Yogyakarta, zekriansyah.com – Kisah pilu menimpa Letda Laut (PM) Abu Yamin (53), seorang perwira aktif Polisi Militer TNI Angkatan Laut (Pomal) Lantamal V Surabaya. Ia menjadi korban pengeroyokan brutal di Terminal Arjosari, Kota Malang, Jawa Timur, pada Kamis (26/6/2025) malam. Yang membuat hati terenyuh, insiden ini terjadi saat Letda Abu Yamin sedang dalam perjalanan pulang dan berniat membelikan es krim untuk cucu kesayangannya.
Ilustrasi: Niat mulia seorang kakek berpakaian dinas TNI AL, Letda Abu Yamin, terhenti di tangan para preman saat hendak membelikan es krim untuk cucunya di Malang.
Artikel ini akan mengupas tuntas kronologi kejadian, kondisi Letda Abu Yamin, dugaan motif pengeroyokan, hingga respons aparat dan harapan masyarakat. Dengan membaca artikel ini, Anda akan mendapatkan gambaran lengkap mengenai peristiwa tragis yang menimpa seorang abdi negara ini, serta memahami isu keamanan di fasilitas publik seperti terminal.
Janji Manis untuk Cucu: Awal Mula Insiden
Sebelum kejadian nahas itu, Letda Abu Yamin, yang biasanya pulang ke Malang setiap akhir pekan dari dinasnya di Surabaya, masih sempat berkomunikasi hangat dengan keluarganya. Sekitar pukul 16.00 WIB, ia melakukan panggilan video dengan cucunya.
“Jam 4 sore itu masih sempat video call sama cucunya, ditanyai, ‘makan apa? Nanti beli es krim ya, makan es krim ya?’ Jam 5 masih WA-an sama saya,” ungkap Alfia Nurmaharani (26), anak pertama Letda Abu Yamin, pada Minggu (29/6/2025).
Janji sederhana untuk membelikan es krim itulah yang membuat kejadian ini terasa lebih memilukan bagi keluarga dan banyak pihak.
Detik-detik Pengeroyokan di Terminal Arjosari
Peristiwa pengeroyokan Letda Abu Yamin terjadi di jalur keberangkatan bus jurusan Surabaya, area yang ramai di Terminal Arjosari. Menurut keterangan Kepala Terminal Arjosari, Mega Perwira Donowati, insiden ini diawali dengan cekcok sekitar pukul 19.30 WIB.
“Kronologi awal secara garis besar diawali dengan cekcok. Namun, pemicu cekcok itu masih belum kami ketahui secara pasti,” ujar Mega saat diwawancarai, Jumat (27/6/2025).
Seorang saksi mata berinisial LE menceritakan bahwa keributan terjadi sekitar pukul 18.37 WIB. Ia mendapati Letda Abu Yamin dalam kondisi berlumuran darah.
“Ternyata, ada seorang pria berpakaian jaket warna biru dengan kondisi luka parah di kepala dan berlumuran darah. Saat itu, korban masih sadar lalu saya bawa masuk ke ruang tunggu terminal. Ketika saya masih telepon ambulans, korban tidak sadarkan diri,” beber LE, Jumat (27/6/2025).
Letda Abu Yamin dikeroyok oleh sekitar 5 hingga 6 orang yang diduga juru panggil penumpang (jupang), baik yang resmi maupun liar. Beberapa kru bus sempat berusaha melerai, namun para pelaku bertindak agresif dan tak terkendali. Video amatir yang memperlihatkan Letda Abu Yamin bersimbah darah pun sempat viral di media sosial, memicu kemarahan publik.
Kondisi Letda Abu Yamin dan Proses Pemulihan
Akibat pengeroyokan brutal ini, Letda Abu Yamin mengalami luka parah di bagian wajah dan kepala. Ia dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar, Kota Malang, dalam kondisi tak sadarkan diri.
Keluarga mengetahui musibah ini setelah tiga anggota polisi mendatangi kediaman mereka pada Kamis malam sekitar pukul 20.00 WIB.
“Polisi datang dan meminta kami jangan kaget, lalu memberi tahu kalau bapak dikeroyok. Saat saya tanya, ‘dikeroyok sama siapa?’, polisi belum bisa menjelaskan detail dan menyarankan kami untuk langsung melihat kondisi bapak di rumah sakit,” kata Alfia.
Letda Abu Yamin telah menjalani operasi selama lima jam oleh tim dokter spesialis bedah tulang, saraf, dan plastik. Luka-luka yang dialaminya meliputi:
- Luka serius di kepala
- Wajah lebam dan mata bengkak
- Cedera pada tangan kiri yang memerlukan pemasangan pen di jari ketiga dan keempat
- Bedah plastik di pipi kanan
- Pemasangan pelat pada hidung
Saat ini, kondisi Letda Abu Yamin berangsur membaik. Ia sudah keluar dari fase kritis, pembengkakan mata mulai kempis, dan sudah bisa makan melalui mulut, meskipun masih dalam masa pemulihan intensif di RSUD Saiful Anwar.
Siapa Pelaku dan Apa Motifnya?
Dari lima hingga enam pelaku yang terlibat, tiga orang berhasil diamankan oleh tim gabungan kepolisian dan Polisi Militer TNI AL (POMAL). Mereka berinisial MA, DS, dan MNH. Pelaku lainnya, termasuk seorang mandor bernama Takim, masih dalam pengejaran.
Meski motif pasti pengeroyokan masih diselidiki, narasi yang berkembang di media sosial menduga Letda Abu Yamin menjadi sasaran setelah menegur seorang jupang yang diduga melakukan pungutan liar (pungli) terhadap kru bus. Merasa tidak terima, jupang tersebut kemudian memanggil rekan-rekannya untuk mengeroyok perwira TNI tersebut.
Juari, seorang pedagang asongan yang sudah 31 tahun berdagang di Terminal Arjosari dan mengenal korban, mengaku juga kenal dengan para pelaku.
“Satu pelaku yang ditangkap dulunya pedagang asongan, lalu berpindah jadi juru panggil penumpang. Saya kenal mereka, mereka masih bersaudara,” ujar Juari pada Sabtu (28/6/2025).
Juari juga meyakini bahwa para pelaku mengetahui status Letda Abu Yamin sebagai anggota aktif TNI AL, mengingat korban sering berkumpul dengan para pedagang dan jupang di terminal.
Respons Aparat dan Harapan Masyarakat
Kasus pengeroyokan Letda Abu Yamin mendapat perhatian serius dari TNI, Polri, dan otoritas Terminal Arjosari. Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi menegaskan komitmen TNI untuk bekerja sama penuh dengan Polri dalam memburu seluruh pelaku.
“Negara tidak boleh kalah oleh preman,” tegas Kapuspen TNI, menunjukkan keseriusan dalam memberantas premanisme.
POMAL Lantamal V juga terlibat langsung dalam penyelidikan dan penangkapan. Sebagai langkah pencegahan, personel TNI (termasuk Marinir dan Babinsa) dan Polri kini terlihat berjaga di sekitar Terminal Arjosari, memastikan keamanan dan mencegah intimidasi terhadap penumpang.
Kasus ini memicu reaksi luas di masyarakat, dengan tagar #LawanPremanArjosari yang ramai di media sosial. Masyarakat menuntut penertiban jupang liar, peningkatan pengawasan dengan pemasangan CCTV real-time, pendirian pos polisi di terminal, serta proses hukum yang tegas terhadap para pelaku. Para pelaku yang sudah ditangkap akan dijerat dengan Pasal 170 KUHP tentang penganiayaan secara bersama-sama, dengan ancaman hukuman hingga tujuh tahun penjara.
Sosok Letda Abu Yamin di Mata Warga Terminal
Di mata para pedagang dan warga sekitar Terminal Arjosari, Letda Abu Yamin dikenal sebagai sosok yang sangat baik dan royal. Juari, pedagang asongan, menyebut Letda Abu Yamin sering datang ke terminal bahkan saat libur dinas, mengenakan pakaian santai.
“Sering sekali beliaunya ke sini. Mengajak minum kopi, orangnya baik. Bahkan saya sering diingatkan untuk salat berjamaah,” kenang Juari.
Kedekatan Letda Abu Yamin dengan Juari bahkan terbukti dengan Juari yang menyimpan nomor ponsel korban. Saat kejadian, Juari sedang libur, namun ia segera datang ke lokasi setelah mendapat kabar dari rekan-rekannya.
Kasus pengeroyokan Letda Abu Yamin ini menjadi pengingat penting bagi kita semua tentang perlunya menjaga keamanan dan ketertiban di ruang publik. Janji sederhana seorang kakek untuk membelikan es krim cucunya harus berakhir tragis akibat tindakan premanisme. Mari kita berharap agar proses hukum berjalan adil dan tuntas, seluruh pelaku segera tertangkap, dan kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan. Semoga Letda Abu Yamin segera pulih total dan dapat berkumpul kembali dengan keluarga, terutama cucu kesayangannya.
FAQ
Tanya: Siapa Letda Abu Yamin dan apa pekerjaannya?
Jawab: Letda Abu Yamin adalah seorang perwira aktif Polisi Militer TNI Angkatan Laut (Pomal) Lantamal V Surabaya. Beliau berusia 53 tahun.
Tanya: Kapan dan di mana insiden pengeroyokan terjadi?
Jawab: Insiden pengeroyokan terjadi pada Kamis (26/6/2025) malam di Terminal Arjosari, Kota Malang, Jawa Timur.
Tanya: Apa yang sedang dilakukan Letda Abu Yamin sebelum kejadian tersebut?
Jawab: Beliau sedang dalam perjalanan pulang dari dinas di Surabaya dan berniat membelikan es krim untuk cucunya. Beliau sempat berkomunikasi dengan keluarganya sebelum insiden terjadi.