Terungkap! Kisah Pilu di Balik Insiden ‘Teror’ Lansia di TransJakarta: Dihimpit Lapar dan Hidup Sebatang Kara

Dipublikasikan 10 Juli 2025 oleh admin
Sosial Politik

Yogyakarta, zekriansyah.com – Pernahkah Anda melihat video viral seorang pria lanjut usia (lansia) yang berteriak-teriak dan memaki penumpang lain di dalam bus TransJakarta? Insiden ini sempat bikin heboh media sosial dan memicu berbagai spekulasi. Namun, di balik amarah yang meledak-ledak itu, terkuak sebuah kisah pilu yang mungkin belum banyak kita ketahui.

Terungkap! Kisah Pilu di Balik Insiden 'Teror' Lansia di TransJakarta: Dihimpit Lapar dan Hidup Sebatang Kara

Ilustrasi: Di tengah hiruk pikuk TransJakarta, terbentang potret kesepian dan perjuangan seorang lansia yang dihimpit lapar, mengundang simpati di balik amarahnya.

Artikel ini akan mengajak Anda menyelami lebih dalam alasan di balik perilaku lansia tersebut. Mari kita coba pahami sisi lain dari kejadian viral ini, agar kita tidak buru-buru menghakimi dan bisa menumbuhkan empati terhadap sesama, terutama para lansia yang seringkali menghadapi tantangan hidup yang berat.

Insiden Viral yang Menghebohkan TransJakarta

Beberapa waktu lalu, jagat maya dihebohkan dengan video seorang pria lansia berinisial JH (69) yang terlibat adu mulut dengan seorang perempuan di dalam bus TransJakarta. Dalam video yang tersebar, lansia tersebut terlihat berulang kali menghina dan bahkan sempat mengangkat tongkatnya seolah hendak memukul. Kejadian ini diduga terjadi di bus TransJakarta khusus wanita, yang memicu kemarahan penumpang perempuan di dalamnya.

Tak hanya di dalam bus, insiden serupa juga pernah terjadi sebelumnya.

Bukan Sekali, Aksi Serupa Pernah Terjadi

Ternyata, aksi marah-marah JH bukan kali pertama. Pria lansia ini juga terungkap sebagai orang yang sama yang sempat meneriaki dan menuding seorang perempuan sebagai “teroris” di Halte TransJakarta Taman Anggrek, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada akhir Mei lalu.

Fakta ini dikonfirmasi oleh pihak TransJakarta. Meskipun insiden adu mulut di bus TransJakarta merupakan video lama yang terjadi sebelum kasus kekerasan di Halte Taman Anggrek, keduanya melibatkan sosok yang sama dan sempat menimbulkan keresahan publik.

Faktor Pemicu Amarah: Lapar dan Beban Hidup

Setelah serangkaian insiden tersebut viral, pihak kepolisian bergerak cepat. JH akhirnya diamankan polisi di sebuah indekos di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Senin (9/6/2025) pagi.

Dari hasil pemeriksaan, Kanit Reskrim Polsek Grogol Petamburan, AKP Muhammad Aprino Tamara, mengungkap kondisi JH yang memprihatinkan. Pria berusia 69 tahun itu mengaku hidup sebatang kara dan sedang dihimpit kesulitan ekonomi.

“Kata dia (pelaku), ‘saya lapar, Pak. Saya belum makan dari pagi. Terus kedua, saya juga kepikiran uang kost saya belum bayar’,” ungkap Aprino.

Tak hanya itu, JH juga mengaku sedang terburu-buru hendak mengambil bantuan sosial (bansos). Tekanan inilah yang disebut-sebut menjadi pemicu emosinya yang meledak-ledak.

“Terus yang ketiga, ‘saya lagi ngejar cepat-cepat mau ambil bansos, Pak’. Katanya begitu,” imbuh Aprino.

JH sendiri tidak memiliki pekerjaan tetap untuk menunjang kebutuhannya sehari-hari, menambah daftar panjang beban hidup yang ia pikul.

Berakhir Damai, Minta Maaf dan Janji Tak Mengulangi

Meski sempat memicu kehebohan, kasus ini akhirnya diselesaikan secara kekeluargaan atau melalui restorative justice. Korban dan JH telah dipertemukan dan sepakat untuk berdamai. Korban pun telah mencabut laporannya.

Dalam sebuah video yang diunggah oleh akun resmi Humas Polsek Grogol Petamburan, JH terlihat menyampaikan permintaan maafnya secara terbuka.

“Maaf atas kekhilafan saya yang saya ucapkan, sehingga mbak atau ibu yang saya kasihi saya tidak akan mengulangi lagi, sehingga mbak bisa bekerja dengan leluasa, seperti semula, seperti tidak ada tidak ada kejadian yang berikut-berikutnya,” ujar JH.

JH juga berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya kepada siapa pun di transportasi umum, mengingat TransJakarta adalah satu-satunya transportasi yang ia gunakan sehari-hari.

Pentingnya Empati dan Perhatian pada Lansia

Kisah JH ini menjadi pengingat bagi kita semua. Di balik setiap tindakan, seringkali ada cerita yang lebih dalam dan kondisi yang tidak terlihat mata. Lansia, khususnya yang hidup sebatang kara dan menghadapi kesulitan ekonomi, adalah kelompok yang rentan dan membutuhkan perhatian lebih.

Insiden ini mengajarkan kita untuk tidak buru-buru menghakimi, melainkan mencoba memahami latar belakang dan tekanan hidup yang mungkin dialami orang lain. Dukungan dan empati dari masyarakat, serta perhatian lebih dari pemerintah dan lembaga sosial, sangat dibutuhkan untuk memastikan para lansia dapat menjalani masa tua mereka dengan layak dan tenang. Mari kita jadikan kejadian ini sebagai pelajaran untuk menumbuhkan kepedulian dan kemanusiaan di ruang publik kita.