Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda mengalami sakit kepala hebat yang datang dan pergi? Banyak dari kita mungkin langsung mengira itu hanya migrain biasa atau stres akibat kesibukan. Namun, kisah Nikita Sterling, seorang wanita asal Inggris, menjadi pengingat penting bahwa terkadang, sakit kepala yang tak kunjung membaik bisa menjadi pertanda kondisi yang jauh lebih serius. Ia mengira hanya idap migrain selama bertahun-tahun, tapi ternyata ada tumor otak yang tumbuh diam-diam di kepalanya.
Sakit kepala berulang yang awalnya dikira migrain ternyata menjadi pertanda tumor otak yang diderita selama bertahun-tahun, ingatkan Nikita Sterling.
Artikel ini akan mengupas tuntas pengalaman Nikita dan beberapa kasus serupa, serta memberikan informasi penting mengenai perbedaan gejala sakit kepala biasa dan tumor otak. Membaca artikel ini akan membantu Anda lebih waspada dan tidak menunda pemeriksaan medis jika mengalami gejala yang mencurigakan.
Kisah Nikita Sterling: Dari Sakit Kepala Ringan Hingga Kehilangan Kemampuan Bicara
Sejak usia 18 tahun, Nikita Sterling sering mengeluh migrain. Keluhan ini disertai gangguan penglihatan dan sakit kepala dengan tekanan hebat. Awalnya, ia tidak terlalu khawatir karena serangan migrain hanya terjadi sekitar 2-3 kali setahun. Wanita yang kini berusia 39 tahun ini tidak mencari bantuan medis karena menganggapnya wajar.
Namun, segalanya berubah drastis pada Oktober 2024. Guru psikologi di Medway, Kent, Inggris ini mulai merasakan frekuensi migrain yang meningkat drastis, hampir setiap minggu. “Migrain itu terjadi hampir setiap minggu,” ujarnya. Tekanan di kepalanya terasa semakin parah, seolah-olah kepalanya diisi air. Puncaknya, ia bahkan pernah kehilangan kemampuan untuk berbicara di tengah pertemuan dengan orang tua murid. “Saya tidak bisa memikirkan kata-kata yang perlu saya ucapkan, itu benar-benar memalukan,” kenangnya.
Gejala-gejala ini terus memburuk selama beberapa bulan. Pada Februari 2025, Nikita akhirnya mencari bantuan dari dokter umum swasta dan dirujuk ke ahli saraf di bulan Mei. Namun, kondisinya terus memburuk hingga membuatnya pingsan dan muntah-muntah. Atas desakan saudara perempuannya, Nikita menjalani pemeriksaan MRI pada April 2025.
Hasilnya sangat mengejutkan. Dokter menemukan adanya massa besar di lobus frontalnya, yang kemudian didiagnosis sebagai meningioma, yaitu tumor otak non-kanker. “Saya hancur, butuh waktu lama untuk mencapai titik ini. Saya terkejut melihat betapa besarnya (tumor itu),” tutur Nikita. Pembengkakan di sekitar tumor inilah yang menyebabkan tekanan hebat di kepalanya.
Nikita pun segera dirujuk ke Rumah Sakit King’s College di London. Ahli bedah saraf menyarankan operasi pengangkatan tumor sesegera mungkin. Operasi selama empat jam berhasil mengangkat tumor jinak tersebut pada 22 April 2025. Dokter menduga, tumor itu mungkin sudah tumbuh selama 20 tahun. Syukurlah, Nikita kini telah pulih dan keluhan migrain yang dideritanya bertahun-tahun telah hilang.
Bukan Hanya Nikita: Kasus Serupa yang Menggugah Kesadaran
Kisah Nikita bukanlah satu-satunya. Ada banyak kasus di mana sakit kepala yang dikira migrain ternyata adalah gejala tumor otak.
- Elva Franziska (20 tahun): Wanita muda asal Jakarta Barat ini mengalami migrain di kepala bagian kiri yang menetap, menjalar hingga leher terasa kaku. Setelah berbulan-bulan mengonsumsi pereda nyeri tanpa hasil, ia mulai merasakan nyeri tak tertahankan, muntah-muntah, dan kehilangan pandangan. MRI akhirnya menunjukkan adanya tumor otak yang cukup besar.
- Natalie McKenna-Mounty (47 tahun): Wanita asal Inggris ini didiagnosis mengidap glioblastoma (jenis tumor otak yang tumbuh cepat dan ganas) setelah menderita migrain parah selama tiga hari. Ia bahkan sempat menduga dirinya terkena stroke karena tidak bisa berbicara dan mulutnya terkulai.
- Tina Cranshaw (51 tahun): Awalnya merasakan sakit kepala mendadak dan mencium bau aneh saat panggilan Zoom. Wajahnya mulai terkulai, yang awalnya diduga stroke, namun CT scan dan MRI menunjukkan adanya tumor otak terminal seukuran bola golf, juga jenis glioblastoma.
Kasus-kasus ini menyoroti pentingnya tidak mengabaikan perubahan pada pola sakit kepala dan gejala neurologis lainnya.
Sakit Kepala Biasa vs. Sakit Kepala Akibat Tumor Otak: Kenali Perbedaannya
Meskipun sakit kepala adalah keluhan umum, ada perbedaan karakteristik yang bisa menjadi petunjuk apakah sakit kepala Anda perlu diwaspadai sebagai gejala tumor otak.
Pembeda Utama | Sakit Kepala Akibat Tumor Otak | Migrain | Sakit Kepala Tegang |
---|---|---|---|
Asal & Sifat Nyeri | Tidak spesifik, tumpul, semakin parah dan menetap dari waktu ke waktu. Lebih parah saat bangun tidur pagi. | Sering satu sisi, berdenyut. Kadang didahului “aura”. | Tumpul, nyeri konstan, seperti pita ketat di dahi/leher. |
Gejala Penyerta | Mual, muntah (terutama pagi), penglihatan kabur/ganda, masalah keseimbangan, kejang, perubahan kepribadian, kelemahan/mati rasa. | Sensitif cahaya/suara, mual, muntah, hilang nafsu makan. | Biasanya tidak ada gejala lain, kadang sensitif cahaya ringan. |
Pemicu & Durasi | Memburuk dengan aktivitas yang meningkatkan tekanan di kepala (membungkuk, mengangkat berat). Cenderung lebih sering dan parah seiring pertumbuhan tumor. | Makanan, alkohol, stres, perubahan pola tidur, bau tertentu. Terjadi berkala, tidak konstan. | Stres, kelelahan, postur tubuh buruk. Bisa 30 menit-seminggu. |
Waspada! Gejala Lain yang Mungkin Menunjukkan Tumor Otak
Selain sakit kepala yang berbeda dari biasanya, beberapa gejala kanker otak pada wanita atau pria yang perlu Anda perhatikan adalah:
- Gangguan Penglihatan: Penglihatan kabur, ganda, atau kehilangan sebagian pandangan secara tiba-tiba.
- Kelemahan atau Mati Rasa: Terjadi pada salah satu sisi tubuh, wajah, lengan, atau kaki. Terasa lemas, berat, atau sulit digerakkan.
- Perubahan Kepribadian atau Emosi: Mudah marah, cemas, pelupa, perubahan suasana hati yang drastis. Sering tidak disadari penderita, tapi terlihat oleh orang terdekat.
- Kesulitan Berbicara atau Memahami Pembicaraan: Bicara cadel, sulit menemukan kata yang tepat, butuh waktu lama menyusun kalimat.
- Kejang Mendadak: Terutama jika tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Bisa berupa tubuh kaku, gemetar, hilang kesadaran, atau tatapan kosong.
- Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi: Sering goyah, mudah terjatuh, atau sulit berjalan lurus.
- Mual dan Muntah Tanpa Sebab Jelas: Terutama jika terjadi di pagi hari.
- Perubahan Hormonal (pada wanita): Gangguan siklus menstruasi (tidak teratur, jarang, atau berhenti), atau bahkan keluarnya ASI meski tidak hamil/menyusui (jika tumor dekat kelenjar pituitari).
Kapan Harus ke Dokter?
Sebagian besar gejala di atas memang tidak selalu berarti kanker otak atau tumor otak. Namun, jika Anda mengalami gejala yang:
- Terjadi secara tiba-tiba.
- Memburuk dari waktu ke waktu.
- Sering kambuh.
- Tidak membaik dengan obat penghilang nyeri biasa atau penanganan rumahan.
Jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter! Diagnosis medis yang cepat dan akurat, seperti melalui MRI atau CT scan, sangat krusial untuk menentukan tindakan terbaik, seperti operasi pengangkatan tumor jika memang diperlukan. Ingat, mengenali dan mengobati tumor sejak dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan menjaga kualitas hidup Anda.
Mari lebih peduli pada tubuh kita dan jangan pernah ragu mencari bantuan profesional. Kesehatan adalah aset paling berharga.
FAQ
Tanya: Apa saja gejala sakit kepala yang perlu diwaspadai selain migrain biasa?
Jawab: Gejala yang perlu diwaspadai meliputi sakit kepala yang semakin sering dan parah, gangguan penglihatan yang tidak biasa, serta perubahan neurologis seperti kesulitan bicara atau kelemahan.
Tanya: Bagaimana cara membedakan sakit kepala akibat tumor otak dengan migrain biasa?
Jawab: Perbedaan utama terletak pada frekuensi, intensitas, dan adanya gejala neurologis tambahan yang tidak biasa pada sakit kepala akibat tumor otak.
Tanya: Kapan sebaiknya saya memeriksakan sakit kepala saya ke dokter?
Jawab: Segera periksakan diri ke dokter jika sakit kepala Anda menjadi lebih sering, lebih parah, atau disertai gejala lain yang mencurigakan seperti gangguan penglihatan atau bicara.