Detik-detik Mencekam KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali: Kisah Pilu Para Penyintas

Dipublikasikan 5 Juli 2025 oleh admin
Berita Indonesia

Yogyakarta, zekriansyah.com – Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam menyisakan cerita kelam dan kepanikan luar biasa bagi para penumpang dan kru kapal. Bayangkan saja, di tengah gelapnya laut, sebuah kapal tiba-tiba miring dan tenggelam dalam hitungan menit, membuat ratusan nyawa bertaruh dengan maut.

Detik-detik Mencekam KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali: Kisah Pilu Para Penyintas

Ilustrasi: Ombak ganas Selat Bali menjadi saksi bisu perjuangan para penyintas KMP Tunu Pratama Jaya menghadapi detik-detik mencekam.

Artikel ini akan membawa Anda menyelami kisah-kisah dramatis dari para penyintas, melihat bagaimana mereka berjuang bertahan hidup, dan memahami betapa cepatnya musibah itu terjadi. Mari kita belajar dari pengalaman mereka agar kita lebih waspada dan menghargai keselamatan dalam setiap perjalanan.

Kepanikan di Tengah Laut: Kapal Miring dalam Hitungan Menit

KMP Tunu Pratama Jaya, kapal penyeberangan yang membawa 53 penumpang, 12 kru, dan 22 kendaraan, memulai pelayarannya dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali, pada pukul 22.56 WIB. Perjalanan yang seharusnya normal, berubah menjadi mimpi buruk tak lama setelah kapal berlayar.

Menurut berbagai kesaksian, sekitar pukul 23.20 WIB, kapal mulai mengalami masalah. Ada dugaan kebocoran di ruang mesin, yang kemudian menyebabkan listrik padam total (blackout) sekitar pukul 00.19 WITA. Setelah itu, semuanya terjadi begitu cepat.

Penumpang selamat seperti Bejo Santo dan Samsul Hidayat menceritakan bahwa dari kapal mulai miring hingga benar-benar tenggelam, hanya butuh waktu 3 sampai 5 menit saja.

“Hitungan cuma 3 menit kapal sudah langsung tenggelam, prosesnya cepat sekali, saya sampai nggak bisa cerita panjang lebar,” kata Samsul Hidayat, salah satu korban selamat.

Kepanikan pun tak terhindarkan. Banyak penumpang yang berteriak histeris, mencari jalan keluar, dan berebut pelampung. Beberapa penyintas bahkan mengaku tidak ada peringatan resmi dari kru kapal. Mereka harus berinisiatif menyelamatkan diri sendiri di tengah kekacauan dan gelapnya malam.

Bertahan di Antara Gelombang dan Gelapnya Malam

Setelah kapal miring dan tenggelam, perjuangan sesungguhnya baru dimulai. Para penumpang dan kru yang berhasil keluar dari kapal harus bertahan di tengah laut yang gelap gulita, diombang-ambing ombak setinggi 2,5 meter.

Berikut beberapa kisah heroik para penyintas:

  • Perjuangan ABK Richo Menyelamatkan Penumpang: Richo (26), seorang Anak Buah Kapal (ABK) yang sedang beristirahat, terbangun saat kapal miring dan lampu mati. Dalam kepanikannya, ia nekat melompat ke laut. Namun, instingnya sebagai kru membuatnya berenang mendekati perahu penyelamat (liferaft) dan berhasil mengarahkan 16 penumpang lainnya untuk naik ke sana.
    > “Saya arahkan ke liferaft untuk menyelamatkan penumpang. Saya berusaha menyelamatkan setiap orang yang saya lihat untuk naik ke liferaft,” ujar Richo.
    Mereka terombang-ambing berjam-jam, banyak yang kelelahan, muntah-muntah, dan menelan air laut.
  • Samsul Hidayat dan Jaket Pelampung: Samsul menceritakan bagaimana ia melompat ke laut dan berjuang menggapai jaket pelampung yang ikut jatuh. Ia harus berenang dan bertahan selama kurang lebih 5 jam di tengah laut sebelum akhirnya ditolong nelayan pada pukul 05.00 WIB.
  • Imron, Nyaris Putus Asa: Imron (48) tidak sempat meraih pelampung saat air mulai masuk. Ia sempat ditendang penumpang lain yang panik dan nyaris putus asa. Namun, ia melihat pelampung sekitar empat meter darinya dan berusaha keras mengejarnya. Butuh waktu 30 menit baginya untuk berhasil memakai pelampung di tengah laut. Ia kemudian bergabung dengan 16 orang lainnya di perahu karet penyelamat.
    > “Saya teriak-teriak minta tolong, baca doa terus. Sempat berpikir, selamat dari kapal tenggelam tapi tidak selamat dari ombak. Kalau sampai digulung ombak, bisa habis semua,” kenangnya.
  • Mansun, Terombang-ambing dengan Empat Pelampung: Mansun berhasil mendapatkan satu jaket pelampung sebelum kapal terbalik, dan menemukan tiga jaket lagi setelah diombang-ambing ombak. Ia berpegangan pada keempat jaket itu, namun kondisi laut sangat kacau.
    > “Saya bahkan tak bisa bedakan mana sampah, mana teman sendiri,” kisahnya.

Kisah Pilu Perpisahan dan Perjuangan Keluarga

Di balik perjuangan bertahan hidup, ada juga kisah-kisah pilu tentang perpisahan yang tak terduga dan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.

  • Eka Toniansah (15) dan Ayahnya, Eko Sastrio (51): Eka, seorang kernet truk, berangkat bersama ayahnya yang sopir. Saat kapal tenggelam, Eka dan ayahnya sempat terbawa pusaran air. Eka berhasil muncul ke permukaan dan dengan sisa tenaganya, ia memegangi tubuh ayahnya yang sudah tak sadarkan diri. Ia terus memeluk sang ayah di tengah gelapnya laut selama berjam-jam hingga fajar tiba dan mereka ditemukan nelayan. Sayangnya, sang ayah telah meninggal dunia.
    > “Saya rangkul tubuh bapak saat tenggelam dalam ombak. Tapi bapak sudah tidak ada [meninggal],” kata Eka pilu.
  • Muhammad Khalil dan Nur Khatimah: Kisah Khalil dan istrinya, Nur Khatimah, bak film “Titanic” dengan akhir yang tragis. Mereka berada di ruang penumpang saat kapal miring. Khalil sempat meraih dua pelampung, satu untuk dirinya dan satu untuk istrinya. Namun, kepanikan membuat Khatimah menggenggam erat lengan Khalil, sehingga ia tak sempat mengancingkan pelampung istrinya dengan kencang. Saat tergelincir, genggaman tangan Khatimah terlepas, dan Khalil mendengar teriakan istrinya yang menjauh. Ia mencoba melompat mengejar, namun pusaran arus menghisap tubuh mereka dan ia tak mampu mempertahankan genggaman pada istrinya. Hingga kini, Nur Khatimah masih belum ditemukan.
  • Pengantin Baru Febriani dan Cahyani: Febriani dan istrinya, Cahyani (30), baru menikah hampir dua minggu. Mereka berdua menumpang KMP Tunu Pratama Jaya untuk kembali bekerja di Bali. Tanpa firasat buruk, perjalanan yang seharusnya biasa saja itu menjadi perpisahan terakhir mereka. Cahyani ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Tangis haru juga pecah di posko evakuasi. Baihaki (58) tak kuasa menahan air mata saat mendapat kabar putranya, Romi Alfa Hidayat, selamat.

“Alhamdulillah ya Allah, Subhanallah anakku selamat,” teriak Baihaki penuh syukur.

Upaya Penyelamatan dan Data Terkini Korban KMP Tunu Pratama Jaya

Segera setelah insiden, tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI AL, Polri, dan berbagai unsur lainnya, langsung mengerahkan upaya pencarian besar-besaran. Mereka menggunakan berbagai alat seperti kapal SAR, helikopter, Pesud, hingga thermal drone untuk menyisir perairan Selat Bali. Area pencarian pun diperluas hingga 20 mil laut ke arah selatan dari lokasi kejadian.

Hingga data terakhir yang diperbarui, dari total 65 orang yang ada di KMP Tunu Pratama Jaya (53 penumpang, 12 kru), berikut adalah status korban:

Status Korban Jumlah (Orang)
Selamat 30
Meninggal Dunia 6
Masih Hilang 29
Total 65

Pemerintah melalui Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan untuk mengutamakan penyelamatan korban. Sementara itu, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menyerahkan sepenuhnya investigasi penyebab kecelakaan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.

Pelajaran dari Tengah Laut

Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya adalah pengingat betapa cepatnya musibah bisa datang dan betapa berharganya setiap nyawa. Kisah-kisah para penyintas menunjukkan kekuatan tekad manusia untuk bertahan hidup di tengah kondisi paling ekstrem, sekaligus kepedihan mendalam atas kehilangan orang-orang terkasih.

Semoga upaya pencarian korban yang masih hilang dapat segera membuahkan hasil, dan keluarga korban yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Mari kita jadikan pelajaran ini sebagai momentum untuk selalu mengutamakan keselamatan dalam setiap perjalanan laut, serta meningkatkan standar keamanan transportasi demi mencegah tragedi serupa di masa depan.

FAQ

Tanya: Kapan dan di mana tragedi KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam?
Jawab: KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam, sekitar pukul 00.19 WITA.

Tanya: Berapa jumlah total penumpang dan kru yang berada di KMP Tunu Pratama Jaya saat kejadian?
Jawab: Terdapat 53 penumpang, 12 kru, dan 22 kendaraan di atas kapal saat tragedi tersebut terjadi.

Tanya: Seberapa cepat kapal tersebut tenggelam setelah mulai mengalami masalah?
Jawab: Menurut kesaksian penyintas, kapal miring dan tenggelam dalam waktu sangat singkat, hanya sekitar 3 hingga 5 menit.