Nestapa Misri: Pusaran Kasus Kematian Brigadir Nurhadi yang Penuh Misteri

Dipublikasikan 15 Juli 2025 oleh admin
Kriminal

Yogyakarta, zekriansyah.com – Kisah hidup Misri Puspita Sari (23) bak roda yang berputar kencang, dari puncak prestasi sebagai Duta Inklusi Keuangan OJK hingga terjerembab dalam jurang dugaan kasus pembunuhan. Namanya kini tak terpisahkan dari kasus kematian Brigadir Muhammad Nurhadi, seorang anggota polisi yang ditemukan tak bernyawa di Gili Trawangan. Artikel ini akan membawa Anda menyelami lebih dalam liku-liku perjalanan Misri, misteri di balik kematian Brigadir Nurhadi, dan dampak yang dirasakan oleh semua pihak yang terlibat. Mari kita telusuri bersama fakta-fakta yang terungkap di balik tragedi ini.

Nestapa Misri: Pusaran Kasus Kematian Brigadir Nurhadi yang Penuh Misteri

Misri Puspita Sari, sang duta inklusi keuangan, kini terjerat pusaran kasus kematian misterius Brigadir Nurhadi yang berawal dari tawaran liburan berbayar di Gili Trawangan.

Dari Duta Inklusi Keuangan Menuju Pusaran Nestapa

Siapa sangka, Misri Puspita Sari bukanlah sosok sembarangan. Sejak kecil, ia telah mengukir berbagai prestasi gemilang di bidang akademik maupun non-akademik. Misri dikenal sebagai pribadi yang tekun dan berprestasi, bahkan sempat meraih gelar bergengsi seperti “Duta Inklusi Keuangan” dari OJK dan “Gadis Photogenic”. Penghargaan “Bujang Gadis Kota Jambi” juga pernah disandangnya, menunjukkan betapa cemerlang kariernya di dunia modeling.

Namun, takdir berkata lain. Setelah sang ayah meninggal dunia pada tahun 2022, Misri memikul beban berat sebagai tulang punggung keluarga. Ia harus menghidupi ibu dan lima adiknya di Jambi. Uang hasil jerih payahnya selalu ia kirimkan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan pendidikan adik-adiknya. Kehidupan Misri yang tadinya penuh harapan, kini harus diuji dalam pusaran kasus kematian Brigadir Nurhadi yang pelik.

Liburan Maut di Gili Trawangan: Awal Petaka

Tragedi ini bermula dari sebuah ajakan “liburan” ke Gili Trawangan pada 16 April 2025. Misri mengaku dihubungi oleh Kompol I Made Yogi Purusa Utama, salah satu atasan Brigadir Nurhadi, untuk menemaninya berlibur. Ia menerima bayaran sebesar Rp 10 juta untuk menemani Kompol Yogi berpesta dan bermalam di vila.

Setibanya di Gili Trawangan, Misri mendapati Kompol Yogi sudah bersama Ipda Haris Chandra dan seorang wanita bernama Melanie Putri. Brigadir Nurhadi sendiri bertugas sebagai sopir. Malam itu, suasana berubah menjadi liar ketika mereka semua menggelar pesta narkoba, mengonsumsi obat penenang Riklona dan ekstasi (Inex).

Di tengah kondisi yang tidak sadar akibat pengaruh obat-obatan, petaka pun terjadi. Brigadir Nurhadi disebut sempat mendekati dan mencium Melanie Putri di kolam renang. Misri, yang menyaksikan kejadian itu, sempat menegur Nurhadi dengan berkata, “Jangan begitu, itu cewek abangmu.” Namun, teguran itu justru menjadi pemicu keributan yang berujung pada hilangnya nyawa.

Misteri Kematian Brigadir Nurhadi dan Tuduhan yang Menjerat

Keesokan harinya, Brigadir Nurhadi ditemukan meninggal dunia di dalam kolam vila. Hasil autopsi mengungkapkan adanya luka serius pada tubuh korban, termasuk patah pada tulang lidah yang diduga akibat cekikan. Pihak kepolisian menduga ada penganiayaan yang mengakibatkan kematian Nurhadi.

Namun, di sisi lain, keluarga Brigadir Nurhadi, terutama istrinya, Elma Agustina, menolak keras tudingan bahwa sang suami terlibat narkoba atau minuman keras. Elma yakin, jika itu terjadi, pasti ada unsur paksaan. Ia menuntut keadilan dan kebenaran atas kematian suaminya yang dinilai janggal.

Misri sendiri mengaku terkejut dan merasa dituduh dalam kasus ini. Ia sempat curhat kepada ibunya, “Mama kok Ayuk dituduh, Ayuk tidak tahu sama sekali padahal Ayuk bantu.” Kuasa hukum Misri, Yan Mangandar, juga menduga ada upaya “pembentukan opini” yang menyudutkan kliennya. Kontrasnya, Kompol Yogi dan Ipda Haris Chandra sempat tidak ditahan dengan alasan kooperatif, sementara Misri ditahan lebih dulu.

Misri: Antara Korban dan Justice Collaborator

Penetapan Misri sebagai tersangka dalam kasus kematian Brigadir Nurhadi telah membawa nestapa mendalam bagi keluarga. Sang ibu sangat ingin menjenguk Misri di Lombok, namun terkendala biaya akomodasi. Misri, yang selama ini menjadi penopang ekonomi keluarga, kini tidak bisa lagi mengirimkan uang untuk sekolah adik-adiknya. Salah satu adiknya bahkan terpaksa menunda kuliah, dan adiknya yang bungsu menunda masuk TK.

Dalam upaya mengungkap kebenaran dan mencari keadilan, Misri Puspita Sari secara resmi mengajukan permohonan sebagai justice collaborator kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Ini adalah langkah penting yang menunjukkan kesediaannya bekerja sama untuk mengungkap kejahatan yang lebih besar.

Meski demikian, kasus kematian Brigadir Nurhadi masih menyisakan banyak tanda tanya. Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Barat (Kejati NTB) bahkan telah mengembalikan berkas kasus ini ke penyidik Polda NTB karena dianggap belum lengkap, dengan alasan penyebab kematian korban yang belum jelas. Ini menandakan bahwa perjalanan kasus ini masih panjang dan penuh tantangan.

Mengurai Benang Kusut Keadilan

Nestapa Misri Puspita Sari dalam pusaran kasus kematian Brigadir Nurhadi adalah cerminan kompleksitas hukum dan perjuangan mencari keadilan. Dari seorang model berprestasi yang menjadi tulang punggung keluarga, kini Misri harus menghadapi ancaman hukuman berat. Sementara itu, keluarga Brigadir Nurhadi juga terus menuntut kejelasan dan kebenaran atas meninggalnya orang yang mereka cintai.

Semoga dengan pengajuan justice collaborator oleh Misri dan upaya penegak hukum, tabir misteri di balik kematian Brigadir Muhammad Nurhadi segera terungkap. Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua akan dampak besar dari sebuah keputusan dan pentingnya transparansi dalam proses hukum. Mari kita terus ikuti perkembangan kasus ini dengan harapan keadilan dapat ditegakkan seadil-adilnya.