Siapa sangka, pelawak senior Kadir yang kita kenal lewat lawakan khasnya di Srimulat, kini punya ‘panggung’ baru yang tak kalah menarik: dunia afiliator TikTok. Dulu, ia sempat meremehkan, mengira afiliator cuma ‘buzzer’ belaka. Tapi, kini justru di sana ia menemukan peluang dan meraup penghasilan jutaan rupiah.
Penasaran bagaimana Kadir, di usianya yang tak lagi muda, bisa banting setir dan sukses di dunia digital? Yuk, simak perjalanan inspiratifnya di artikel ini! Anda akan menemukan bagaimana semangat pantang menyerah dan kemauan belajar bisa membuka pintu rezeki, bahkan di bidang yang sama sekali baru.
Mengapa Kadir Beralih Profesi?
Meski namanya besar di era 80-an dan 90-an sebagai bintang film komedi dan anggota Srimulat, dunia hiburan kini tak lagi seramai dulu bagi Kadir. Pelawak bernama asli Mubarak ini mengakui jadwal pekerjaannya di televisi semakin jarang.
“Ada undangan kalau di tv paling tiga bulan sekali. Job keluar, kalau ada sebulan sekali,” ungkap Kadir.
Situasi ini membuat Kadir banyak menghabiskan waktunya dengan “nongkrong” dan mengobrol di sekitar masjid dekat rumahnya, dari pagi hingga malam. Hampir sepuluh tahun lamanya ia menjalani rutinitas tersebut. Padahal, ia butuh “panggung” baru dan tentu saja, penghasilan untuk keluarga. Ia tak ingin hanya mengenang masa kejayaannya di masa lalu.
Awal Mula dan Keraguan Seorang Kadir
Di tengah sepinya job, satu-satunya hiburan Kadir adalah menonton video di TikTok dan YouTube. Dari sana, ia mulai mendengar tentang dunia afiliator. Awalnya, Kadir sama sekali tidak percaya. Ia menganggap para afiliator itu bohong atau hanya “buzzer” TikTok yang bicara soal penghasilan puluhan hingga ratusan juta.
“Saya lihat afiliasi dari afilitor-afiliator. Saya anggap mereka itu buzzer-nya TikTok, (mereka bicara) bohong, gak percaya saya,” cerita Kadir.
Namun, keraguannya mulai pudar setelah ia bercerita kepada putri bungsunya yang sedang kuliah. Sang anak mengonfirmasi bahwa apa yang diceritakan afiliator itu benar, bahkan teman sekolahnya dulu ada yang juga jadi afiliator.
Pikiran Kadir semakin terbuka ketika ia melihat sosok Pak Basri, seorang afiliator lansia yang usianya 69 tahun (Kadir sendiri 73 tahun, akan 74 tahun di September).
“Muncul Pak Basri, akhirnya saya mikir orang ini sudah tua, bisa. Masa saya gak bisa,” tuturnya.
Selain Pak Basri, ia juga terinspirasi dari publik figur lain seperti Eza Yayang yang juga ikut berjualan sebagai afiliator. Dengan bantuan putrinya, Kadir akhirnya memberanikan diri mendaftar dan mulai menjadi afiliator.
Kunci Sukses Kadir: Modal Seadanya dan Semangat Belajar
Kadir memulai perjalanannya sebagai afiliator dengan sangat sederhana. Ia tidak langsung mengeluarkan modal besar untuk membeli produk baru. Sebaliknya, ia memanfaatkan barang-barang yang sudah ada di rumahnya, yang dulu pernah ia beli dari e-commerce tapi jarang dipakai.
“Saya cuma tiga produk, betul-betul tiga produk. Dari alat pijat, tumbler yang gede, tumbler yang kecil. Jadi yang ada di rumah, ndak beli saya pertama,” jelas Kadir.
Tentu saja, awal mulanya tidak mudah. Proses pembuatan konten video promosi ternyata cukup menguras tenaga dan pikiran.
“Syuting buat durasi 1 menit, 1 jam gak selesai-selesai. Dialognya lupa, aduh…, menawarkan alat pijat ada empat kepala pijat aja itu susah saya,” akunya.
Meskipun sulit, Kadir tidak menyerah. Ia terus belajar bagaimana cara mendatangkan cuan dari TikTok. Ia juga rajin menonton dan mendengarkan edukasi dari afiliator lain untuk memperbaiki strateginya. Bahkan ketika penjualan sedang sepi, ia tetap berkomitmen untuk terus syuting dan bertahan.
Berapa Penghasilan Kadir sebagai Afiliator?
Meskipun baru beberapa bulan terjun ke dunia afiliator, Kadir sudah bisa merasakan manisnya penghasilan dari komisi penjualan. Penghasilannya bisa mencapai jutaan hingga puluhan juta rupiah per bulan.
“Tiap bulannya saya dapatnya UMR aja,” kata Kadir, merujuk pada Upah Minimum Regional Bekasi.
Penghasilan ini memang tidak selalu stabil, tergantung pada seberapa banyak barang yang berhasil ia promosikan dan terjual. Berikut gambaran komisi yang pernah diraih Kadir:
- Desember: Rp 10,5 juta
- Januari: Rp 30 juta
- Februari: Rp 25 juta
- Setelah Lebaran: Turun menjadi sekitar Rp 200 ribu per hari
- Terendah: Pernah hanya Rp 15 ribu per hari selama 15 hari berturut-turut
- Tertinggi: Pernah meraup Rp 3-4 juta dalam sehari
Kadir mengakui bahwa penghasilannya ini masih jauh dibandingkan afiliator lain yang sudah lebih dulu terjun. Namun, ia sangat bersyukur karena di usia senjanya, ia masih memiliki penghasilan untuk keluarganya, di saat tawaran dari dunia hiburan semakin berkurang. Baginya, menjadi afiliator adalah “profesi baru dari nol” yang patut ia perjuangkan.
Kesimpulan
Kisah Kadir Srimulat ini adalah bukti nyata bahwa usia bukanlah penghalang untuk mencoba hal baru dan meraih kesuksesan. Dari yang awalnya ragu, bahkan menganggap remeh, Kadir membuktikan bahwa dengan semangat belajar, keberanian beradaptasi, dan memanfaatkan peluang digital, siapa pun bisa menemukan ‘panggung’ baru dan meraih penghasilan.
Semangat Kadir untuk terus berusaha dan tidak menyerah pada keterbatasan patut kita contoh. Ini adalah pengingat bahwa di era digital ini, selalu ada peluang bagi mereka yang mau belajar dan berani melangkah maju, berapa pun usianya.