Siapa sangka, di tengah gempuran yang terus berlangsung di Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tiba-tiba melontarkan pernyataan yang cukup mengejutkan. Ia mengisyaratkan kesediaannya untuk mencapai kesepakatan damai permanen dengan milisi penguasa Gaza, Hamas. Tentu saja, kabar ini langsung menjadi sorotan dan memicu pertanyaan besar: akankah perang Gaza yang telah berlarut-larut ini benar-benar akan berakhir?
Ilustrasi untuk artikel tentang Netanyahu Tiba-tiba Beri Sinyal Damai ke Hamas: Benarkah Perang Gaza Akan Berakhir?
Pernyataan ini muncul di saat intensitas konflik masih tinggi, dengan Tel Aviv terus berupaya mengalahkan kelompok tersebut. Bagi Anda yang mengikuti perkembangan konflik Israel-Palestina, sinyal dari Netanyahu ini tentu terasa seperti angin segar, membuka secercah harapan untuk perdamaian yang lebih stabil di kawasan.
Syarat “Damai” dari Netanyahu: Meletakkan Senjata atau Perang Berlanjut
Mengutip laporan berbagai media, Netanyahu menyatakan bahwa Israel siap merundingkan kesepakatan permanen untuk mengakhiri perang di Gaza begitu jeda sementara permusuhan dimulai. Namun, ada “tapinya” yang cukup besar. Ia menekankan bahwa Hamas harus terlebih dahulu menyerahkan senjata dan kendali mereka atas wilayah Palestina.
“Kegagalan mencapai kesepakatan berdasarkan persyaratan Israel akan mengarah pada konflik lebih lanjut,” tegas Netanyahu. Ini bukan sekadar gertakan, melainkan sebuah kondisi fundamental. Netanyahu, yang juga berada di bawah tekanan domestik akibat meningkatnya korban militer, mengatakan bahwa pelucutan senjata dan penetralan Hamas adalah syarat mutlak bagi Israel.
- Skenario Negosiasi: “Jika ini bisa dicapai melalui negosiasi, bagus,” katanya.
- Skenario Paksaan: “Jika tidak bisa dicapai melalui negosiasi dalam 60 hari, kita harus mencapainya melalui cara lain, dengan menggunakan… kekuatan tentara heroik kita.”
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Israel ingin memastikan bahwa setelah kesepakatan, Hamas tidak lagi memiliki kemampuan militer atau pemerintahan yang bisa mengancam keamanan mereka.
Tanggapan Hamas: Menolak Pendudukan dan Meminta Jaminan Abadi
Di sisi lain, Hamas tentu punya pandangan dan tuntutan mereka sendiri. Pejabat senior Hamas, Bassem Naim, mengatakan kepada AFP bahwa pihaknya tidak akan menerima pelanggengan pendudukan tanah mereka. Ia juga menolak jika warga Gaza dan Palestina lainnya terus digiring ke “daerah kantong terlindungi” di wilayah padat penduduk.
Selain itu, Hamas juga menginginkan:
- Kelancaran aliran bantuan ke Gaza tanpa hambatan.
- Penarikan militer Israel dari wilayah tersebut secara penuh.
- Jaminan nyata untuk perdamaian yang abadi, bukan hanya jeda sementara.
Hamas menuding Netanyahu sengaja menghalangi kesepakatan. Dalam pernyataan pada 10 Juli 2025, Hamas menggambarkan komentar Netanyahu kepada keluarga tawanan Israel – di mana ia mengatakan kesepakatan komprehensif tidak mungkin dicapai – sebagai bukti “niat jahat dan buruknya”.
Negosiasi yang Berliku: Perbedaan Besar Masih Menghadang
Saat ini, negosiasi tidak langsung telah berlangsung antara kedua belah pihak di Qatar. Ada sedikit kemajuan, di mana militan telah setuju untuk membebaskan 10 dari 20 sandera yang masih hidup dalam penawanan sejak serangan 7 Oktober 2023.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengakui bahwa kemajuan telah dicapai, namun “masih ada perbedaan besar, terutama mengenai pertanyaan bagaimana Hamas akan dicegah untuk mengendalikan Gaza setelah perang.” Ini adalah inti dari kerumitan negosiasi Israel-Hamas.
Sebelumnya, Netanyahu juga sempat menyebut tuntutan Hamas sebagai “tuntutan khayalan” dan menarik delegasi Israel dari perundingan di Kairo pada Februari 2024. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya mencapai titik temu di antara kedua belah pihak yang memiliki prioritas dan tujuan yang sangat berbeda.
Harapan di Tengah Ketegangan
Sinyal damai dari Netanyahu ini, meskipun disertai syarat-syarat ketat, tetap membuka pintu bagi harapan. Konflik yang telah memakan banyak korban jiwa dan menghancurkan infrastruktur di Gaza ini sangat membutuhkan solusi. Meskipun perdamaian Israel-Hamas masih jauh dari kata pasti, langkah ini setidaknya menunjukkan adanya kemungkinan untuk kembali ke meja perundingan dengan tujuan yang lebih konkret.
Mari kita nantikan bersama, apakah sinyal damai ini akan benar-benar membawa kita pada akhir perang Gaza yang telah lama dinanti, ataukah ini hanya manuver politik di tengah tekanan yang semakin memuncak.