Pendidikan adalah gerbang menuju masa depan, dan di Indonesia, gerbang itu semakin terbuka lebar bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang. Sebuah kisah inspiratif dan mengharukan baru-baru ini datang dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), di mana seorang mahasiswi Kristen berhasil lulus dengan predikat terbaik dan menarik perhatian publik hingga mendapatkan beasiswa S2 lewat cara yang unik dan tak terduga.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami perjalanan Laura Amandasari, simbol nyata toleransi beragama dan bukti bahwa semangat kebersamaan bisa tumbuh subur di mana saja. Mari kita simak kisahnya yang penuh hikmah dan inspirasi ini.
Laura Amandasari: Dari Keraguan Awal hingga Lulus Terbaik di UMSU
Siapa sangka, di balik senyum ceria dan prestasi gemilangnya, ada sedikit keraguan yang sempat menyelimuti hati Laura Amandasari. Sebagai seorang penganut Kristen Protestan, ia sempat merasa was-was saat pertama kali menjejakkan kaki di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), sebuah institusi pendidikan yang identik dengan nilai-nilai Islam. Ayahnya bahkan beberapa kali menyarankan untuk pindah kuliah.
Namun, keraguan itu tak bertahan lama. Laura menemukan bahwa UMSU adalah rumah kedua yang merangkulnya dengan tangan terbuka. “Pak, aku enggak dikucilkan, aku diterima di sini,” kenangnya, menceritakan bagaimana ia meyakinkan orang tuanya. Ia membuktikan bahwa toleransi beragama di kampus ini bukanlah sekadar jargon, melainkan nilai indah yang diimplementasikan dalam praktik nyata.
Selama masa studinya di Fakultas Hukum UMSU, Laura tak hanya berprestasi secara akademik sebagai lulusan terbaik, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan. Ia dipercaya sebagai Sekretaris Komunitas Peradilan Semu, memimpin 17 anggota sebagai Ketua Delegasi Nasional Modcord Competition, bahkan menjadi pemateri dan coaching di Universitas Asahan. Pengalaman paling berkesan baginya adalah saat ikut program wakaf Al-Qur’an di bulan Ramadan 2024. Ini bukan hanya pengalaman lintas iman, melainkan pelajaran berharga tentang kebersamaan, toleransi, dan kemanusiaan.
Momen Pantun Viral yang Mengubah Nasib di Hari Wisuda
Puncak kisah Laura yang penuh haru ini terjadi saat prosesi Wisuda UMSU Periode I Tahun 2025 pada Selasa, 8 Juli 2025, di Selecta Convention Hall, Medan. Sebagai lulusan terbaik, Laura Amandasari mendapat kehormatan untuk menyampaikan pesan dan kesan mewakili seluruh wisudawan.
Dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca, Laura mengakhiri pidatonya dengan sebuah pantun jenaka yang langsung mencuri perhatian dan menjadi viral di media sosial. Pantun itu adalah sebuah permintaan yang cerdas, dibalut humor, dan penuh harapan:
“Dari Klaten ke Argentina, tak lupa ke kota Kudus.
Agar si Kristen ini tak ke mana-mana,
Adakah beasiswa S2 pak, sampai lulus?”
Seketika, gemuruh tawa dan tepuk tangan pecah di seluruh ruangan. Momen ini tak hanya menghibur, tetapi juga menunjukkan keberanian Laura dalam menyampaikan aspirasinya secara kreatif.
Beasiswa S2: Hadiah Toleransi dan Keberanian dari UMSU
Keberanian Laura langsung berbuah manis. Hadir dalam acara tersebut adalah Rektor UMSU, Prof. Dr. Agussani, MAP, dan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) sekaligus Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti. Keduanya merespons pantun Laura dengan antusiasme yang luar biasa.
Abdul Mu’ti, dengan gaya santai namun lugas, menanggapi pantun tersebut:
“Saya tidak tahu, tadi pantun dari Klaten ke Argentina kemudian tersesat di Kudus. Tapi pesannya saya kira sudah sampai, Insyaallah aspirasinya bisa dipenuhi oleh Pak Rektor ya. Kalau Pak Rektor tidak memenuhi saya akan gunakan otoritas saya sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah.”
Tak disangka, Rektor UMSU Prof. Dr. Agussani tak menunggu lama. Ia langsung membalas pantun Laura di hadapan ribuan hadirin:
“Terbang tinggi si burung cendana, terbang berpaut si burung tempua.
Laura jangan ke mana-mana,
Ananda resmi jadi mahasiswa S2!”
Mendengar balasan pantun dari Rektor yang mengonfirmasi bahwa ia resmi mendapatkan beasiswa S2, Laura Amandasari sontak bersorak bahagia, mengepalkan kedua tangannya penuh syukur. Momen ini menjadi sorotan dan menuai pujian dari berbagai pihak, baik dari Partai Gerindra hingga masyarakat luas yang membanjiri kolom komentar media sosial dengan ungkapan haru dan kekaguman akan indahnya toleransi.
UMSU: Simbol Pendidikan Inklusif di Indonesia
Kisah Laura Amandasari bukan hanya tentang keberhasilan individu, tetapi juga cerminan komitmen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan menghargai keberagaman. Ini membuktikan bahwa institusi pendidikan berbasis agama dapat menjadi wadah yang aman dan mendukung bagi mahasiswa dari berbagai latar belakang, menumbuhkan semangat kebersamaan dan toleransi sebagai nilai inti.
Cerita ini menjadi pengingat penting bahwa pendidikan adalah hak semua orang, dan di tangan yang tepat, perbedaan dapat menjadi kekuatan yang memperkaya. UMSU telah menunjukkan bagaimana sebuah kampus dapat menjadi mercusuar toleransi beragama dan wadah bagi setiap individu untuk berkembang, mencapai potensi terbaiknya, dan meraih cita-cita.
Kesimpulan
Kisah haru Laura Amandasari, mahasiswi Kristen yang lulus sebagai lulusan terbaik di Universitas Muhammadiyah dan meraih beasiswa S2 berkat sebuah pantun viral, adalah inspirasi nyata bagi kita semua. Ini adalah bukti kekuatan toleransi, keberanian, dan bagaimana komunikasi yang kreatif dapat membuka pintu peluang tak terduga. Semoga kisah Laura ini terus menyebarkan pesan positif tentang kebersamaan dan kerukunan di tengah keberagaman bangsa kita.