Menguak Gurita Bisnis Muhammadiyah: Cerita Inspiratif dari Mantan Rektor UMY

Dipublikasikan 15 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda membayangkan seberapa besar dan luas jaringan usaha yang dimiliki oleh sebuah organisasi keagamaan di Indonesia? Jika bicara tentang Muhammadiyah, kita tidak hanya berbicara tentang dakwah dan pendidikan, tetapi juga tentang sebuah “gurita bisnis” yang mengagumkan. Kisah menarik ini salah satunya diungkapkan oleh Prof. Ir. Gunawan Budiyanto, MP, IPM, ASEAN.Eng, seorang tokoh yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Mari kita selami bagaimana jaringan bisnis ini tumbuh, dari kotak amal sederhana hingga visi besar mendirikan Bank Umum Syariah.

Menguak Gurita Bisnis Muhammadiyah: Cerita Inspiratif dari Mantan Rektor UMY

Ilustrasi ini menggambarkan luasan dan keberagaman bisnis Muhammadiyah, sebuah organisasi keagamaan yang tak hanya aktif dalam dakwah, tetapi juga membangun jaringan usaha yang inspiratif.

Dari Kotak Amal Menjelma Raksasa: Sejarah Awal Bisnis Muhammadiyah

Siapa sangka, cikal bakal “gurita bisnis” Muhammadiyah yang kini begitu besar berawal dari hal yang sangat sederhana: sumbangan umat. Menurut Prof. Gunawan Budiyanto, yang kisahnya menjadi bagian penting dari cerita mantan rektor UMY gurita bisnis Muhammadiyah ini, sumbangan tersebut dulunya dikumpulkan dalam bentuk kotak amal. Dana ini awalnya difokuskan untuk pengembangan Rumah Sakit Pembina Kesejahteraan Umat (RS PKU) Muhammadiyah Kota Yogyakarta.

Bahkan, Prof. Gunawan sendiri menyaksikan bagaimana pengumpulan dana melalui pengajian-pengajian kecil di dekat rumahnya, yang kemudian digunakan untuk mengembangkan bangsal RS PKU Muhammadiyah sejak tahun 1980-an, dipimpin oleh tokoh seperti Kiai Haji A.R. Fachruddin. Ia memperkirakan bahwa sekitar 90 persen dari sumbangan ini berasal dari umat Muhammadiyah sendiri, menunjukkan semangat kebersamaan yang kuat.

Aset Fantastis dan Diversifikasi Usaha Muhammadiyah

Kini, sumbangan dan pengembangan dana umat tersebut telah berkembang jauh lebih modern dan masif. Tak hanya berbentuk uang tunai, tetapi juga sertifikat tanah wakaf untuk sekolah, dan berbagai bentuk aset lainnya. Hasilnya pun luar biasa! Muhammadiyah kini mengelola aset yang diperkirakan mencapai Rp 450 triliun di seluruh Indonesia. Sebuah angka yang fantastis, bukan?

“Gurita bisnis” ini tidak hanya berpusat pada satu sektor, melainkan merambah berbagai bidang:

  • Pendidikan: Muhammadiyah memiliki 168 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk kampus-kampus besar seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas ‘Aisyiyah. Selain itu, ada juga 15 ribu sekolah dari jenjang dasar hingga menengah atas.
  • Kesehatan: Jaringan rumah sakit dan klinik juga sangat luas, dengan 197 Rumah Sakit Pembinaan Kesejahteraan Umat Muhammadiyah dan 350 klinik kesehatan.
  • Bisnis Lainnya: Tak berhenti di situ, organisasi ini juga mengelola sejumlah hotel, seperti SM Tower Malioboro Yogyakarta, dan rumah makan.

Menariknya, seluruh aset ini tercatat atas nama pimpinan Muhammadiyah, memastikan akuntabilitas dan tanggung jawab dalam pengelolaannya.

UMY: Simbol Pertumbuhan Bisnis dan Akademik Muhammadiyah

Sebagai salah satu amal usaha terbesar Muhammadiyah, UMY adalah contoh nyata bagaimana visi dan kerja keras dapat membuahkan hasil. Dengan nilai aset mencapai Rp 2 triliun, UMY bukan hanya pusat pendidikan, tetapi juga telah memperluas usahanya dengan membangun hotel, asrama mahasiswa, vila, usaha katering, hingga persewaan gedung.

Sejarah UMY sendiri penuh perjuangan. Didirikan pada tahun 1981 oleh alumni Madrasah Muallimin Muhammadiyah, UMY memulai perjalanannya dengan keterbatasan. Tidak punya gedung, tidak ada uang, bahkan perkuliahan pun nomaden. Namun, semangat pantang menyerah dan bantuan dari berbagai pihak, seperti “malaikat” Mulyoto Joyomartono yang membuka akses dana perbankan, membuat UMY tumbuh pesat hingga dijuluki “Universitas Menteri Yogyakarta” karena seringnya kunjungan pejabat negara.

Kini, UMY telah menjadi salah satu kampus unggulan dengan puluhan ribu mahasiswa dan ratusan dosen bergelar doktor, serta kiprah alumni yang mendunia. Ini membuktikan bahwa amal usaha di bawah naungan Muhammadiyah tidak hanya menghasilkan keuntungan finansial, tetapi juga kualitas sumber daya manusia yang luar biasa.

Strategi Pengembangan Dana: Dari Taawun hingga Visi Bank Syariah

Keberhasilan Muhammadiyah dalam mengelola asetnya tak lepas dari strategi pengembangan dana yang unik dan berlandaskan nilai Islam. Beberapa model yang diterapkan antara lain:

  • Model Taawun: Ini adalah prinsip saling tolong-menolong. Contohnya, kampus yang lebih maju seperti UMY membantu inisiasi pendirian Universitas Muhammadiyah Maluku di Ambon, atau RS PKU Muhammadiyah Gamping yang menginisiasi pendirian RS PKU Sleman dan Kulon Progo.
  • Pinjam Meminjam Antar Amal Usaha: Jika ada amal usaha yang membutuhkan dana untuk pengembangan, pihak lain yang lebih mapan akan membantu meminjami, dengan pengembalian sukarela.

Sejak munculnya aturan perbankan syariah pada 2008, Muhammadiyah juga semakin serius menggarap sektor keuangan. Mereka memiliki BPR Syariah Bangun Drajat yang telah melayani nasabah dari seluruh Indonesia. Visi yang lebih besar kini tengah dikejar: pendirian Bank Umum Syariah Muhammadiyah. Ide ini muncul dari Tanwir di Kupang pada Desember 2024, dan juga didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyarankan merger BPR Syariah di lingkungan Muhammadiyah sebagai cikal bakal bank besar dan kuat.

Menurut Gunawan Budiyanto, dengan adanya Bank Syariah Muhammadiyah, otoritas layanan akan lebih besar dan akan memudahkan amal usaha untuk berkembang lebih cepat. Ini adalah langkah strategis untuk menginstitusionalisasikan dan mengoptimalkan potensi keuangan yang ada.

Kesimpulan

Dari kisah yang diungkapkan oleh mantan rektor UMY, Prof. Gunawan Budiyanto, kita dapat melihat bagaimana gurita bisnis Muhammadiyah ini tumbuh dari akar yang kuat: semangat sumbangan umat dan prinsip tolong-menolong. Dengan aset yang fantastis dan diversifikasi usaha yang luas, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga perhotelan, Muhammadiyah menunjukkan bahwa organisasi keagamaan juga dapat menjadi kekuatan ekonomi yang signifikan.

Visi untuk mendirikan Bank Umum Syariah Muhammadiyah adalah bukti ambisi besar untuk terus mengembangkan amal usaha dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi umat dan bangsa. Ini adalah cerita inspiratif tentang bagaimana kebersamaan, visi, dan pengelolaan yang baik dapat melahirkan sebuah kekuatan ekonomi yang luar biasa. Sebuah model yang patut dicontoh.