Yogyakarta, zekriansyah.com – Tahukah Anda, saat musim liburan, volume sampah di Yogyakarta bisa melonjak drastis? Kondisi ini memicu keprihatinan banyak pihak, termasuk para pegiat komunitas sepeda tua atau onthelis di Jogja. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana aksi sederhana mereka, sambil mengayuh sepeda, justru menjadi pengingat penting bagi kita semua tentang kebersihan lingkungan. Yuk, simak lebih lanjut agar kita bisa terinspirasi dan ikut berkontribusi!
Ilustrasi: Para pesepeda ontel beraksi membersihkan sampah kota, menunjukkan kepedulian lingkungan yang menginspirasi di Yogyakarta.
Liburan Tiba, Sampah di Jogja Melonjak Drastis
Setiap kali musim liburan tiba, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mencatat peningkatan produksi sampah yang signifikan. Bayangkan, di kawasan wisata populer seperti Malioboro, volume sampah bisa naik dua kali lipat! Dari yang biasanya sekitar 10 ton per hari, bisa melonjak hingga 15–20 ton. Secara keseluruhan, produksi sampah harian di Kota Jogja juga meningkat, dari 260 ton menjadi sekitar 300 ton saat liburan.
“Warung-warung itu bisanya menjadi produksi sampah jadi tambahan. Malioboro sehari hanya 10 ton, dalam seperti ini bisa jadi dua kali lipat 15–20 ton di jalanan,” kata Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, seperti dikutip dari SuaraJogja.id.
Masalah sampah ini bukan hanya di Kota Yogyakarta saja. Di Sleman, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Epiphana Kristiyani menyebutkan bahwa dari total timbulan sampah harian 602 ton, baru sekitar 22 persen yang berhasil diolah. Tumpukan sampah yang tak tertangani dengan baik tentu bisa memicu berbagai masalah kesehatan, mulai dari penyakit seperti leptospirosis hingga menjadi sarang virus.
Bukan Sekadar Bersepeda, Onthelis Kosti Ajak Bersih-bersih Lingkungan
Melihat kondisi ini, puluhan onthelis dari Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) tergerak untuk beraksi. Mereka tidak hanya berkumpul dan bersepeda keliling Kota Jogja, tetapi juga sambil memunguti sampah yang berserakan. Aksi ini menjadi cara unik para onthelis Jogja untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan.
Meski terlihat sederhana, aksi ini memiliki pesan yang kuat. Para onthelis menyadari bahwa apa yang mereka lakukan mungkin tidak secara langsung menuntaskan masalah sampah di Jogja. Namun, mereka percaya bahwa hal besar selalu dimulai dari aksi-aksi kecil.
“Menjaga komitmen agar selalu menjaga kebersihan dan bisa memungut dan memilah sampah,” ujar salah satu onthelis, menekankan pentingnya membiasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Dukungan Tokoh dan Pesan Lingkungan dari Ganjar Pranowo
Aksi bersih-bersih lingkungan yang dilakukan para onthelis Kosti ini juga mendapat dukungan dari tokoh nasional. Ganjar Pranowo, yang merupakan Pembina Kosti DIY, turut hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Kehadirannya tentu menambah semangat para onthelis dan menarik perhatian publik.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, bahkan menyebut aksi para onthelis dan Ganjar Pranowo ini sebagai “kritik tajam” terhadap kondisi kebersihan Kota Gudeg.
“Ada pesan kuat dari Pak Ganjar agar kita itu bersih-bersih, karena bagi saya, Kota Jogja itu belum bersih. Maka ini sebuah kritik ketika banyak onthelis datang ke Kota Jogja sambil jalan-jalan sambil ngambil sampah,” ucap Hasto.
Kegiatan ini juga menjadi momentum penting karena dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Bulan Bung Karno.
Dari Malioboro Hingga Sungai: Komitmen Jogja untuk Kebersihan
Aksi onthelis ini diharapkan bisa menular ke seluruh lapisan masyarakat. Pemkot Yogyakarta sendiri akan terus mendorong semangat gotong royong ini, bahkan berencana mengerahkan anak muda dan komunitas untuk membersihkan sungai-sungai.
“Kami akan mengikuti apa yang sudah dicontohkan Pak Ganjar. Pak Ganjar mencontohkan bahwa dengan gotong royong bisa. Itu makna terbesar untuk mengamalkan Pancasila,” tegas Hasto Wardoyo.
Sebelumnya, Wali Kota Hasto juga pernah mengadakan aksi bersih sampah di Kali Code dengan menggandeng beberapa komunitas. Bahkan, ada komunitas ibu-ibu yang berinisiatif ingin membersihkan Jalan Ringroad, yang akan didukung penuh oleh Pemkot.
Tidak hanya komunitas, institusi pendidikan seperti SMPN 15 Yogyakarta juga gencar melakukan aksi peduli lingkungan. Mereka menerapkan langkah-langkah konkret seperti:
- Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
- Melakukan pemilahan sampah organik dan non-organik.
- Mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.
- Melanjutkan pembuatan biopori.
- Mengajak penjual makanan sekitar sekolah bertanggung jawab atas sampahnya.
- Memanfaatkan sampah non-organik untuk kegiatan kreatif.
- Membangun kebiasaan hidup bersih dan sehat dengan jadwal piket dan kerja bakti rutin.
Aksi Kecil Berdampak Besar: Contoh Lain Komunitas Peduli Sampah di Jogja
Semangat peduli lingkungan di Jogja tidak hanya datang dari para onthelis. Ada juga komunitas lain yang aktif beraksi, salah satunya adalah “Jogja Garuk Sampah”. Komunitas ini dipelopori oleh Willian Bike, seorang pemuda asal Blora yang jatuh cinta pada Jogja namun prihatin dengan kondisi kebersihannya. Bersama Bekti Maulana sebagai koordinator lapangan, mereka rutin membersihkan sampah di berbagai sudut kota, termasuk Malioboro.
Awalnya bernama “Resik-resik Kota”, komunitas ini terbentuk karena keluhan wisatawan yang melihat Jogja dipenuhi sampah. Mereka tak hanya berfokus pada sampah jalanan, tapi juga sampah rumah tangga hingga limbah.
Bekti Maulana punya harapan unik untuk komunitasnya:
“Harapannya Garuk Sampah segera bubar. Tergantikan oleh kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.”
Ini adalah harapan besar agar setiap individu sadar dan bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan. Bekti juga membagikan tips sederhana bagi anak muda yang ingin peduli lingkungan:
- Kurangi penggunaan plastik sekali pakai.
- Pilah sampah, terutama yang bisa didaur ulang.
- Hemat penggunaan air dan listrik.
- Bergabung dengan organisasi lingkungan atau ikut aksi sosial seperti bersih-bersih pantai atau menanam pohon.
Mari Wujudkan Jogja Bersih Berhati Nyaman Bersama
Aksi para onthelis Jogja dan berbagai komunitas peduli lingkungan lainnya adalah bukti nyata bahwa kepedulian bisa dimulai dari hal-hal kecil. Meski volume sampah di Jogja, terutama saat liburan, cukup mengkhawatirkan, semangat gotong royong dan kesadaran kolektif adalah kunci untuk mengatasinya.
Jadi, mari kita mulai dari diri sendiri. Kurangi sampah, pilah sampah, dan jangan ragu untuk ikut berpartisipasi dalam aksi bersih-bersih lingkungan di sekitar Anda. Dengan begitu, Jogja akan kembali menjadi kota yang benar-benar “Berhati Nyaman” bagi warganya maupun para wisatawan.
FAQ
Tanya: Mengapa volume sampah di Yogyakarta meningkat drastis saat musim liburan?
Jawab: Peningkatan volume sampah saat liburan disebabkan oleh lonjakan aktivitas masyarakat dan wisatawan, seperti peningkatan konsumsi di warung makan dan tempat wisata. Hal ini menyebabkan produksi sampah harian di kawasan seperti Malioboro bisa meningkat hingga dua kali lipat.
Tanya: Siapa yang melakukan aksi pungut sampah sambil bersepeda di Jogja?
Jawab: Aksi pungut sampah sambil bersepeda dilakukan oleh para pegiat komunitas sepeda tua atau onthelis di Jogja. Mereka tergerak oleh keprihatinan terhadap peningkatan volume sampah di kota mereka.
Tanya: Berapa perkiraan peningkatan volume sampah di Malioboro saat musim liburan?
Jawab: Volume sampah di Malioboro dapat meningkat dari sekitar 10 ton per hari menjadi 15–20 ton per hari saat musim liburan. Ini merupakan peningkatan signifikan yang menjadi perhatian komunitas onthelis.