Khamenei Klaim Kemenangan Iran, Sebut AS Terlibat Perang karena Takut Israel Hancur

Dipublikasikan 27 Juni 2025 oleh admin
Sosial Politik

Setelah gencatan senjata yang mengakhiri 12 hari ketegangan dan saling serang antara Iran dan Israel, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, akhirnya muncul ke publik. Ini adalah penampilan pertamanya sejak 19 Juni lalu, dan pernyataannya langsung menjadi sorotan dunia.

Khamenei Klaim Kemenangan Iran, Sebut AS Terlibat Perang karena Takut Israel Hancur

Dalam pidatonya, Khamenei tidak hanya gencar menggembar-gemborkan kemenangan besar bagi Iran, tetapi juga melontarkan tudingan mengejutkan. Ia menyebut campur tangan Amerika Serikat (AS) dalam perang ini didasari oleh rasa takut Israel akan hancur total. Lantas, apa saja poin-poin penting dari pernyataan Khamenei dan bagaimana dampaknya bagi situasi di Timur Tengah? Mari kita bedah lebih lanjut dalam artikel ini.

Klaim Kemenangan Iran dan Kehancuran Israel

Ayatollah Ali Khamenei, dalam pernyataan publik perdananya setelah gencatan senjata berlaku, dengan tegas memuji apa yang ia sebut sebagai “kemenangan” bagi Iran. Ia bahkan mengklaim bahwa Israel “nyaris kolaps dan hancur” di bawah gempuran balasan dari Republik Islam Iran.

Simak ulasan lengkapnya dalam artikel: Klaim Kemenangan Iran: Kata-Kata Tegas Khamenei Usai Gencatan Senjata Israel-Iran

“Saya ingin mengucapkan selamat kepada bangsa Iran yang hebat… atas kemenangannya atas rezim Zionis yang sesat,” kata Khamenei.

Perang antara Iran dan Israel sendiri pecah pada 13 Juni lalu. Saat itu, Tel Aviv melancarkan serangan udara besar-besaran yang menargetkan fasilitas nuklir dan militer Teheran. Serangan ini diklaim bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang berulang kali dibantah oleh Teheran. Iran kemudian membalas dengan gelombang serangan rudal dan drone, yang memicu AS untuk ikut campur dengan mengebom beberapa situs nuklir Iran pada 22 Juni.

Menurut data Kementerian Kesehatan Iran, serangan Israel menewaskan setidaknya 627 orang dan melukai lebih dari 4.800 lainnya. Sementara itu, serangan balasan Iran dilaporkan menewaskan sekitar 28 orang di wilayah Israel. Konflik sengit selama 12 hari ini akhirnya diakhiri dengan gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 23 Juni.

Alasan AS Terlibat: Ketakutan Israel Runtuh

Salah satu poin paling menarik dari pidato Khamenei adalah analisisnya mengenai alasan di balik keterlibatan AS dalam konflik tersebut. Menurutnya, Washington terlibat langsung karena kekhawatiran yang mendalam bahwa Israel akan hancur total jika tanpa bantuan mereka.

“Rezim AS memasuki perang secara langsung karena khawatir bahwa jika tidak, rezim Zionis akan benar-benar dihancurkan. Mereka memasuki perang dalam upaya untuk menyelamatkan rezim itu tetapi tidak mencapai apa-apa,” tegas Khamenei.

Ia juga menambahkan bahwa AS “tidak memperoleh apa pun yang signifikan” dari serangan mereka terhadap fasilitas nuklir Iran, meskipun Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengklaim bahwa serangan tersebut telah “melenyapkan” fasilitas-fasilitas nuklir tersebut.

“Tamparan Keras” Iran ke Wajah Amerika

Khamenei tidak hanya mengklaim kemenangan, tetapi juga menyebut Iran telah memberikan “tamparan keras” ke wajah Amerika Serikat. Tamparan ini merujuk pada serangan rudal Iran yang menargetkan Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, salah satu pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah.

“Republik Islam (Iran) menang, dan sebagai balasannya, telah memberikan tamparan keras di wajah Amerika,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa kemampuan Iran untuk menyerang pusat-pusat utama AS di wilayah tersebut dan mengambil tindakan kapan pun dianggap perlu adalah hal yang sangat signifikan. Menurutnya, tindakan serupa dapat diulang di masa depan jika ada agresi.

Kondisi Iran Pasca-Perang: Antara Klaim dan Realita

Di balik klaim kemenangan yang digembor-gemborkan, situasi di Iran pasca-perang juga menghadapi realitas yang kompleks. Meskipun Khamenei menyatakan kemenangan, laporan dari berbagai sumber menyebutkan bahwa Iran mengalami pelemahan signifikan. Infrastruktur militer dan fasilitas nuklir Iran mengalami kerusakan, meskipun tingkat kerusakannya masih diperdebatkan. Sanksi internasional yang sudah lama membebani Iran semakin memperparah kondisi ekonomi negara tersebut.

Di sisi lain, kemunculan kembali Komandan Pasukan Quds, Brigadir Jenderal Esmail Qaani, yang sebelumnya dikabarkan tewas dalam serangan Israel, menjadi bukti bahwa tidak semua klaim media Barat akurat. Qaani terlihat hidup dan sehat dalam perayaan kemenangan Iran di Teheran.

Namun, Israel sendiri merespons pernyataan Khamenei dengan ejekan, menyebutnya “takut atau kurang sinar matahari.” Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan antara kedua negara masih sangat tinggi, meskipun gencatan senjata telah diberlakukan.

Masa Depan Iran dan Peran Khamenei

Di usianya yang ke-86 dan kondisi kesehatan yang dikabarkan menurun, Ayatollah Ali Khamenei kemungkinan besar sedang berfokus pada kelangsungan rezim. Ia dikabarkan telah memilih tiga ulama senior sebagai calon penggantinya, demi memastikan transisi kekuasaan yang mulus jika waktunya tiba.

Meskipun gencatan senjata telah dicapai, banyak pihak meragukan apakah perdamaian permanen akan terwujud. Iran masih memiliki persediaan rudal balistik yang signifikan dan uranium yang diperkaya, yang menjadi kekhawatiran besar bagi Israel dan negara-negara Barat.

Konflik ini, dengan segala dampaknya, akan terus menjadi sorotan utama dalam dinamika geopolitik Timur Tengah. Pernyataan Khamenei hanyalah salah satu babak dalam kisah panjang ketegangan yang berakar dalam di kawasan tersebut.

Pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, setelah gencatan senjata menggarisbawahi narasi kemenangan yang kuat dari Teheran, sekaligus menyoroti ketegangan abadi dengan Amerika Serikat dan Israel. Meskipun klaim kemenangan digaungkan, realitas pasca-perang menunjukkan tantangan besar bagi Iran, baik secara internal maupun eksternal. Konflik ini, dengan segala dampaknya, akan terus menjadi sorotan utama dalam dinamika geopolitik Timur Tengah. Kita patut terus mencermati perkembangan selanjutnya untuk memahami arah masa depan kawasan yang bergejolak ini.