Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya menjadi lansia? Bukan hanya soal kerutan di wajah atau rambut memutih, tapi juga tentang perasaan, harapan, dan keinginan untuk tetap berarti. Di Indonesia, jumlah lanjut usia terus bertambah pesat. Ini bukan hanya statistik di atas kertas, melainkan cerminan dari wajah-wajah orang tua, kakek, dan nenek kita. Artikel ini akan mengajak Anda memahami mengapa lansia bukan sekadar angka, serta bagaimana kita bisa bersama-sama membangun masa depan Indonesia yang lebih baik, di mana para lansia bisa hidup sehat, aktif, dan bahagia.
Ilustrasi ini menggambarkan pentingnya membangun masa depan Indonesia yang inklusif dan berdaya dengan memberikan perhatian penuh pada lansia, bukan sekadar angka statistik.
Demografi Indonesia Menua: Sebuah Keniscayaan
Indonesia saat ini sedang mengalami pergeseran demografi yang signifikan, sering disebut sebagai ageing population atau populasi menua. Artinya, proporsi penduduk lansia semakin meningkat. Berdasarkan data BPS tahun 2023, hampir 12% atau sekitar 29 juta penduduk Indonesia masuk kategori lansia (usia 60 tahun ke atas). Angka ini diperkirakan akan terus melonjak, mencapai sekitar 20% atau 50-63 juta jiwa pada 2045. Bayangkan, di tahun Indonesia Emas 2045, satu dari lima orang yang Anda temui bisa jadi adalah seorang lansia!
Peningkatan ini adalah kabar baik sekaligus tantangan. Angka harapan hidup di Indonesia terus naik, yang berarti masyarakat kita hidup lebih lama. Namun, hidup lebih lama juga harus diimbangi dengan kualitas hidup lansia yang baik.
Lebih dari Sekadar Fisik: Kebutuhan Hakiki Para Lansia
Seringkali, kita berpikir bahwa merawat lansia cukup dengan menyediakan kebutuhan fisik: makanan, tempat tinggal nyaman, dan obat-obatan. Padahal, kebutuhan mereka jauh lebih dalam. Mereka ingin:
- Dihargai dan dicintai: Bukan dianggap sebagai beban, melainkan sebagai bagian penting dari keluarga dan masyarakat.
- Diajak berbicara dan didengarkan: Banyak lansia merasa kesepian dan hanya butuh teman berbagi cerita.
- Dilibatkan secara aktif: Mereka memiliki pengalaman dan kearifan yang tak ternilai, serta ingin terus berkontribusi.
Seperti kisah dalam salah satu sumber, meskipun semua kebutuhan fisik terpenuhi, rasa kesepian dan tidak diperhatikan bisa menjadi tantangan terbesar. Ini menunjukkan bahwa perawatan lansia (aged care) bukan hanya soal mengobati penyakit, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup dan memberikan dukungan emosional serta sosial.
Berbagai Tantangan di Hadapan Lansia Indonesia
Peningkatan jumlah lansia membawa berbagai konsekuensi yang perlu kita antisipasi.
- Kesehatan: Lansia lebih rentan terhadap penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan gangguan jantung. Risiko disabilitas juga meningkat, membuat aktivitas sederhana pun menjadi sulit. Tantangan ini menuntut adanya pelayanan yang ramah lansia serta dukungan keluarga yang kuat.
- Ekonomi: Tidak semua lansia memiliki perlindungan finansial yang memadai setelah tidak lagi produktif. Kebutuhan hidup, terutama biaya kesehatan dan nutrisi, justru meningkat. Akibatnya, tak sedikit yang terpaksa tetap bekerja di sektor informal dengan kondisi fisik yang melemah.
- Sosial dan Psikologis: Di era modern, banyak lansia tinggal sendiri atau hanya dengan pasangan, yang dapat memicu rasa kesepian hingga depresi. Adaptasi dengan lingkungan baru jika ikut tinggal dengan keluarga anak juga bisa menjadi pemicu pertengkaran atau ketidakcocokan.
- Keterbatasan Caregiver dan Infrastruktur: Di Indonesia, peran perawatan lansia masih banyak dibebankan pada keluarga. Namun, perubahan struktur keluarga inti yang menyempit membuat beban ini semakin berat. Selain itu, hingga kini Indonesia belum memiliki standar pelatihan caregiver profesional yang memadai, serta fasilitas pendukung seperti pusat perawatan harian atau layanan komunitas masih sangat terbatas.
Mewujudkan “Bonus Demografi Kedua”: Lansia Aktif dan Produktif
Meski ada tantangan, fenomena penuaan penduduk juga bisa menjadi peluang emas, atau yang sering disebut sebagai bonus demografi kedua. Kuncinya adalah mewujudkan penuaan aktif (active ageing), di mana lansia tetap sehat, berpartisipasi di masyarakat, dan aman secara ekonomi.
Contoh nyata bisa kita lihat dari penelitian di Dusun Miduana (Cianjur) dan Pulau Gili Iyang (Madura), yang terkenal memiliki penduduk berusia panjang dan tetap aktif beraktivitas. Ini membuktikan bahwa proses penuaan yang sehat bukan sekadar keniscayaan.
Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, menekankan pentingnya peningkatan kualitas hidup lansia melalui pendekatan HALE (health-adjusted life expectancy). Artinya, tidak hanya panjang umur, tetapi juga sehat dan berkualitas. Konsep Lansia Tangguh yang diusung BKKBN juga sejalan dengan ini, berlandaskan pada 7 dimensi pembangunan keluarga lansia yang tangguh: spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional vokasional, dan lingkungan.
Peran Bersama Membangun Ekosistem Ramah Lansia
Pemerintah, swasta, dan masyarakat memiliki peran krusial dalam menghadapi era populasi menua.
-
Pemerintah:
- Meningkatkan akses layanan kesehatan lansia, termasuk skrining maksimal dan program promotif-preventif.
- Menyiapkan sistem jaminan sosial dan pensiun yang lebih baik dan komprehensif.
- Menciptakan ekosistem penuaan aktif, seperti memperpanjang usia pensiun atau mendorong wirausaha lansia.
- Membangun data basis yang kuat dan akurat tentang lansia untuk kebijakan yang tepat.
- Mendorong penyediaan hunian khusus lansia yang aman, nyaman, dan terintegrasi dengan layanan kesehatan, bukan hanya panti jompo. Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan adalah bukti komitmen ini.
-
Sektor Swasta dan Komunitas:
- Mengembangkan solusi inovatif untuk masyarakat menua, termasuk layanan keuangan yang inklusif.
- Mendorong silver economy, yaitu aktivitas ekonomi yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dan pemberdayaan lansia.
- Menciptakan program pemberdayaan seperti Sekolah Lansia, Rumah Lansia Kita, dan Duta Lansia, seperti yang dilakukan oleh organisasi non-profit Indonesia Ramah Lansia (IRL).
- Menyediakan produk perbankan yang holistik bagi lansia, mendukung perencanaan pensiun dan kekayaan lintas generasi.
-
Masyarakat dan Keluarga:
- Meningkatkan kepedulian dan menghilangkan stigma negatif terhadap lansia.
- Memberikan dukungan emosional dan sosial, mengajak lansia bersosialisasi dan terlibat dalam kegiatan positif.
- Mempersiapkan diri sejak muda untuk masa tua yang sehat dan mandiri, termasuk literasi keuangan dan gaya hidup sehat.
Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN): Momentum Kepedulian
Setiap tanggal 29 Mei, kita memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Ini adalah momentum penting untuk menghargai semangat dan dedikasi para lansia yang telah membangun negeri ini. Lebih dari sekadar perayaan, HLUN menjadi pengingat akan pentingnya menjamin kualitas hidup lansia agar mereka tetap berdaya, berbahagia, dan terus memberikan sumbangsih bagi keluarga serta masyarakat.
Perkembangan Positif: Lansia Melek Teknologi
Yang menarik, lansia di Indonesia juga semakin akrab dengan teknologi. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 menunjukkan hampir separuh lansia (49,56%) sudah menggunakan ponsel, dan akses internet lansia meningkat hampir tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir. Ini adalah angin segar, menunjukkan bahwa lansia mampu beradaptasi dan bisa tetap terhubung serta aktif di era digital.
Kesimpulan
Fenomena penuaan penduduk di Indonesia adalah sebuah realitas yang tak terhindarkan. Namun, dengan persiapan yang matang dan kolaborasi semua pihak, kita bisa mengubah tantangan ini menjadi peluang. Lansia bukan sekadar angka, mereka adalah aset berharga yang memiliki potensi besar untuk terus berkontribusi bagi masa depan Indonesia.
Mari kita pastikan bahwa setiap lansia di negeri ini dapat menjalani masa tuanya dengan sehat, mandiri, bermartabat, dan bahagia. Investasi dalam kesejahteraan lansia adalah investasi untuk Indonesia Emas 2045 yang lebih inklusif dan sejahtera untuk semua generasi. Ini adalah tanggung jawab kita bersama, karena pada akhirnya, kita semua akan menua.