Pemimpin Tertinggi Iran Keluar dari Persembunyian: Ini Realitas Berat yang Menanti Ayatollah Ali Khamenei

Dipublikasikan 28 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Setelah hampir dua pekan bersembunyi di bunker rahasia di tengah panasnya perang Iran dan Israel, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, akhirnya muncul kembali. Mungkin banyak yang mengira ia akan langsung mengklaim kemenangan besar di televisi nasional. Namun, realitas yang menanti pria berusia 86 tahun ini jauh lebih kompleks dan penuh tantangan.

Pemimpin Tertinggi Iran Keluar dari Persembunyian: Ini Realitas Berat yang Menanti Ayatollah Ali Khamenei

Ilustrasi: Pemimpin Tertinggi Iran muncul dari persembunyiannya, siap menghadapi tantangan berat di tengah kondisi Iran yang porak-poranda pasca-perang.

Artikel ini akan mengupas tuntas apa saja yang harus dihadapi Ayatollah Ali Khamenei saat ia kembali ke panggung utama, mulai dari kondisi negaranya yang porak-poranda, gejolak di internal elite, hingga masa depan kepemimpinannya yang kini menjadi sorotan. Dengan memahami ini, kita bisa lebih mengerti arah Iran ke depan.

Dari Bunker ke Realitas Penuh Kehancuran: Kondisi Iran Pasca-Perang

Ketika Ayatollah Ali Khamenei keluar dari persembunyiannya, pemandangan yang menyambutnya adalah kematian dan kehancuran. Perang yang baru saja mereda telah meninggalkan luka dalam bagi Iran.

  • Kerusakan Militer Signifikan: Israel dengan cepat menguasai sebagian besar wilayah udara Iran dan menyerang infrastruktur militernya. Beberapa komandan tertinggi Garda Revolusi Iran dan tentara tewas. Meskipun tingkat kerusakan pastinya masih diperdebatkan, pengeboman berulang terhadap pangkalan dan fasilitas militer menunjukkan kemunduran kekuatan tempur Iran secara signifikan.
  • Fasilitas Nuklir Terdampak: Fasilitas nuklir Iran, yang selama ini menjadi sumber sanksi dan ketegangan internasional, juga rusak akibat serangan udara Israel dan AS. Iran mengklaim telah memindahkan persediaan uranium yang sangat diperkaya ke tempat rahasia yang aman. Persediaan uranium 60% yang dimiliki Iran, jika diperkaya hingga 90%, cukup untuk membuat sekitar sembilan bom nuklir, menurut para ahli.
  • Ekonomi Melumpuh: Rangkaian sanksi internasional yang telah berlangsung lama semakin melumpuhkan ekonomi Iran. Dari eksportir minyak terkemuka, Iran kini menghadapi kemiskinan yang parah.

Rakyat dan Elite Internal: Kemarahan hingga Desakan Pergantian Pemimpin

Keluarnya Khamenei dari persembunyian juga berarti ia harus berhadapan langsung dengan kemarahan dan frustrasi yang mengakar di tengah masyarakat dan elite pemerintahannya.

  • Kemarahan Rakyat: Sebagian besar masyarakat Iran menyalahkan Ayatollah Ali Khamenei karena telah membawa negara ini terlibat dalam bentrokan dengan Israel dan AS, yang mengakibatkan kehancuran besar. Banyak yang tidak mendukung tujuan ideologis untuk menghancurkan Israel dan mempertanyakan keyakinannya bahwa status nuklir akan membuat rezimnya tak terkalahkan.
  • Pergunjingan di Tingkat Atas: Ada indikasi ketidakpuasan di jajaran atas pemerintahan. Selama perang, beberapa mantan petinggi rezim bahkan mendesak para cendekiawan di kota suci Qom untuk campur tangan dan mendorong pergantian pemimpin.
    > “Akan ada perhitungan. Cukup jelas bahwa ada ketidaksepakatan besar dalam kepemimpinan, dan ada juga ketidaksenangan besar di antara masyarakat,” kata Profesor Ali Ansari, direktur pendiri Institut Studi Iran di Universitas St Andrews.
  • Sentimen Publik yang Terpecah: Warga Iran bergulat dengan perasaan ingin mempertahankan negara di satu sisi, namun sangat membenci rezim di sisi lain. Mereka bersatu demi negara, bukan demi rezim. Namun, banyak juga yang sadar bahwa Israel mungkin mengincar perubahan rezim, sesuatu yang diinginkan banyak orang Iran, tetapi mereka juga punya batas untuk tidak tunduk pada perubahan rezim yang direkayasa oleh kekuatan asing.
  • Penindasan Internal: Rezim Iran diperkirakan akan meningkatkan penindasan di dalam negeri untuk melibas perbedaan pendapat. Setidaknya enam orang telah dieksekusi atas tuduhan mata-mata Israel, dan sekitar 700 orang ditangkap dalam dua minggu terakhir perang.

Rudal Tersisa dan Ambisi Nuklir: Ancaman yang Belum Tuntas

Meskipun ada gencatan senjata, banyak pihak percaya bahwa upaya Israel belum tuntas, terutama karena masih ada ancaman signifikan dari Iran.

  • Gudang Rudal Balistik yang Bertahan: Salah satu hal yang tampaknya lolos dari kehancuran adalah banyak gudang rudal balistik Iran. Rudal-rudal ini sulit ditemukan oleh Israel karena ditempatkan di terowongan bawah tanah di pegunungan. Israel cemas dengan sekitar 1.500 rudal yang masih tersisa di pihak Iran.
  • Kekhawatiran Ambisi Nuklir: Ada kekhawatiran serius di Tel Aviv, Washington, dan ibu kota negara Barat lainnya bahwa Iran mungkin masih berambisi untuk membangun bom nuklir, meskipun Iran selalu membantah hal ini. Parlemen Iran bahkan telah memilih untuk mengurangi kerja sama dengan pengawas Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sebuah langkah menuju potensi keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

Suksesi Kepemimpinan: Persiapan Khamenei untuk Era Baru

Pada usianya yang ke-86 tahun dan kondisi kesehatan yang disebut-sebut kurang baik, Ayatollah Ali Khamenei dipercaya sedang mempersiapkan transisi kekuasaan untuk memastikan kesinambungan rezim.

  • Percepatan Proses Suksesi: Proses pencarian pengganti Khamenei mengalami percepatan signifikan di tengah eskalasi militer. Sebuah komite rahasia yang beranggotakan tiga ulama senior, yang dibentuk oleh Khamenei sendiri dua tahun lalu, kini mengintensifkan perencanaan suksesi.
  • Calon Pengganti: Khamenei telah memilih tiga ulama senior sebagai kandidat untuk menggantikannya jika ia meninggal. Selain itu, ia juga merancang orang-orang pengganti di bawah rantai komando militernya jika banyak petinggi militer terbunuh. Dua nama yang mencuat sebagai calon kuat pengganti adalah:
    • Mojtaba Khamenei (56): Putra sang pemimpin tertinggi. Dikenal konservatif dan memiliki pandangan serupa dengan ayahnya. Meski tak punya jabatan resmi, ia diyakini sangat berpengaruh sebagai pengatur akses ke Khamenei. Namun, suksesi dari ayah ke anak bisa memunculkan kekhawatiran kembalinya sistem monarki.
    • Hassan Khomeini (53): Cucu dari pendiri Republik Islam Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini. Dikenal lebih moderat dan memiliki hubungan dekat dengan faksi reformis. Dianggap bisa menghadirkan wajah yang lebih diterima baik secara domestik maupun internasional.
  • Sistem Suksesi Iran: Pemimpin tertinggi Iran dipilih oleh Majelis Ahli, sebuah badan beranggotakan 88 ulama terpilih yang mirip dengan Dewan Kardinal di Vatikan. Majelis ini bertugas memilih pemimpin tertinggi dan memastikan calon memenuhi syarat untuk memimpin Iran.

Menatap Masa Depan Iran yang Penuh Ketidakpastian

Keluarnya Ayatollah Ali Khamenei dari persembunyian bukan sekadar kembalinya seorang pemimpin, melainkan penanda dimulainya era baru yang penuh ketidakpastian bagi Iran. Ia harus menghadapi kenyataan pahit kerusakan negara, ketidakpuasan rakyat, desakan dari elite internal, serta ancaman eksternal yang belum berakhir.

Masa depan Iran kini berada di persimpangan jalan. Siapapun yang akan menggantikan Khamenei, atau bahkan jika rezim berhasil bertahan, tantangan yang dihadapi akan jauh lebih kompleks, baik dari dalam negeri yang dilanda krisis ekonomi dan ketidakpuasan, maupun dari luar negeri yang terus menekan melalui sanksi dan tekanan militer. Perjalanan Iran ke depan akan sangat bergantung pada bagaimana kepemimpinan tertinggi menyikapi realitas baru ini.