakan sebagai “pengamat” demi memastikan transparansi yang diperlukan dalam investigasi tragedi Air India ini.

Misteri di Balik Kokpit: Siapa dan Mengapa?

Kejanggalan seputar sakelar pengendali bahan bakar menjadi inti dari misteri ini. Jika sakelar itu mati, mengapa? Seorang investigator kecelakaan udara di Kanada bahkan menyebut, “Hampir mustahil untuk menarik kedua tombol hanya dengan satu gerakan tangan, dan ini membuat kemungkinan terjadinya kecelakaan tergolong kecil.”

Rekaman perekam suara kokpit (CVR) memang merekam percakapan, namun tidak menjelaskan secara rinci siapa yang mengucapkan apa. Pada saat lepas landas, kopilot diketahui sedang menerbangkan pesawat, sementara kapten memantau. Kemudian, sakelar dinyalakan kembali, memicu penyalaan ulang mesin. Saat pesawat jatuh, satu mesin berhasil mendapatkan kembali daya dorong, sementara yang lain menyala kembali namun belum sempat memberikan daya dorong penuh.

Para penyelidik percaya bahwa CVR memegang kunci teka-teki ini. Identifikasi suara yang jelas dan transkrip lengkap dengan label siapa yang mengatakan apa sangatlah krusial untuk mengungkap kebenaran.

Pertanyaan Lain yang Mengemuka: Bukan Hanya Pilot

Selain misteri sakelar, beberapa pertanyaan lain juga muncul dalam investigasi kecelakaan Air India ini:

  • Buletin FAA 2018: Sebuah Buletin Informasi Kelaikan Udara Khusus (SAIB) dari Badan Penerbangan Federal AS pada Desember 2018 menyoroti bahwa beberapa sakelar kontrol bahan bakar Boeing 737 (dengan desain yang sama pada 787-8) dipasang dengan fitur pengunci dinonaktifkan. Meskipun ini hanya imbauan, apakah ini berkontribusi pada kejadian?
  • Potensi Masalah Elektronik: Mantan penyelidik AAIB, Kapten Kishore Chinta, mempertanyakan apakah sakelar pemutus bahan bakar bisa dipicu secara elektronik oleh unit kontrol elektronik pesawat tanpa gerakan pilot.
  • Faktor Lingkungan: Sampel bahan bakar dari tangki pengisian bahan bakar dinyatakan “memuaskan”, menyingkirkan dugaan kontaminasi bahan bakar.
  • Perlunya Perekam Video Kokpit: Para ahli menekankan perlunya perekam video di kokpit, seperti yang direkomendasikan oleh NTSB (badan penyelidik kecelakaan transportasi AS), untuk memberikan gambaran visual yang jelas mengenai apa yang terjadi.

Kesimpulan: Pencarian Kebenaran yang Berkelanjutan

Asosiasi pilot komersial berdiri teguh pada pendirian mereka, menolak klaim “human error” sebagai penyebab tunggal tragedi Air India. Mereka menekankan bahwa kasus ini jauh lebih kompleks daripada yang terlihat. Dengan temuan awal yang membingungkan, percakapan kokpit yang samar, serta isu-isu teknis yang belum terjawab, jelas bahwa investigasi kecelakaan pesawat ini memerlukan transparansi penuh dan keterlibatan semua pihak terkait.

Pencarian kebenaran dalam jatuhnya pesawat Boeing 787-8 Dreamliner ini masih jauh dari kata usai. Kita semua berharap agar penyelidikan yang menyeluruh dan transparan dapat mengungkap apa yang sebenarnya terjadi, demi keadilan bagi para korban dan keluarga, serta untuk memastikan keselamatan penerbangan di masa depan. Mari kita ikuti terus perkembangan kasus ini bersama-sama.