Yogyakarta, zekriansyah.com – Anda mungkin mengira musim panas adalah waktu yang menyenangkan bagi semua makhluk hidup. Tapi, bagi ribuan hewan di berbagai belahan dunia, musim ini justru menjadi “musim penderitaan.” Laporan terbaru dari organisasi perlindungan hewan menunjukkan peningkatan drastis dalam kasus kekerasan terhadap hewan, bahkan mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi: Kesedihan terpancar dari mata Bernie dan Otis, saksi bisu lonjakan kekejaman hewan yang memilukan.
Artikel ini akan membuka mata Anda tentang fakta miris di balik angka-angka tersebut, mengapa tren ini terus meningkat, serta bagaimana kisah-kisah pilu hewan seperti Bernie dan Otis bisa menyentuh hati kita. Dengan membaca ini, Anda akan lebih memahami betapa mendesaknya isu ini dan apa yang bisa kita lakukan bersama untuk kesejahteraan hewan.
Angka Kekerasan Hewan Capai Titik Mengkhawatirkan
Organisasi kesejahteraan hewan terkemuka, Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA) di Inggris dan Wales, melaporkan peningkatan laporan kekejaman hewan yang sangat mengkhawatirkan. Hanya dalam periode Juni hingga Agustus 2024, RSPCA menerima 34.401 laporan kekejaman, naik sepertiga atau sekitar 33% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (25.887 laporan).
Artinya, setiap hari di musim panas itu, rata-rata ada 374 laporan kekerasan terhadap hewan yang masuk ke RSPCA. Jika dilihat sepanjang tahun, total laporan kekejaman hewan juga melonjak dari 88.770 di tahun 2023 menjadi 105.250 di tahun 2024, naik sekitar 19%. Ini menunjukkan tren peningkatan yang konsisten selama beberapa tahun terakhir.
Tren peningkatan ini tidak hanya terjadi di Inggris. RSPCA Cymru di Wales juga mencatat kenaikan 4% laporan kekejaman di musim panas, dengan total 1.884 panggilan darurat pada tahun lalu. Secara tahunan, laporan di Wales juga terus naik sejak 2021.
Di Asia, Society for the Prevention of Cruelty to Animals (SPCA) Singapura menginvestigasi 862 kasus kekejaman dan masalah kesejahteraan hewan antara Juli 2022 hingga Juni 2023, angka tertinggi dalam 11 tahun. Kasus penelantaran hewan juga meningkat tajam, mencapai 266 kasus dibandingkan rata-rata 70 kasus per tahun sebelumnya.
Data dari New Brunswick SPCA (NBSPCA) di Kanada juga menunjukkan lonjakan 27% dalam empat tahun terakhir untuk panggilan perlindungan hewan, dengan 4.000 panggilan di tahun 2023. Sebanyak 365 kasus penelantaran hewan dilaporkan di tahun yang sama, lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Kisah Pilu Korban Kekejaman Hewan: Bernie, Otis, dan Lainnya
Di balik angka-angka statistik yang mengejutkan, ada kisah-kisah pilu hewan yang menjadi korban kekejaman manusia. Salah satunya adalah Bernie, seekor anjing bulldog berusia 11 bulan yang diselamatkan RSPCA.
“Dia terlihat seperti beruang,” kata Amanda Hunt, 45, dari Nottingham, yang kemudian mengadopsi Bernie. “Dia punya kaki besar dan gemuk. Dia masih sangat muda. Saya tahu dia berasal dari latar belakang yang sulit dan kami siap menghadapi tantangan untuk memastikan dia mendapatkan kehidupan yang layak.”
Bernie dilarikan ke rumah sakit hewan dengan kondisi mengenaskan: kesulitan berdiri, mata merah, dan memar di kepala. Hasil X-ray menunjukkan tulang pipi dan beberapa tulang rusuknya retak, serta mengalami patah tulang setidaknya dalam tiga kejadian terpisah. RSPCA menyebutkan, cedera Bernie konsisten dengan pukulan berkali-kali oleh pemilik sebelumnya selama setidaknya 10 menit. Pelaku pun divonis dan dilarang memelihara hewan seumur hidup.
Selain Bernie, ada juga kisah Otis, anak kucing dari Wales yang mengalami patah tulang belakang dan cedera parah lainnya akibat dugaan kekerasan fisik. Saudari Otis bahkan ditemukan meninggal dengan cedera serupa. Setelah diselamatkan dan dirawat intensif, Otis kini menemukan rumah baru yang penuh kasih, sementara pemilik lamanya dihukum.
Kasus lain yang tak kalah menyayat hati meliputi:
- Berlioz, anak kucing dari Warwickshire yang menderita banyak patah tulang tengkorak dan rusuk akibat kekerasan.
- Benito, kucing dari Walsall yang mengalami cedera parah dan patah tulang dari serangkaian serangan.
- Lara, anak anjing Jack Russell berusia 16 minggu yang ditemukan dengan trauma kepala berdarah dan banyak tulang patah, termasuk tengkorak, rusuk, tulang pipi, dan rahang.
- Terry, anak anjing whippet yang hampir meninggal karena dipukuli pemiliknya.
- Dudley, kucing yang harus diamputasi kakinya setelah ditembak senapan angin.
- Blaze, anjing di Australia yang ditemukan dengan luka terbuka konsisten dengan luka bakar tingkat tiga.
Kasus-kasus ini hanyalah sebagian kecil dari ribuan laporan yang diterima setiap tahun, menunjukkan betapa kejamnya perlakuan yang dialami hewan-hewan tak bersalah ini.
Mengapa Laporan Kekerasan Hewan Terus Meningkat?
Ada beberapa faktor yang diduga menjadi pemicu di balik lonjakan kasus kekerasan terhadap hewan ini:
- Musim Panas, Lebih Banyak Saksi: RSPCA menyebutkan bahwa hari yang lebih panjang dan lebih banyak orang yang beraktivitas di luar ruangan selama musim panas membuat kemungkinan mereka menyaksikan dan melaporkan kekejaman hewan menjadi lebih tinggi.
- Dampak Pandemi COVID-19: Selama pandemi, banyak orang mengadopsi hewan peliharaan untuk menemani di rumah. Namun, setelah pembatasan dicabut dan orang-orang kembali bekerja, banyak yang menyadari tidak sanggup merawat hewan-hewan tersebut, mengakibatkan penelantaran dan bahkan kekerasan.
- Krisis Biaya Hidup: Tekanan ekonomi dan kenaikan biaya hidup membuat banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, termasuk makanan dan perawatan hewan peliharaan. Dalam beberapa kasus, hewan menjadi prioritas terakhir, bahkan telantar.
- Kurangnya Pengetahuan dan Edukasi: Beberapa pemilik hewan baru mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang perawatan hewan yang benar. Dr. Rowena Packer dari Royal Veterinary College menyoroti bahwa pemilik yang tidak berpengalaman mungkin menggunakan metode pelatihan yang salah atau belajar dari “dunia media sosial yang tidak terkontrol.”
- Peningkatan Kesadaran Publik: Meskipun angkanya menyedihkan, peningkatan laporan juga bisa berarti masyarakat semakin sadar dan berani untuk melaporkan kasus kekejaman yang mereka saksikan.
Peran Organisasi Perlindungan Hewan dan Harapan ke Depan
Organisasi seperti RSPCA, SPCA, dan NBSPCA bekerja tanpa henti untuk menyelamatkan dan melindungi hewan-hewan ini. Mereka meluncurkan kampanye, seperti “Cancel Out Cruelty” oleh RSPCA, untuk menggalang dana dan meningkatkan kesadaran publik. Bahkan, penyanyi terkenal Alesha Dixon turut mendukung kampanye ini dengan menjadi pengisi suara untuk video yang menampilkan kisah hewan-hewan yang diselamatkan.
“Musim panas seharusnya menjadi musim kegembiraan bagi hewan. Jalan-jalan panjang di sore hari yang cerah. Bermain di pantai. Berjemur di taman,” ujar Ian Briggs, Kepala Inspektur RSPCA. “Tetapi ada sisi musim panas yang tidak Anda lihat. Bagi ribuan hewan, ini adalah musim rasa sakit, ketakutan, dan penderitaan, ketika kekejaman mencapai puncaknya.”
Pemerintah Inggris Raya melalui Departemen Lingkungan, Pangan, dan Urusan Pedesaan (Defra) menyatakan komitmennya untuk menegakkan standar kesejahteraan hewan tertinggi. Pelaku kekejaman hewan dapat menghadapi hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda tak terbatas jika terbukti bersalah.
Namun, upaya pemerintah dan organisasi tidak akan maksimal tanpa peran serta masyarakat. Masyarakat didorong untuk:
- Melaporkan setiap insiden kekejaman atau penelantaran hewan yang mereka saksikan kepada pihak berwenang atau organisasi perlindungan hewan terdekat.
- Mendukung organisasi perlindungan hewan melalui donasi atau menjadi sukarelawan.
- Mempertimbangkan Adopsi hewan dari penampungan daripada membeli, karena banyak hewan yang membutuhkan rumah dan kasih sayang.
- Meningkatkan Edukasi tentang perawatan hewan yang bertanggung jawab.
Kesimpulan
Peningkatan laporan kekejaman terhadap hewan adalah cerminan dari masalah yang lebih besar dalam masyarakat. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih peka dan bertanggung jawab terhadap makhluk hidup di sekitar kita. Dengan memahami penyebab di balik tren ini dan mengambil tindakan nyata, baik dengan melapor, mendukung organisasi, atau mengadopsi, kita bisa menjadi bagian dari solusi untuk “mengakhiri kekejaman” dan memastikan setiap hewan mendapatkan kehidupan yang layak, aman, dan penuh kasih sayang. Mari bersama-sama menciptakan dunia yang lebih baik bagi hewan.
FAQ
Tanya: Berapa banyak laporan kekejaman hewan yang diterima RSPCA pada musim panas 2024?
Jawab: RSPCA menerima 34.401 laporan kekejaman hewan pada musim panas 2024, menunjukkan peningkatan sekitar 33% dari tahun sebelumnya.
Tanya: Bagaimana tren laporan kekejaman hewan secara keseluruhan selama beberapa tahun terakhir?
Jawab: Laporan kekejaman hewan menunjukkan tren peningkatan yang konsisten, dengan total laporan naik dari 88.770 di tahun 2023 menjadi 105.250 di tahun 2024.
Tanya: Apa yang dimaksud dengan “musim penderitaan” bagi hewan yang disebutkan dalam artikel?
Jawab: “Musim penderitaan” merujuk pada musim panas yang justru menjadi periode peningkatan drastis kasus kekerasan dan kekejaman terhadap hewan di berbagai belahan dunia.