KLB Campak Ditetapkan di Sumenep: Dinkes Minta Dukungan Penuh dari Ulama dan Masyarakat untuk Hadapi Wabah

Dipublikasikan 28 Agustus 2025 oleh admin
Kesehatan

Yogyakarta, zekriansyah.com – Kabar kurang mengenakkan datang dari Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Daerah ini baru saja ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada 22 Agustus 2025. Jumlah kasus yang terus merangkak naik, bahkan menyebabkan belasan kematian, membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat bergerak cepat. Tak hanya mengandalkan tenaga medis, Dinkes Sumenep minta dukungan dari berbagai elemen, mulai dari tokoh agama, masyarakat, hingga lintas sektor, demi menekan laju penyebaran penyakit ini. Artikel ini akan mengulas tuntas kondisi di lapangan, langkah penanganan, serta peran penting kita semua dalam menghadapi wabah campak di Sumenep ini.

KLB Campak Ditetapkan di Sumenep: Dinkes Minta Dukungan Penuh dari Ulama dan Masyarakat untuk Hadapi Wabah

Dinas Kesehatan Sumenep menetapkan KLB campak dan meminta dukungan ulama serta masyarakat untuk menekan angka kasus positif yang melonjak tajam hingga menyebabkan 17 korban jiwa, mayoritas anak-anak yang belum divaksinasi.

Mengapa Sumenep Ditetapkan KLB Campak?

Peningkatan kasus campak di Sumenep memang cukup mengkhawatirkan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, drg. Ellya Fardasah, M.Kes., mengungkapkan bahwa per 26 Agustus 2025, tercatat ada 2.268 kasus suspek campak. Dari angka tersebut, 205 di antaranya positif dan yang paling memprihatinkan, 17 anak meninggal dunia.

Wabah ini tidak pandang bulu; seluruh 27 kecamatan di Sumenep melaporkan adanya kasus. Tiga kecamatan dengan kasus tertinggi adalah Kecamatan Kota Sumenep, Kalianget, dan Batang-Batang. Lonjakan signifikan terjadi dalam dua bulan terakhir, dengan Juli dan Agustus 2025 masing-masing menyumbang 384 kasus suspek terbanyak.

Rendahnya Imunisasi, Biang Keladi Utama

Analisis Dinkes menunjukkan satu fakta mencengangkan: 90 persen pasien campak tidak pernah mendapat imunisasi. Inilah akar masalah utama di balik lonjakan kasus yang terjadi. Mayoritas penderita adalah anak-anak, dengan kelompok usia 1–4 tahun menyumbang 1.199 kasus atau 52,8 persen dari total. Sayangnya, kelompok usia ini juga mendominasi angka kematian, dengan 13 dari 17 kematian terjadi pada anak usia 1–4 tahun.

Gejala yang umum ditemukan adalah ruam (100% pasien), demam (100%), batuk (98,6%), dan pilek (89,2%). Komplikasi seperti bronkopneumonia (88%), diare (35%), malnutrisi, tuberkulosis, dan anemia turut memperparah kondisi pasien yang meninggal. Ini menunjukkan betapa berbahayanya campak jika tidak ditangani dengan serius, terutama pada anak-anak yang belum diimunisasi.

Gerak Cepat Dinkes Sumenep dan Dukungan Lintas Sektor

Untuk mengatasi KLB campak ini, Dinkes Sumenep telah mengambil berbagai langkah strategis. Mereka gencar melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, memastikan ketersediaan vaksin dan vitamin A, serta menyiapkan ruang isolasi di setiap puskesmas. Yang paling krusial adalah pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) atau imunisasi ulang massal yang dimulai serentak pada 28 Agustus 2025.

Program imunisasi massal ini menyasar sekitar 78.569 anak usia 9 bulan hingga 6 tahun di seluruh wilayah daratan dan kepulauan Sumenep. Tak hanya itu, penanganan KLB campak di Sumenep juga melibatkan lintas sektor, termasuk institusi lain di lingkungan Pemkab Sumenep, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Kementerian Kesehatan.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, bahkan langsung mengirimkan 9.825 vial vaksin Measles and Rubella (MR) dan meninjau langsung penanganan di lapangan. Dukungan juga datang dari Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad yang meminta Kementerian Kesehatan untuk segera mengambil langkah preventif. Pentingnya keterlibatan ulama, tokoh masyarakat, dan sekolah dalam mengedukasi masyarakat juga ditekankan untuk melawan hoaks dan meningkatkan cakupan imunisasi.

Peran Kita Semua: Mencegah Penularan Campak

Penanganan KLB campak di Sumenep bukan hanya tugas pemerintah atau tenaga kesehatan saja. Kita semua memiliki peran penting. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa kita lakukan:

  • Penuhi Imunisasi Anak: Pastikan anak-anak mendapatkan imunisasi campak lengkap sesuai jadwal. Ini adalah benteng pertahanan paling efektif.
  • Waspada Gejala: Kenali gejala campak seperti demam tinggi, ruam merah, batuk, dan pilek. Segera konsultasikan ke fasilitas kesehatan jika ada gejala.
  • Terapkan PHBS: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mencuci tangan rutin, menjaga kebersihan lingkungan, dan mengonsumsi makanan bergizi dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
  • Jauhi Hoaks: Jangan mudah percaya informasi yang tidak benar mengenai vaksin. Percayakan informasi kesehatan dari sumber resmi.
  • Isolasi Mandiri: Jika ada anggota keluarga yang sakit campak ringan, lakukan isolasi mandiri untuk mencegah penularan ke orang lain. Untuk kasus berat, segera bawa ke rumah sakit.
  • Konsumsi Vitamin A: Pemberian vitamin A dapat membantu mengurangi keparahan campak.

Kesimpulan

Penetapan KLB campak di Sumenep adalah peringatan serius bagi kita semua. Dengan 17 kematian dan ribuan kasus, situasi ini membutuhkan respons cepat dan terpadu. Dinkes Sumenep telah minta dukungan dari berbagai pihak, termasuk ulama dan masyarakat, untuk mensukseskan imunisasi massal dan menekan angka penularan. Mari bersama-sama mendukung upaya pemerintah, melindungi anak-anak kita dari bahaya campak, dan memastikan Sumenep bisa segera pulih dari wabah ini. Ingat, imunisasi adalah kunci, dan kesadaran kita semua adalah pelindung terbaik.