Dari Kuantan Singingi ke Panggung Dunia: Menguak Cerita Sosok Penari Pacu Jalur di Balik Tarian “Aura Farming” yang Viral

Dipublikasikan 12 Juli 2025 oleh admin
Hiburan dan Lifestyle

Pernahkah Anda melihat video anak laki-laki berkacamata hitam menari di atas perahu panjang yang melaju kencang? Tarian enerjik yang kini dijuluki “aura farming” ini telah menyita perhatian jutaan pasang mata di seluruh dunia, bahkan ditiru oleh atlet dan selebriti internasional. Di balik gerakan memukau ini, ada kisah menarik dari Rayyan Arkan Dikha, seorang penari pacu jalur cilik dari Kuantan Singingi, Riau. Mari kita selami lebih dalam cerita sosok balik tarian yang tak hanya menghibur, tapi juga mengangkat tradisi lokal ke kancah global.

Dari Kuantan Singingi ke Panggung Dunia: Menguak Cerita Sosok Penari Pacu Jalur di Balik Tarian

**Sosok penari pacu jalur dari Kuantan Singingi ini memukau dunia dengan tarian “aura farming” yang viral, membuka cerita inspiratif dari balik perahu cepat yang melaju kencang.**

Simak ulasan lengkapnya dalam artikel terkait: “Aura Farming” Bikin Tradisi Pacu Jalur Riau Mendunia, Bocah Rayyan Arkan Dikha Jadi Sorotan

Siapa Rayyan Arkan Dikha, Sosok di Balik Tarian Viral?

Sosok yang berhasil mencuri perhatian dunia ini adalah Rayyan Arkan Dikha, bocah berusia 11 tahun asal Desa Pintu Gobang Kari, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Dikha, panggilan akrabnya, bukanlah penari profesional. Ia adalah siswa kelas 5 SD yang aktif menari di ajang pacu jalur sejak tiga tahun terakhir. Menariknya, tarian khasnya yang kini mendunia itu tercipta secara spontan.

“Saya sendiri yang menciptakan tarian ini,” ujar Dikha dengan polos, menjelaskan bahwa gerakannya muncul begitu saja di atas perahu. Bakat menari Dikha sepertinya menurun dari sang ayah, Jufriono, yang juga seorang atlet pacu jalur. Ibunya, Rani Ridawati, mengungkapkan bahwa Dikha belajar menari secara otodidak, menjadikannya “anak joki” yang lincah dan penuh semangat bagi tim Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo.

Fenomena “Aura Farming”: Dari Sungai Kuantan hingga Panggung Dunia

Istilah “aura farming” menjadi populer di internet untuk menggambarkan gerakan atau aksi yang memancarkan karisma dan terlihat keren. Gerakan spontan Dikha di atas perahu pacu jalur, dengan ekspresi wajah minim namun penuh gaya, dianggap sebagai representasi sempurna dari “aura farming” ini. Video-video yang menampilkan Dikha dengan tagar seperti “aura farming kid on boat” telah ditonton jutaan kali di TikTok.

Tak hanya di media sosial, popularitas tarian viral ini merambah ke dunia olahraga dan hiburan. Klub sepak bola raksasa seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan membuat parodi tarian Dikha. Pemain NFL Travis Kelce, rapper KSI, bahkan bintang sepak bola Neymar Jr. juga ikut menirukan gerakan khas penari pacu jalur ini dalam selebrasi atau konten mereka. Fenomena ini membuktikan betapa kuatnya daya tarik budaya lokal yang dikemas secara unik.

Mengenal Lebih Dekat Tradisi Pacu Jalur Riau

Dibalik tarian yang viral, tersimpan kekayaan tradisi budaya masyarakat Kuantan Singingi. Pacu Jalur adalah perlombaan mendayung perahu panjang yang telah diwariskan secara turun-temurun sejak abad ke-17.

Apa Itu Pacu Jalur?

Pada awalnya, jalur (perahu panjang) adalah alat transportasi utama masyarakat di sepanjang Sungai Kuantan, digunakan untuk mengangkut hasil bumi dan manusia. Seiring waktu, kegiatan ini berkembang menjadi perlombaan adu kecepatan yang sarat makna. Pacu Jalur bukan sekadar kompetisi; ia adalah simbol semangat kolektif, harga diri kampung, serta nilai spiritual dan sosial yang kental. Festival ini menjadi agenda budaya penting yang puncaknya digelar setiap Agustus di Sungai Kuantan, khususnya di Tepian Narosa, Teluk Kuantan.

Peran Krusial “Tukang Tari” atau “Togak Luan”

Dalam setiap tim Pacu Jalur, ada peran-peran krusial yang menentukan kemenangan. Salah satunya adalah “tukang tari” atau “togak luan”, yaitu posisi yang ditempati oleh Dikha. Mereka adalah anak laki-laki berusia 8-13 tahun yang berdiri di haluan perahu, mengenakan pakaian adat Melayu lengkap.

Tugas utama anak joki ini adalah memberi semangat kepada para pendayung di belakangnya melalui gerakan tarian yang lincah dan ekspresif. Selain itu, posisi dan gerakan mereka juga menjadi penanda penting: jika tukang tari berdiri dan menari, itu menandakan jalur mereka sedang unggul atau memimpin pacuan. Pemilihan anak-anak untuk posisi ini juga mempertimbangkan bobot tubuh yang ringan dan kemampuan menjaga keseimbangan di atas perahu yang melaju kencang.

Formasi Lengkap Tim Pacu Jalur

Selain togak luan atau tukang tari, tim Pacu Jalur terdiri dari beberapa peran penting lainnya:

  • Pendayung: Orang dewasa yang bertanggung jawab mendayung jalur secepat mungkin menuju garis finis, melambangkan gotong royong dan kebersamaan.
  • Timbo Ruang: Berada di bagian tengah jalur, bertugas memberi aba-aba, semangat, dan membuang air yang masuk ke dalam perahu.
  • Tukang Onjai: Berada di paling belakang jalur, bertugas memberi daya dorong dan menjaga arah jalur agar tetap lurus.

Setiap peran ini mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Melayu Riau, menunjukkan harmoni dan kerja sama adalah kunci untuk mencapai tujuan bersama.

Dukungan dan Apresiasi untuk Sang Penari Muda

Popularitas Dikha tidak hanya membawa kebanggaan bagi dirinya dan keluarga, tetapi juga bagi daerah asalnya. Ia telah dinobatkan sebagai Duta Pariwisata Riau oleh Gubernur, menerima penghargaan, dan beasiswa pendidikan sebagai bentuk apresiasi atas jasanya mempromosikan budaya lokal ke panggung global. Dikha juga diundang ke Jakarta untuk bertemu para menteri dan tampil di televisi nasional.

Di balik kesuksesan Dikha, ada kisah perjuangan sang ibu, Rani Ridawati, seorang nasabah PNM Mekaar. Rani selalu setia mendampingi Dikha berlatih dan berlomba, bahkan membuka lapak sederhana di area perlombaan untuk mendukung aktivitas anaknya. Kisah mereka menjadi inspirasi tentang bagaimana cinta keluarga dan ketekunan dapat melahirkan anak-anak hebat.

Melestarikan Budaya: Pacu Jalur Menuju Warisan Dunia UNESCO?

Viralnya Pacu Jalur adalah momentum emas untuk semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke Riau dan Kuantan Singingi, serta menumbuhkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budayanya sendiri. Menteri Kebudayaan Fadli Zon bahkan menyatakan pihaknya berencana mengusulkan tradisi Pacu Jalur ke Organisasi Pendidikan, Ilmiah, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) agar dapat diakui dunia sebagai Warisan Budaya Takbenda. Saat ini, Pacu Jalur telah masuk daftar Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejak 2014. Perjuangan untuk pengakuan UNESCO memang panjang, namun semangat untuk melestarikan warisan budaya ini tak pernah padam.

Kesimpulan

Kisah Rayyan Arkan Dikha, penari pacu jalur cilik dari Kuansing, adalah bukti nyata bagaimana sebuah tarian viral yang sederhana bisa membawa tradisi lokal mendunia. Dari gerakan spontan di atas perahu, cerita sosok balik tarian ini telah menginspirasi banyak orang dan memperkenalkan kekayaan budaya Riau ke kancah internasional. Semoga momentum ini semakin memperkuat upaya kita dalam menjaga, melestarikan, dan mempromosikan warisan budaya Indonesia agar terus bersinar di mata dunia.