Situasi di Laut Merah kembali memanas, bahkan bisa dibilang mencekam. Jika Anda mengikuti berita, mungkin sudah tidak asing lagi dengan sepak terjang kelompok Houthi dari Yaman. Setelah sempat mereda, kini mereka kembali melancarkan serangan kapal Laut Merah hingga tenggelam, menimbulkan kekhawatiran serius bagi keamanan maritim dan perdagangan global.
Ilustrasi untuk artikel tentang Laut Merah Mencekam: Houthi Serang Kapal Dagang Internasional Hingga Tenggelam, Ini Dampaknya!
Artikel ini akan membawa Anda menyelami lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi di jalur pelayaran vital ini, mengapa Houthi kembali “menggila”, serta dampak luas yang ditimbulkan dari aksi-aksi brutal ini. Mari kita pahami bersama dinamika konflik yang bisa memengaruhi banyak sektor di seluruh dunia.
Dua Serangan Fatal: MV Magic Seas dan Eternity C
Dalam beberapa hari terakhir di bulan Juli 2025, dua insiden penyerangan kapal dagang oleh Houthi telah mengguncang Laut Merah. Keduanya memiliki konsekuensi yang berbeda, namun sama-sama menunjukkan betapa berbahayanya jalur ini saat ini.
Insiden MV Magic Seas: Awal Mula Ketegangan
Pada Minggu, 6 Juli 2025, dunia dikejutkan dengan berita serangan Houthi terhadap kapal kargo MV Magic Seas. Kapal berbendera Liberia yang dioperasikan oleh perusahaan Yunani ini menjadi sasaran tembakan rudal, drone, dan perahu tak berawak yang membawa peledak. Serangan ini begitu dahsyat hingga menyebabkan kapal karam dan akhirnya tenggelam di perairan strategis tersebut.
Untungnya, kabar baik datang dari insiden ini: seluruh 22 awak kapal MV Magic Seas berhasil diselamatkan oleh kapal dagang lain yang melintas, serta tim penyelamat dari Uni Emirat Arab. Meskipun demikian, video propaganda yang dirilis Houthi menunjukkan aksi mereka menaiki kapal, meneriakkan slogan-slogan, dan kemudian meledakkannya hingga kapal tak berdaya.
Eternity C: Korban Jiwa dan Penculikan Awak
Hanya berselang sehari, pada Senin, 7 Juli 2025, Houthi kembali serang kapal Laut Merah. Kali ini, sasarannya adalah kapal kargo Eternity C, juga berbendera Liberia dan dioperasikan oleh perusahaan Yunani. Serangan ini jauh lebih brutal. Kapal diserang menggunakan drone pembawa bom dan granat berpeluncur roket yang ditembakkan dari perahu-perahu kecil bersenjata.
Dampaknya sangat mengerikan:
- Kapal mengalami kerusakan parah dan kehilangan daya penggerak, hingga akhirnya tenggelam pada Rabu, 9 Juli 2025.
- Tragisnya, serangan ini menewaskan sedikitnya tiga awak kapal dan melukai dua lainnya, salah satunya bahkan harus diamputasi kakinya. Ini menjadi korban jiwa pertama dalam pelayaran di Laut Merah sejak Juni 2024.
- Dari total 25 awak kapal (21 WN Filipina, 1 WN Rusia, dan 3 penjaga keamanan), hanya enam orang yang berhasil diselamatkan dari laut setelah terombang-ambing selama lebih dari 24 jam. Sisanya masih hilang.
- Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yaman bahkan menuduh Houthi telah menculik banyak awak kapal yang selamat, sebuah klaim yang dibantah Houthi dengan menyatakan mereka menyelamatkan dan merawat awak kapal tersebut.
Mengapa Houthi Kembali Menggila? Motif dan Latar Belakang
Aksi penyerangan ini bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh Houthi. Sejak November 2023, kelompok yang didukung Iran ini telah melancarkan lebih dari 100 serangan terhadap kapal niaga di Laut Merah dan Teluk Aden. Mereka menggunakan rudal, drone, dan kapal kecil untuk menargetkan kapal-kapal yang diduga berafiliasi dengan Israel atau negara-negara yang mendukung Israel.
Motif utama di balik serangan-serangan ini adalah bentuk solidaritas Houthi terhadap Hamas dan warga Palestina di Jalur Gaza, serta tekanan agar agresi terhadap Gaza berhenti dan blokade dicabut. Mereka secara terang-terangan menyatakan kapal-kapal yang menuju pelabuhan Israel adalah “target yang sah”.
Serangan pada awal Juli 2025 ini menandai dimulainya kembali kampanye militer Houthi di Laut Merah, setelah sempat “tenang” usai operasi udara besar-besaran oleh Amerika Serikat pada Desember 2024. Ini mengaburkan klaim AS bahwa intervensi mereka telah membawa ketenangan. Analis geopolitik juga menduga bahwa aksi ini berkaitan dengan ketegangan yang lebih luas di kawasan, termasuk kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Washington dan tekanan yang terus dialami Iran serta sekutunya.
Dampak Luas Serangan di Laut Merah
Laut Merah adalah salah satu arteri kehidupan ekonomi global. Jalur pelayaran ini menghubungkan Eropa, Asia, dan Afrika melalui Terusan Suez, dengan sekitar US$1 triliun barang bergerak melaluinya setiap tahun, mencakup sekitar 12% dari total perdagangan maritim dunia. Ketika Houthi melancarkan serangan kapal Laut Merah hingga tenggelam, dampaknya pun sangat terasa di berbagai lini:
- Ancaman Keamanan Maritim: Serangan-serangan ini secara langsung mengancam kebebasan navigasi dan keselamatan pelaut. Kapal-kapal komersial menjadi sasaran empuk, membuat jalur ini sangat berbahaya.
- Gangguan Perdagangan Global: Banyak perusahaan pelayaran kini memilih untuk menghindari Laut Merah dan memutar rute melalui selatan Afrika. Meskipun lebih aman, rute ini jauh lebih panjang dan menambah biaya serta waktu pengiriman, yang pada akhirnya bisa memengaruhi harga barang di seluruh dunia.
- Korban Jiwa dan Kerugian Manusia: Selain kapal yang tenggelam, yang paling memprihatinkan adalah jatuhnya korban jiwa dan luka parah di kalangan awak kapal yang tidak bersalah. Mereka adalah orang-orang yang hanya menjalankan tugasnya, namun harus terjebak dalam konflik geopolitik yang tidak mereka sebabkan.
- Pencemaran Lingkungan: Kapal yang rusak atau tenggelam berpotensi menyebabkan tumpahan bahan bakar atau kargo berbahaya ke laut, menimbulkan pencemaran lingkungan yang serius di ekosistem Laut Merah yang sensitif.
- Reaksi dan Kecaman Internasional: Komunitas internasional, termasuk PBB, Uni Eropa (melalui Operation Aspides), Amerika Serikat, dan Inggris, telah mengecam keras serangan ini. Mereka menyerukan Houthi untuk mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB dan menghentikan semua serangan yang mengancam perdamaian dan stabilitas regional.
Kesimpulan
Situasi di Laut Merah saat ini memang sangat mengkhawatirkan. Serangan berulang kali oleh Houthi, yang kini telah menyebabkan kapal tenggelam dan jatuhnya korban jiwa, menunjukkan betapa kompleks dan berbahayanya konflik ini. Keamanan jalur perdagangan vital ini menjadi taruhan, dan dampaknya bisa dirasakan jauh melampaui perairan Laut Merah itu sendiri.
Semoga upaya diplomatik dan langkah-langkah pengamanan maritim dapat segera mengembalikan stabilitas di kawasan ini, sehingga pelayaran komersial dapat kembali berjalan dengan aman dan lancar. Kehidupan para pelaut dan kelancaran roda ekonomi global adalah prioritas yang harus dijaga bersama.