Permukaan Laut Dunia Berubah Drastis: Kenali Penyebab dan Dampaknya Akibat Krisis Iklim

Dipublikasikan 10 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Akhir-akhir ini, berita tentang kota-kota pesisir yang terancam tenggelam, termasuk Jakarta, sering kita dengar. Isu ini bukan lagi sekadar ramalan, melainkan kenyataan yang sedang terjadi. Salah satu faktor utama di baliknya adalah perubahan permukaan air laut global.

Permukaan Laut Dunia Berubah Drastis: Kenali Penyebab dan Dampaknya Akibat Krisis Iklim

Ilustrasi: Ombak mengancam kota pesisir, Jakarta dalam bayang-bayang krisis iklim.

Lalu, mengapa permukaan laut dunia terus berubah? Apa saja penyebabnya dan bagaimana dampaknya bagi kita? Artikel ini akan membahasnya dengan bahasa yang mudah dipahami, agar Anda bisa lebih siap menghadapi tantangan perubahan iklim.

Apa Itu Perubahan Muka Air Laut?

Secara sederhana, perubahan muka air laut adalah perubahan ketinggian air laut, baik di suatu lokasi tertentu (lokal) maupun di seluruh dunia (global). Ketinggian ini diukur dari titik acuan tertentu.

Perubahan lokal bisa terjadi karena pergerakan daratan itu sendiri, misalnya tanah yang naik atau turun akibat aktivitas geologi atau bahkan eksploitasi air tanah berlebihan. Namun, yang paling sering menjadi sorotan saat ini adalah perubahan muka air laut secara global, yang dampaknya bisa dirasakan di berbagai belahan bumi.

Penyebab Utama Kenaikan Permukaan Laut Global

Kenaikan permukaan air laut secara global sebagian besar dipicu oleh pemanasan global atau krisis iklim yang sedang kita alami. Ada dua alasan utama mengapa hal ini terjadi:

1. Pencairan Es dan Gletser di Kutub

Bumi kita memiliki cadangan es raksasa di Kutub Utara (Greenland), Kutub Selatan (Antarktika), dan gletser di pegunungan tinggi. Saat suhu bumi terus meningkat, lapisan-lapisan es ini mencair dengan cepat. Air lelehan ini kemudian mengalir ke lautan, menambah volume air secara signifikan.

Sebagai gambaran, lapisan es Greenland dan Antarktika saja telah kehilangan sekitar 6,4 triliun ton massa es antara tahun 1992 hingga 2017. Jika semua es di Greenland dan Antarktika Barat mencair sepenuhnya, permukaan laut global bisa naik hingga belasan meter!

2. Pemuaian Panas Air Laut (Ekspansi Termal)

Sama seperti benda lain, air juga akan memuai atau mengembang jika dipanaskan. Lautan adalah penyerap panas terbesar di bumi. Sekitar 90% panas berlebih akibat emisi gas rumah kaca diserap oleh lautan.

Meski kenaikan suhu air laut mungkin terlihat kecil, volume air di lautan sangatlah besar. Peningkatan suhu beberapa derajat saja bisa membuat air laut mengembang dan menempati ruang yang lebih besar, sehingga permukaan laut pun ikut naik.

Peran Aktivitas Manusia dalam Perubahan Iklim dan Laut

Sejak era Revolusi Industri di tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi penyebab utama percepatan perubahan iklim. Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas untuk pembangkit listrik, industri, transportasi, hingga pembabatan hutan secara masif, melepaskan Gas Rumah Kaca (GRK) dalam jumlah besar ke atmosfer.

GRK ini bekerja seperti “selimut” yang memerangkap panas matahari di atmosfer bumi, menyebabkan suhu global meningkat. Peningkatan suhu inilah yang kemudian memicu pencairan es dan pemuaian air laut, berujung pada kenaikan permukaan laut yang kita saksikan saat ini.

Dampak Nyata Kenaikan Permukaan Laut bagi Kehidupan

Kenaikan permukaan laut bukan hanya sekadar angka di laporan ilmiah, tetapi memiliki dampak nyata yang mengancam kehidupan kita:

  • Ancaman Banjir Pesisir dan Tenggelamnya Wilayah:
    Kota-kota besar di pesisir, termasuk Jakarta, sangat rentan terhadap fenomena ini. Air laut yang naik bisa menyebabkan banjir rob yang semakin sering dan parah, hingga pada akhirnya mengancam tenggelamnya sebagian wilayah pesisir. Bahkan, beberapa pulau kecil di dunia sudah mulai merasakan dampaknya secara langsung.

  • Kerusakan Ekosistem Pesisir dan Laut:
    Ekosistem penting seperti hutan bakau (mangrove) dan terumbu karang, yang menjadi habitat bagi banyak spesies laut dan pelindung alami pantai, akan rusak atau bahkan hilang. Ini akan mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati laut.

  • Gangguan Sumber Air Bersih dan Pertanian:
    Kenaikan permukaan laut dapat menyebabkan intrusi air asin, yaitu masuknya air laut ke dalam tanah di wilayah pesisir. Akibatnya, sumur air tawar menjadi asin dan lahan pertanian tidak lagi subur, mengancam pasokan air bersih dan ketahanan pangan.

  • Badai yang Lebih Kuat dan Merusak:
    Suhu permukaan laut yang lebih hangat menyediakan energi lebih bagi badai. Ini berarti badai tropis, topan, atau siklon akan menjadi lebih sering, lebih intens, dan lebih merusak, menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda yang lebih besar.

Selain Ketinggian, Warna Laut Juga Berubah!

Tahukah Anda, selain ketinggiannya, warna laut di sebagian besar dunia juga sedang berubah? Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh lautan dunia, terutama di wilayah tropis dan subtropis, kini tampak lebih hijau dari sebelumnya.

Perubahan warna ini tidak bisa dilihat langsung oleh mata telanjang, tetapi terdeteksi melalui pengamatan satelit. Penyebabnya adalah perubahan jumlah mikroorganisme laut kecil bernama fitoplankton. Fitoplankton mengandung klorofil (pigmen hijau) dan sangat sensitif terhadap perubahan suhu air laut. Pemanasan global memicu pertumbuhan fitoplankton di beberapa daerah, membuat air laut tampak lebih hijau.

Padahal, fitoplankton adalah dasar dari rantai makanan di lautan dan berperan penting dalam siklus karbon global, yaitu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Perubahan pada populasi fitoplankton ini bisa mengganggu seluruh ekosistem laut dan bahkan memengaruhi kemampuan laut menyerap karbon dari atmosfer.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Mempelajari perubahan muka air laut dari masa lampau hingga saat ini sangat penting untuk memproyeksikan apa yang akan terjadi di masa depan. Meskipun perubahan ini adalah bagian dari dinamika alam, aktivitas manusia telah mempercepatnya hingga ke tingkat yang mengkhawatirkan.

Kita semua bisa berkontribusi untuk memperlambat laju perubahan ini. Beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan antara lain:

  • Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca: Mulai dari hal kecil seperti menggunakan transportasi umum, berjalan kaki atau bersepeda, hingga menghemat energi listrik di rumah.
  • Mendukung Energi Terbarukan: Mendorong penggunaan sumber energi bersih seperti tenaga surya dan angin.
  • Melakukan Reboisasi: Menanam pohon dan menjaga kelestarian hutan untuk membantu menyerap karbon dioksida.
  • Menerapkan Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle): Mengurangi sampah, menggunakan kembali barang, dan mendaur ulang untuk meminimalkan jejak karbon.
  • Mengurangi Sampah Makanan: Makanan sisa yang membusuk juga menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca.

Kesimpulan

Perubahan permukaan laut adalah tantangan global yang tidak bisa kita abaikan. Fenomena ini, yang dipercepat oleh krisis iklim akibat ulah manusia, membawa dampak nyata bagi lingkungan dan kehidupan kita. Mulai dari ancaman banjir pesisir hingga perubahan ekosistem laut yang vital.

Memahami penyebab dan dampaknya adalah langkah awal yang penting. Mari kita bersama-sama mengambil tindakan nyata, sekecil apa pun, untuk menjaga bumi kita. Masa depan lautan dan kota-kota pesisir ada di tangan kita.

FAQ

Tanya: Mengapa kenaikan permukaan laut global menjadi perhatian utama dibandingkan perubahan lokal?
Jawab: Perubahan global berdampak luas ke berbagai wilayah di seluruh dunia, sementara perubahan lokal lebih spesifik pada suatu area tertentu.

Tanya: Selain pencairan es dan gletser, apa penyebab lain kenaikan permukaan laut global?
Jawab: Pemanasan global juga menyebabkan air laut memuai karena peningkatan suhu, sehingga volumenya bertambah.

Tanya: Apa dampak langsung dari kenaikan permukaan laut global bagi wilayah pesisir?
Jawab: Wilayah pesisir menghadapi risiko banjir rob yang lebih sering dan parah, serta erosi pantai yang meningkat.

Tanya: Bagaimana krisis iklim secara spesifik memicu pencairan es dan gletser?
Jawab: Peningkatan suhu rata-rata global akibat emisi gas rumah kaca menyebabkan es dan gletser mencair lebih cepat dari biasanya.