Yogyakarta, zekriansyah.com – “Salam Satu Nyali! Wani!” Teriakan ini mungkin sudah tak asing di telinga kita, terutama bagi penggemar sepak bola Indonesia. Lebih dari sekadar yel-yel, slogan ini adalah jantung dari komunitas Bonek dan Bonita, suporter setia klub Persebaya Surabaya. Namun, siapa sebenarnya Bonek dan Bonita ini? Apakah mereka hanya sekelompok suporter garis keras, atau ada cerita yang lebih dalam dan inspiratif di baliknya?
Ilustrasi: Semangat Bondo Nekad para Bonek dan Bonita, suporter fanatik Persebaya, terpancar kuat dalam catatan Dahlan Iskan.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami kisah-kisah humanis dari para Bonek dan Bonita, seperti yang sering diungkap oleh Dahlan Iskan melalui tulisan-tulisannya di Disway.id. Anda akan memahami bagaimana semangat “Bondo Nekad” (modal nekat) tak hanya menjadi ciri khas di tribun stadion, tetapi juga menjadi filosofi hidup yang membawa mereka meraih kesuksesan di berbagai bidang. Mari kita bongkar mitos dan temukan fakta menarik di balik julukan legendaris ini.
Dari ‘Tret Tet Tet’ hingga ‘Bondo Nekad’: Awal Mula Julukan Bonek
Sejarah Bonek tak bisa dilepaskan dari fenomena “Tret Tet Tet” yang dipopulerkan oleh Harian Jawa Pos pada tahun 1987. Saat itu, Dahlan Iskan, yang juga mengurusi Persebaya, melihat antusiasme luar biasa suporter yang ingin mengawal tim kesayangan mereka bertanding tandang. “Tret Tet Tet” adalah upaya koordinasi agar suporter bisa berangkat bersama, bahkan sampai puluhan bus menuju Jakarta.
Dari sinilah istilah Bonek atau Bondo Nekad lahir. Ratusan, bahkan ribuan, suporter berangkat dengan modal sekat, semangat membara, tanpa banyak bekal. Mereka adalah anak kandung dari “Tret Tet Tet”, yang menunjukkan totalitas dukungan kepada Persebaya. Semangat “Bondo Nekad” ini menjadi fondasi identitas mereka: berani, pantang menyerah, dan loyalitas tanpa batas.
Beberapa sosok legendaris turut menjadi saksi dan bagian dari sejarah ini:
- Rojil Nugroho Bayu Aji: Seorang Bonek sejati yang masih menyimpan syal “Tret Tet Tet” tahun 1987. Rojil adalah seorang akademisi, sarjana dan master sejarah dari Unair dan UGM, bahkan kini sedang menempuh studi doktor humaniora di Unair. Disertasinya fokus pada kelahiran Bonek di sepanjang Pantura, menunjukkan betapa dalamnya akar sejarah komunitas ini.
- Satrya Husada: Dulu seorang siswa SMAN 2 Surabaya yang nekat melompat ke bus rombongan “Tret Tet Tet”. Kini, ia adalah seorang dokter ahli urologi, meneruskan jejak ayahnya (dr. Widjoseno Gardjito) dan kakeknya (dr. Gardjito, dokter pertama lulusan Stovia di Madiun). Kisahnya menunjukkan bahwa semangat Bonek bisa berdampingan dengan profesionalisme tinggi.
- Azrul Ananda: Bahkan seorang Azrul Ananda, yang saat itu masih anak-anak, dititipkan ayahnya di bus rombongan “Tret Tet Tet” ini. Kini, ia dikenal sebagai pengusaha sukses pendiri DBL Indonesia.
Lebih dari Sekadar Suporter: Profesi dan Dedikasi Bonek Bonita
Stereotip tentang suporter seringkali hanya melihat mereka dari kacamata kerusuhan atau fanatisme buta. Namun, catatan Dahlan Iskan di Disway.id membongkar pandangan itu, menunjukkan bahwa Bonek dan Bonita adalah individu-individu dengan latar belakang beragam, profesi mentereng, dan dedikasi luar biasa di bidangnya masing-masing.
Nama | Profesi/Latar Belakang | Semangat Bonek/Bonita yang Tercermin |
---|---|---|
Rojil Nugroho Bayu Aji | Sejarawan, Kandidat Doktor Humaniora | Dedikasi mendalam pada sejarah Bonek, meneliti akar komunitasnya secara akademis. |
Satrya Husada | Dokter Spesialis Urologi | Semangat “Bondo Nekad” untuk meraih pendidikan tinggi dan menjadi profesional, tanpa meninggalkan kecintaan pada Persebaya. |
Heraldha Savira (Sasa) | Psikolog & Musisi (Dipl. ABRSM London) | Menggabungkan keahlian psikologi dan musik untuk terapi (misal: anak autis, pasien stroke), menunjukkan Bonita yang cerdas dan berhati mulia. |
Ari (Bonita Sufiati) | Manajer Properti di Amerika Serikat | Menggunakan “modal Bonita” (semangat, percaya diri, cepat belajar) untuk sukses di negeri orang tanpa latar belakang pendidikan relevan. |
Andy Sugar | TikToker Terkemuka Surabaya | Tetap menunjukkan kecintaan pada Persebaya dengan gaya kocak, bahkan saat berada di luar negeri. |
Kisah Sasa, seorang Bonita muda yang juga psikolog dan musisi handal, sangat inspiratif. Ia menggabungkan ilmu psikologi dengan musik untuk membantu pasiennya, termasuk anak autis dan penderita stroke. Kemampuan musiknya didapat dari sekolah bergengsi hingga London. Ini menunjukkan bahwa Bonita bukan hanya sekadar pendamping Bonek di tribun, melainkan individu berprestasi yang membawa kebaikan bagi sesama.
Ada pula kisah Ari, seorang Bonita yang sukses meniti karier sebagai manajer properti di Amerika Serikat. Ia tidak punya latar belakang pendidikan teknologi, namun dengan semangat “Bonita”nya (bondo nekad, percaya diri, dan cepat belajar), ia membuktikan diri mampu bersaing dan berhasil di tanah orang. Ini adalah bukti nyata bagaimana semangat Bonek Bonita bisa menjadi modal untuk meraih impian.
Semangat Bonek Bonita yang Mendunia dan Menginspirasi
Semangat “Salam Satu Nyali! Wani!” ternyata tak hanya bergaung di Surabaya atau Indonesia. Dalam salah satu catatan Dahlan Iskan, ia menceritakan bagaimana seorang wanita bule bernama Terry dan Agata (Presiden Indonesian Chamber and Commerce Western Australia) dengan antusias meneriakkan slogan itu di Optus Stadium, Perth, Australia. Para Bonek dan Bonita yang hadir pun menyambutnya dengan teriakan “Wani!” yang membahana.
Fenomena ini menunjukkan bahwa Bonek dan Bonita bukan lagi sekadar kelompok suporter lokal, melainkan sebuah komunitas global yang tersebar di berbagai negara seperti Jepang, Hong Kong, dan Australia. Dukungan mereka yang militan dan tanpa henti selalu menjadi pembakar semangat bagi para pemain Persebaya, seperti yang diapresiasi oleh pelatih Josep Gombau dan terlihat saat antusiasme tinggi Bonek dan Bonita menyambut kepulangan Bruno Moreira.
Lebih dari sekadar dukungan di lapangan, semangat “Bondo Nekad” Bonek Bonita juga memiliki potensi besar untuk menginspirasi persatuan. Seperti yang disinggung Dahlan Iskan dalam tulisannya, tragedi Kanjuruhan menjadi momentum di mana suporter dari berbagai klub, termasuk Bonek dan Aremania, bisa bersatu dalam duka dan kemanusiaan, tanpa dimanfaatkan oleh kepentingan politis. Ini membuktikan bahwa di balik gairah sepak bola, ada nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan yang kuat dalam komunitas Bonek dan Bonita.
Kesimpulan
Bonek dan Bonita adalah cerminan dari semangat “Bondo Nekad” yang tak hanya identik dengan fanatisme sepak bola, tetapi juga menjadi pendorong kesuksesan dan inspirasi dalam kehidupan. Melalui catatan-catatan Dahlan Iskan di Disway.id, kita bisa melihat bahwa komunitas ini dihuni oleh individu-individu berprestasi dari berbagai latar belakang profesi, yang semuanya memiliki satu kesamaan: semangat juang yang tinggi dan loyalitas tak tergoyahkan.
Jadi, lain kali Anda mendengar “Salam Satu Nyali! Wani!”, ingatlah bahwa di balik teriakan itu ada sejarah panjang, beragam kisah humanis, dan semangat yang tak kenal menyerah. Mereka adalah bagian tak terpisahkan dari identitas Surabaya, dan inspirasi bagi kita semua untuk berani “Nekad” dalam menggapai impian.
FAQ
Tanya: Siapa itu Bonek dan Bonita?
Jawab: Bonek adalah sebutan untuk suporter setia klub sepak bola Persebaya Surabaya, yang identik dengan semangat “Bondo Nekad”. Bonita adalah sebutan untuk suporter wanita Persebaya.
Tanya: Bagaimana asal-usul julukan “Bonek”?
Jawab: Julukan Bonek berasal dari fenomena “Tret Tet Tet” pada tahun 1987, di mana suporter berangkat dengan modal nekat untuk mendukung Persebaya bertanding tandang. Istilah “Bondo Nekad” kemudian melekat pada mereka.
Tanya: Apa makna dari semangat “Bondo Nekad”?
Jawab: “Bondo Nekad” berarti modal nekat, yang mencerminkan semangat pantang menyerah dan keberanian para suporter Persebaya. Semangat ini juga menjadi filosofi hidup yang membawa mereka meraih kesuksesan.