Ahli Ungkap: Makanan Ini Rentan Tingkatkan Risiko ADHD, Perlu Diwaspadai Orang Tua!

Dipublikasikan 22 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Sebagai orang tua, kita tentu ingin yang terbaik untuk buah hati, termasuk dalam hal kesehatan dan tumbuh kembangnya. Belakangan ini, perhatian terhadap gangguan perkembangan seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) semakin meningkat. Kondisi ini sering kali ditandai dengan anak yang sulit fokus, terlalu aktif, atau bahkan impulsif. Nah, tahukah Anda bahwa pola makan punya peran penting dalam hal ini?

Para ahli mulai menyoroti hubungan antara asupan makanan tertentu dengan risiko ADHD. Artikel ini akan membahas temuan terbaru dari para pakar mengenai jenis makanan yang perlu kita waspadai, serta bagaimana pola makan sehat dapat membantu menjaga kesehatan otak anak. Yuk, simak informasinya agar Anda bisa mengambil langkah pencegahan yang tepat!

Mengenal Lebih Dekat ADHD: Bukan Sekadar Aktif Biasa

Sebelum membahas lebih jauh tentang makanan, ada baiknya kita pahami dulu apa itu ADHD. ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, fokus, dan berperilaku. Gejala umumnya meliputi:

  • Sulit fokus atau memperhatikan detail.
  • Hiperaktif, yaitu tidak bisa diam, gelisah, atau banyak bicara.
  • Impulsif, sering bertindak tanpa berpikir atau sulit mengantre.

Gejala ini biasanya muncul sebelum usia 7 atau 12 tahun dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari anak. Penyebab pasti ADHD memang belum diketahui secara pasti, namun faktor genetik berperan besar. Menariknya, beberapa ahli juga mulai menghubungkan perilaku hiperaktif dengan pola makan yang kurang tepat.

Makanan Ultra Proses: Ancaman Tersembunyi di Balik Kemasan Menarik

Salah satu jenis makanan yang paling disoroti oleh para ahli adalah makanan ultra proses (UPF). Profesor Emeritus David Benton dari Swansea University, Inggris, mengingatkan orang tua untuk menghindari jenis makanan ini. Kenapa?

Makanan ultra proses dibuat dengan tambahan pewarna, pemanis, hingga pengawet untuk memperpanjang masa simpan dan meningkatkan cita rasa. Sayangnya, makanan ini cenderung tinggi gula dan lemak, namun sangat rendah serat, protein, vitamin, dan mineral esensial.

Contoh makanan ultra proses yang sering kita jumpai antara lain:

  • Makanan siap saji (fast food)
  • Es krim
  • Saus-sausan
  • Daging olahan
  • Biskuit
  • Minuman bersoda

Profesor Benton juga menyoroti bahwa kecenderungan konsumsi makanan ultra proses ini lebih banyak ditemukan pada keluarga berpenghasilan rendah, yang mungkin disebabkan oleh keterbatasan biaya. Ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa kasus ADHD sering didiagnosis pada anak-anak dari kondisi keluarga tersebut, karena pola makan yang buruk mencerminkan kebutuhan finansial untuk mengonsumsi makanan yang lebih murah.

Gula dan Pemanis Buatan: Lebih dari Sekadar Rasa Manis

Anda mungkin sering mendengar bahwa gula bisa membuat anak hiperaktif. Meskipun penelitian modern sejak tahun 1990-an menunjukkan bahwa gula atau pemanis buatan tidak menjadi penyebab langsung ADHD, konsumsi berlebihan tetap perlu diwaspadai.

Penelitian lain mengungkapkan bahwa fruktosa, komponen gula dan sirup jagung fruktosa tinggi, dapat memicu respons “mencari makan” yang mirip dengan saat kelaparan. Aktivasi berlebihan akibat asupan gula berlebih ini bisa menyebabkan perilaku impulsif yang dapat mengarah pada ADHD, bahkan agresi.

Jadi, meskipun gula tidak secara langsung menyebabkan ADHD, asupan berlebihan dapat memperburuk gejala atau memicu perilaku yang mirip dengan gangguan perilaku tersebut. Batasi konsumsi:

  • Permen
  • Minuman kemasan dengan pemanis buatan
  • Sereal manis

Waspada Bahan Lainnya: Dari Kafein hingga Merkuri

Selain makanan ultra proses dan gula, ada beberapa bahan makanan lain yang juga perlu dibatasi atau dihindari untuk anak, terutama yang memiliki risiko ADHD atau sudah didiagnosis dengan kondisi tersebut.

Kafein: Pemicu Hiperaktif yang Tak Terduga

Kafein tidak hanya ditemukan di kopi, lho! Cokelat, teh, dan minuman bersoda juga mengandung kafein. Konsumsi kafein pada anak perlu dibatasi karena dapat meningkatkan hiperaktivitas, menyebabkan kesulitan tidur, dan memicu detak jantung berdebar.

Makanan Cepat Saji: Praktis tapi Berisiko

Siapa yang tidak suka makanan cepat saji? Praktis dan rasanya lezat. Namun, makanan ini cenderung tinggi garam, gula, dan lemak. Asupan berlebihan dipercaya dapat meningkatkan risiko gangguan perilaku dan keagresifan pada anak.

Ikan Bermerkuri Tinggi: Pilih yang Aman untuk Si Kecil

Ikan dikenal kaya akan Omega-3 yang baik untuk kesehatan otak. Namun, tidak semua ikan aman dikonsumsi dalam jumlah banyak. Beberapa jenis ikan seperti ikan makarel raja dan ikan todak berisiko tinggi mengandung merkuri. Mengonsumsi ikan tinggi merkuri diyakini dapat membuat anak menjadi lebih hiperaktif. Pilihlah ikan rendah merkuri seperti salmon, sarden, atau kembung.

Pola Makan Sehat: Kunci Mengelola Risiko ADHD

Meskipun zat aditif makanan tidak mungkin menjadi penyebab satu-satunya ADHD, pola makan secara keseluruhan sangat penting. Profesor Benton menyimpulkan bahwa orang tua perlu memperhatikan pola makan anak-anaknya secara menyeluruh.

Alih-alih hanya fokus pada larangan, perbanyaklah asupan makanan yang kaya nutrisi untuk mendukung kesehatan otak dan fungsi saraf anak:

  • Telur: Dapat meningkatkan konsentrasi.
  • Buah dan Sayuran: Kaya karbohidrat kompleks, membantu tidur lebih teratur.
  • Susu dan Produk Olahannya: Sumber kalsium penting untuk sistem saraf.
  • Ikan (rendah merkuri): Sumber asam lemak Omega-3 yang vital untuk perkembangan otak dan mengurangi perilaku hiperaktif.

Penting untuk diingat bahwa setiap anak berbeda, dan apa yang berhasil untuk satu anak mungkin tidak berlaku untuk yang lain. Jika perilaku anak tampak terkait dengan pola makan, buatlah menu harian makanan sehat untuk membantu mengidentifikasi pola makannya. Namun, diet eliminasi makanan apa pun harus dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan saran ahli, agar tidak menimbulkan kerugian lebih banyak daripada manfaatnya.

Kesimpulan

Temuan para ahli ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih cermat dalam memilih asupan makanan bagi anak-anak. Makanan ultra proses, gula berlebihan, pemanis buatan, kafein, makanan cepat saji, dan ikan tinggi merkuri adalah beberapa jenis yang rentan meningkatkan risiko ADHD atau memperburuk gejalanya.

Fokuslah pada pola makan seimbang yang kaya akan nutrisi dari sumber alami. Libatkan seluruh anggota keluarga dalam kebiasaan makan sehat, karena perubahan pola makan akan lebih efektif jika dimulai dari lingkungan terdekat. Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai risiko ADHD pada anak atau gejala yang muncul, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi. Mereka dapat memberikan panduan yang tepat sesuai dengan kondisi unik anak Anda. Mari jaga kesehatan anak kita dengan pilihan makanan yang bijak!

FAQ

Tanya: Makanan apa saja yang perlu diwaspadai karena berpotensi meningkatkan risiko ADHD pada anak?
Jawab: Artikel ini akan membahas temuan ahli mengenai jenis makanan yang perlu diwaspadai, namun detailnya akan dibahas lebih lanjut dalam artikel.

Tanya: Apakah pola makan sehat dapat membantu mencegah atau mengelola gejala ADHD?
Jawab: Ya, pola makan sehat dapat membantu menjaga kesehatan otak anak dan berpotensi memengaruhi risiko ADHD.

Tanya: Apa saja gejala umum ADHD yang perlu diketahui orang tua?
Jawab: Gejala umum ADHD meliputi sulit fokus, hiperaktif (tidak bisa diam, gelisah), dan impulsif (bertindak tanpa berpikir).