Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda mendengar tentang penyakit kusta? Mungkin sebagian dari kita masih menganggapnya sebagai penyakit kuno atau bahkan aib. Padahal, kusta adalah penyakit menular yang bisa disembuhkan, terutama jika terdeteksi dan diobati sejak dini. Menyadari pentingnya hal ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan bersama 14 Puskesmas setempat baru saja menggelar skrining kusta secara serentak. Kegiatan ini berfokus pada deteksi dan pengobatan sejak awal untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Dinkes dan Puskesmas Pekalongan gencar melakukan skrining kusta sebagai langkah deteksi dini demi pengobatan yang tuntas.
Dari tanggal 1 hingga 21 Agustus 2025, tim gabungan yang terdiri dari petugas Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas, tim Dinkes, hingga kader kesehatan masyarakat, bahu-membahu menjangkau 27 kelurahan di Kota Pekalongan. Tujuannya jelas: menemukan kasus kusta secepat mungkin agar bisa segera ditangani. Mengapa upaya ini begitu gencar dan penting bagi kita semua? Mari kita telusuri lebih lanjut.
Membongkar Mitos: Mengapa Skrining Kusta Sangat Penting?
Banyak di antara kita yang mungkin belum sepenuhnya memahami penyakit kusta. Kepala Bidang P2P Dinkes Kota Pekalongan, Dita Rasnasuri, mengungkapkan bahwa seringkali warga mengira kusta hanya penyakit kulit biasa, seperti eksim. Padahal, kusta adalah infeksi bakteri kronis yang menyerang kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Jika dibiarkan tanpa penanganan, dampaknya bisa sangat serius.
“Bahkan saat kita skrining kemarin ada yang sudah sampai tahap kecacatan pada usia lanjut karena tidak pernah memeriksakan diri,” jelas Dita. Ini menunjukkan betapa krusialnya deteksi dini kusta. Gejala utamanya adalah munculnya bercak pada kulit yang mati rasa, tidak gatal, tidak sakit, dan tidak kunjung sembuh dengan obat kulit biasa. Jika Anda menemukan bercak seperti ini, jangan tunda untuk segera memeriksakan diri ke Puskesmas.
Jejak Deteksi Dini: Angka Penemuan dan Langkah Selanjutnya
Upaya skrining kusta yang dilakukan Dinkes dan Puskesmas di Pekalongan menunjukkan hasil yang signifikan. Setiap Puskesmas menargetkan pemeriksaan pada 350 hingga 700 orang. Hingga 21 Agustus 2025, tercatat sebanyak 35 orang teridentifikasi kusta dari berbagai kalangan usia.
Apa yang terjadi setelah teridentifikasi? Semua pasien yang ditemukan langsung diarahkan ke Puskesmas terdekat. Di sana, mereka akan menjalani pemeriksaan lanjutan dan segera mendapatkan penanganan medis yang diperlukan. Dinkes Kota Pekalongan sendiri memiliki rekam jejak yang baik dalam penanganan kusta; pada tahun 2024 lalu, mereka berhasil menangani 41 kasus kusta hingga sembuh total. Dengan adanya skrining massal tahun ini, diharapkan angka deteksi semakin meningkat, sehingga semakin banyak penderita yang bisa disembuhkan.
Memahami Penularan dan Pentingnya Gaya Hidup Bersih Sehat
Kusta bisa menular, namun tidak semudah yang dibayangkan dan hanya sebagian kecil orang (sekitar 5%) yang rentan tertular. Penularan umumnya terjadi melalui kontak fisik atau droplet (percikan ludah/dahak) dari penderita yang tidak diobati dan kontak terjadi dalam waktu yang lama. Dari temuan di lapangan, Dita Rasnasuri menyebutkan bahwa rata-rata penderita kusta berasal dari lingkungan dengan kondisi sanitasi yang tidak memadai serta rendahnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Selain itu, kasus penularan juga sering terjadi dalam satu rumah, terutama jika ada anggota keluarga yang menderita kusta tanpa pengobatan. Oleh karena itu, jika ada anggota keluarga yang didiagnosis kusta, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh pada seluruh penghuni rumah. Pemberian obat kepada kontak erat penderita juga menjadi tindakan pencegahan yang vital.
Kusta Bukan Aib: Pengobatan Gratis dan Harapan Kesembuhan
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, pernah menegaskan bahwa penyakit kusta bukanlah kutukan ataupun aib. Ini adalah penyakit menular yang dapat disembuhkan jika ditangani sejak dini. Stigma terhadap penderita kusta harus dihentikan. Berita baiknya, pengobatan kusta tersedia gratis di Puskesmas!
Durasi pengobatan memang memerlukan komitmen, umumnya lebih dari satu tahun. Namun, sangat penting untuk menjalani pengobatan hingga tuntas agar benar-benar sembuh dan mencegah penularan ke orang lain. “Efek samping obat biasanya kulit menjadi agak menghitam, tapi itu wajar. Yang terpenting adalah pasien mau rutin minum obat sampai selesai,” ungkap Dita. Kasus kusta yang ditemukan tidak hanya pada lansia, tetapi juga pada masyarakat usia produktif, sehingga penanganan cepat sangat dibutuhkan agar tidak mengganggu aktivitas sosial dan ekonomi.
Peran Serta Masyarakat Wujudkan Pekalongan Bebas Kusta
Program skrining kusta ini adalah jembatan bagi masyarakat untuk mendapatkan akses kesehatan dan penanganan yang cepat. Tanpa kegiatan seperti ini, petugas Puskesmas akan kewalahan menjangkau masyarakat satu per satu. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan penuh dari kita semua.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala mencurigakan seperti bercak mati rasa pada kulit, jangan ragu untuk segera datang ke Puskesmas. Semakin cepat ditemukan, semakin cepat bisa ditangani, dan semakin besar peluang untuk sembuh total tanpa kecacatan. Mari bersama-sama kita wujudkan Kota Pekalongan yang sehat dan bebas dari kusta!
FAQ
Tanya: Apa itu penyakit kusta dan mengapa perlu dideteksi sejak dini?
Jawab: Kusta adalah infeksi bakteri kronis yang menyerang kulit dan saraf tepi, dan deteksi dini sangat penting untuk mencegah dampaknya yang serius seperti kecacatan.
Tanya: Siapa saja yang menjadi sasaran skrining kusta di Pekalongan?
Jawab: Skrining kusta di Pekalongan menjangkau seluruh 27 kelurahan di Kota Pekalongan, melibatkan petugas kesehatan dan kader masyarakat.
Tanya: Apakah kusta bisa disembuhkan?
Jawab: Ya, kusta adalah penyakit menular yang bisa disembuhkan, terutama jika terdeteksi dan diobati sejak dini.