Heboh Pelajar Diduga Bunuh Diri Usai Dibully: Kisah Pilu yang Mengguncang Garut

Dipublikasikan 15 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar pilu kembali menyelimuti dunia pendidikan kita. Baru-baru ini, jagat maya dan media sosial dihebohkan dengan berita seorang pelajar diduga bunuh diri usai dibully di Garut, Jawa Barat. Kasus tragis ini sontak menjadi perbincangan hangat, membuka kembali mata kita akan bahaya serius dari perundungan atau bullying yang masih saja terjadi di lingkungan sekolah.

Heboh Pelajar Diduga Bunuh Diri Usai Dibully: Kisah Pilu yang Mengguncang Garut

Pelajar di Garut diduga bunuh diri akibat perundungan, publik serukan penanganan serius terhadap aksi bullying di sekolah.

Artikel ini akan mengupas tuntas kronologi kejadian yang mengguncang ini, menyoroti dampak mengerikan dari perundungan, dan mengajak kita semua untuk lebih peka serta mengambil peran aktif dalam mencegah tragedi serupa. Mari kita selami lebih dalam agar kisah pilu ini tidak terulang lagi.

Kronologi Pilu yang Viral di Media Sosial

Peristiwa memilukan ini terjadi di Garut, Jawa Barat, pada Senin, 14 Juli 2025. Seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun, yang seharusnya menikmati hari pertama masuk sekolah setelah liburan, justru ditemukan meninggal dunia. Dugaan awal menyebutkan bahwa ia bunuh diri di rumahnya.

Kisah di balik kejadian ini mulai viral setelah sang ibu korban mencurahkan isi hatinya di akun Instagram pribadi. Ia mengungkapkan bahwa anaknya menjadi korban perundungan atau bullying oleh teman-teman sekolahnya. Pemicunya? Anaknya dituduh melaporkan teman-temannya yang ketahuan menggunakan vape di kelas. Selain itu, sang ibu juga menyebutkan bahwa anaknya tidak naik kelas dan disarankan untuk pindah sekolah jika ingin melanjutkan ke kelas 11. Kombinasi tekanan ini diduga kuat menjadi beban berat yang sulit ditanggung oleh sang pelajar.

Respon Cepat Pemerintah Daerah dan Pihak Berwajib

Mendengar kabar yang menghebohkan ini, Wakil Bupati Garut, Putri Karlina, langsung merespons. Beliau meminta agar ibu korban melaporkan kasus ini ke Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Pemda Garut.

“Saya sebelumnya ingin mengucapkan turut berbela sungkawa, terkait adik kita yang kemarin meninggal dunia dan diduga karena bullying,” ujar Putri Karlina, seperti dikutip Kompas.com. Ia juga menambahkan bahwa UPTD PPA sudah memantau dan melakukan pendampingan sejak tiga minggu sebelumnya, menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam menangani kasus ini.

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Garut AKP Joko Prihatin juga mengonfirmasi laporan terkait meninggalnya remaja tersebut. Hasil pemeriksaan tim Inafis Polres dan tim kesehatan Puskesmas menunjukkan bahwa anak laki-laki itu meninggal akibat bunuh diri di rumahnya. Meski demikian, pihak sekolah, melalui Kepala SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, membantah adanya tindakan bullying terhadap siswa tersebut di lingkungan sekolah. Hal ini tentu memerlukan investigasi lebih lanjut untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya.

Dampak Bullying: Luka yang Tak Terlihat dan Berbahaya

Kasus di Garut ini hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh tragis bagaimana perundungan bisa meninggalkan luka mendalam, bahkan merenggut nyawa. Bullying, baik secara verbal, fisik, maupun siber, adalah perilaku agresif yang dilakukan berulang kali dengan tujuan menyakiti atau mengintimidasi.

Menurut Uswatun Hasanah, seorang Dosen Keperawatan Jiwa dari UM Surabaya, dampak bullying sangat berbahaya bagi anak-anak dan remaja. Berikut beberapa efek yang bisa ditimbulkan:

  • Kesehatan Mental: Korban seringkali kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak berharga, cemas, dan depresi. Gejala depresinya bisa berupa perubahan perilaku, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, gangguan emosional, kehilangan minat, bahkan pikiran untuk bunuh diri.
  • Aspek Akademik: Prestasi belajar menurun, kehilangan konsentrasi, hingga menolak untuk bersekolah lagi.
  • Aspek Sosial: Merasa malu berinteraksi, menarik diri, hingga mengisolasi diri dari lingkungan teman sebaya dan sosial.
  • Dampak Fisik: Jika bullying melibatkan kekerasan fisik, bisa menyebabkan luka ringan, cacat fisik, hingga kematian.

Tragedi ini bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, berbagai kasus serupa juga sempat mencuat, seperti kasus siswi SMK di Kendari yang bunuh diri karena tekanan dari ibunya yang dianggap sering memarahi dan membeda-bedakan, atau kasus seorang mahasiswi kedokteran di Undip yang juga diduga bunuh diri usai dibully oleh seniornya, bahkan sampai menyebabkan ayahnya meninggal karena stres. Ini menunjukkan bahwa perundungan adalah masalah serius yang bisa menyerang siapa saja, di mana saja, dan di berbagai jenjang pendidikan.

Peran Kita dalam Mencegah Tragedi Serupa

Melihat dampaknya yang begitu mengerikan, sudah saatnya kita semua mengambil peran aktif dalam mencegah bullying dan mendukung kesehatan mental remaja. Ini bukan hanya tugas sekolah atau pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama.

  • Orang Tua: Jalin komunikasi terbuka dengan anak. Perhatikan perubahan perilaku atau mood mereka. Jadilah tempat aman bagi mereka untuk bercerita.
  • Sekolah: Ciptakan lingkungan yang aman dan inklusif. Terapkan kebijakan anti-bullying yang tegas dan pastikan ada mekanisme pelaporan yang mudah diakses serta ditindaklanjuti. Edukasi siswa, guru, dan staf tentang bahaya bullying.
  • Masyarakat: Hentikan budaya permisif terhadap bullying. Jangan ragu untuk melaporkan jika melihat tindakan perundungan. Jadilah bagian dari solusi, bukan masalah.
  • Pemerintah: Perkuat regulasi dan implementasi perlindungan anak dan remaja dari perundungan. Sediakan layanan kesehatan mental yang mudah diakses dan terjangkau.

Mari bersama-sama kita bangun lingkungan yang penuh empati dan kepedulian, agar tidak ada lagi kisah pelajar diduga bunuh diri usai dibully yang harus kita dengar. Setiap anak berhak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman dan positif.


Informasi ini bukan untuk menginspirasi siapa saja guna melakukan tindakan yang sama. Bagi Anda yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak seperti psikolog, psikiater, maupun mendatangi klinik kesehatan mental. Anda juga dapat menghubungi layanan bantuan seperti:

  • Into The Light Indonesia: intothelightid.org (Instagram: @intothelightid)
  • Save Yourselves: (akun IG @saveyourselvesid)
  • Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes: (021) 500-454
  • LSM Jangan Bunuh Diri: (021) 9696 9293